hello guys .... happy reading and don't forget to vote well
Flashback on
Seorang gadis yang sedang tersipu malu akibat rayuan dari lelaki yang berada di seberang sana. Dengan menggunakan ponsel pintar ia bisa berkomunikasi dengan lelaki yang menurutnya tipe idealnya. Selang beberapa menit dengan ocehan biasa biasa saja namun tanpa ia sadari muncul pertanyaan serius yang membuat Tata kebingungan, Yah gadis itu adalah Tata.
Ryan
"Ta, lo tahu nggak gue tuh suka sama cewek tapi gue bingung cara ngungkapinya kayak gimana?"
Tatariana
(dengan perasaan takut dan sedih ia tetap membalasnya dengan berlagak sebagai teman)
"yaelah, tinggal ngungkapin aja sih masalah di terima atau nggak itu belakangan. Masa lo mau jadi pemuja rahasia di perjuangin dong."
Ryan
" jadi lo mau di perjuangin?"
Tatariana
"paansih lo gak jelas banget"
Ryan
" Ta, gue serius"
Tatariana
" lo mabuk yah..hahaha.."
Ryan
" serah deh, gue mau sholat dulu terus gue mau kerumah nenek"
Tatariana
"oh, yaudah pergi aja, tapi nanti kabarin yah kalau udah sampe"
Ryan
"siap bos"
Namun mata Tata tidak dapat tertahankan lagi dan akhirnya ia tertidur dan melupakan janji dari Ryan.
Pukul 06.15 Tata terbangun yang pertama ia cek ialah ponselnya. Tata tampak kebingungan karena tidak ada notif yang masuk dari pesan Ryan.
"Nggak biasaya tuh anak nggak ngechat gue pagi-pagi buta kek gini apalagi dia bilang kalau udah nyampe bakalan di kabarin" gumam Tata sambil mengontak antik ponselnya itu. Tak lama ia mendapat sebuah pesan dari nomor yang tidak di ketahui
+628*0********
" Tata gue mau ngabarin kalau Ryan tadi malam kecelakaan"
Tata langsung saja ambruk dan perasaan yang tidak menentu.
Tatariana
"Lo siapa?
+628*0********
"gue temennya Ryan, sorry kalau gue ngagetin lo tapi menurut gue lo harus tau karena gue tahu lo temen baiknya Ryan. Ponsel Ryan ada sama gue dan orang tuanya baru aja otw"
Tatariana
"Terus keadaan Ryan gimana?" (Tanya Tata dengan cemas)
+628*0********
"sorry Ta, Ryan udah nggak ada dokter udah semampunya buat selamatin dia dan dia sempat bilang sama gue kalau nanti dia nggak selamat yang pertama harus gue hubungi itu elo"
"terus untuk apa lo ngungkapin perasaan lo sama gue Ryan kalau lo mau niggalin gue juga, lo cuman nyiksa gue. Lo mau tahu gue sayang sama lo tapi kayaknya lo nggak sayang sama gue." Batin Tata sambil menangis dan menatap kosong dengan perasaan yang terpukul.
Flashback off
Bel tanda pulang berbunyi, menandakan pelajaran harus selesai. Para murid XI.IPA.6 mulai berhamburan keluar kelas setelah guru yang mengajar menyelesaikan peajarannya. Namun tidak ada pergerakan dari Tata saat sedang asyik memandang kearah jendela sambil melamun suara seseorang membuyarkan lamunanya.
"Tata" panggil Rea santai "woi." Panggil Rea dengan nada sedikit naik
Namun tidak ada sahutan apapun dari Tata, ia tetap memandang kea rah jendela layaknya tidak mendengar apapun.
"Yaudah gue pulang duluan yah kayaknya lo perlu untuk sendiri dan jangan pernah lakukan hal-hal yang bodoh" ucap Rea sambil melangkah keluar kelas.
Setelah Rea keluar dan merasa sudah tidak ada lagi orang di kelas itu selain dia, Tata langsung menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangannya dan mulai menangis dalam diam.
Sunyi...Senyap...
Itulah keadaan yang sekarang dirasakan oleh Tata, suasana kali ini benar benar tenang bagaikan kuburan di tengah malam. Seseorang yang sedang berjalan menuju lapangan untuk melakukan latihan basket langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis dari dalam kelas XI.IPA.6 sendiri dan menurutnya sepertinya ia tertidur. Akhirnya orang itu masuk untuk melihat keadaannya gadis itu. Tata terlarut dalam kesedihannya sampai-sampai tak menghiraukan derap kaki yang terdengar semakin mendekat. Dia tidak sadar kalau dari sisi lain ada yang mencoba mendekatinya.
"Ee...elo nggak papa?" Tanya seorang remaja dengan setelan jersey basket yang membalut tubuh bidangnya.
.
.
.
jangan lupa vote yah
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLETPROOF
أدب المراهقينJangan lupa follow yah... Tata tak punya apa-apa selain mimpi. Ketika membuka mata dan terjaga sepanjang malam untuk meraih mimpi yang tak berujung. Dengan berani berteriak memberi tanda pertarungan pertama dengan dunia. Tapi terlalu banyak rasa sak...