Dear diary Trea,
Sabtu, 18 Maret 2020
Saat itu, bagi anak seusiaku hari-hari terasa biasa saja. Hari yang berkesan hanya hari libur sekolah, hari lebaran, hari malam tahun baru, dan hari ulang tahun ku. Tapi, semua itu berubah ketika aku mengetahui keberadaannya...
Hari-hari membosankan itu berubah menjadi hari-hari istimewa. Setiap detiknya mampu membuat aku bersyukur. Setiap menitnya bisa membuatku terbang. Dan setiap jamnya mampu membuatku berdoa agar hari ini tidak cepat berlalu. Kehadirannya seakan menciptakan diriku yang baru. Hari-hari ku benar-benar ceria ketika itu.
Namun, tidak ada yang abadi di dunia ini. Begitupun dengan hari-hari istimewaku. Begitupun dengan kebahagiaanku. Ada hari-hari yang harus ku lalui dengan tetesan air mata.
Dia yang membuatku terasa hidup, menyihir ku agar mati rasa. Seakan dia punya kebebasan untuk menyihir ku bahagia atau bersedih. Dan pada awal aku menemukannya, dia mengucapkan mantra untuk aku bahagia.
Namun aku lupa, kadang awan pun iri melihat bintang terus bersinar. Kemudian dia yang kucintai mengutuk ku untuk bersedih. Hingga rasanya seperti mendaki gunung yang tingginya tak berbatas. Ya... Aku lelah dengan kesedihan ini...
Akhirnya, hari-hari ku menjadi sebuah bencana. Aku bahkan merindukan hari-hari biasa ku seperti saat itu.
Siapapun, tolong! Lumpuhkan lah mantra kesedihan ini, aku sudah sangat putus asa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not True Love ( First Love)
Fiksi Remaja(Slow up - Revisi) --------- "Jangankan uluran tangan Untuk sorot kasihan pun Akan enggan kau berikan" - Streana Septialoka Jangan gunakan diam mu itu sebagai jawaban atas perjuangan yang telah aku lakukan dengan tertatih-tatih. Jika kamu menolak ku...