"Dipikir ayahnya? Masa pamit berpisahnya bersalaman"
"Yang ini masih untung ada sentuh-sentuh"
"Kalau tidak salah aku pernah lihat mereka pamitan hanya angguk-angguk kepala, dia pikir pamitan dengan dosen?"
"Tidak sekalian cium tangan biar semakin mirip ayah yang antar anak ke sekolah?"
Langit sudah semburat jingga, kelas sudah selesai dihadiri, dan bola basket berwarna jingga sudah selesai dimainkan beberapa babak. Badan yang mengenakan jersey tanpa lengan serta celana selutut longgar. Belum lagi empat aroma kering keringat dari tiap tubuh menguar menjadi satu.
Kertas, alat tulis, dan karton, serta macam lain dari alat bahan berserakan memenuhi lantai kontrakan yang disewa berempat khusus untuk menyimpan barang dan juga mengerjakan tugas kuliah.
Tangan-tangan yang cekatan menggunting, menempel, dan mengerjakan kegiatan lain. Mulut-mulut yang sibuk mengeluarkan kata menjadi kalimat gunjingan pada Namjoon yang sedari tadi padahal hanya diam dan mengerjakan bagian miliknya.
Namjoon jelas tidak paham dengan pikiran ketiga temannya. Hoseok, Yoongi, dan juga Taehyung yang tak henti menertawakannya sejak awal bertemu di dalam satu program studi. Namjoon yang sendiri tak memiliki pasangan terus dibully dan sekarang malah Namjoon yang sudah setahun berkencan dengan Seokjin tetap saja diledek.
Memang benar apa kata pepatah, menuruti keinginan orang lain tidak akan pernah ada habisnya. Meski sebenarnya juga Namjoon mengencani Seokjin bukan karena bosan dibully. Yang ini murni keinginan sendiri.
Hoseok melirik sekilas pada Namjoon yang konsentrasi dalam menempelkan rumput sintesis. "Telingamu tidak panas digunjing di depan mata dari tadi?"
"Mau dicerocos kalimat sampai basah di muka juga tetap tidak akan dipikir" tambah Yoongi bermaksud menggenapi kalimat sarkas yang Hoseok ajukan pada Namjoon.
"Kalau sudah ditinggal Seokjin saja baru nanti tahu rasa" kekeh Taehyung sembari mengambil alih gunting dari tangan kanan milik Namjoon sekarang.
Namjoon serius bertanya-tanya sekarang. Ia bahkan tidak pernah menyakiti perasaan ataupun fisik Seokjin selama satu tahun sudah berpacaran tetapi ketiga temannya tak ada habis dalam mengoreksi dirinya.
Taehyung bergerak ke samping merangkul Namjoon. "Hubungan tidak sekedar kau memiliki Seokjin dan Seokjin memilikimu. Hubungan itu harus dinikmati! Bukan kau buat formal seperti ujian atau sidang!"
"Bersikaplah lebih perhatian dan romantis pada Seokjin kalau tidak mau kandas" tambah Yoongi pelan tanpa mengalihkan perhatian dari memasang perekat kertas.
Hoseok terkekeh puas dan menepuk lengan Namjoon yang tetap berwajah tak peduli. "Dengarkan mereka yang sudah senior dalam urusan pasangan! Memalukan kalau kau sampai berakhir dalam satu tahun saja dengan Seokjin!"
"Satu tahun? Itu hubungan atau kontrak bangunan?"
Tawa keras penuh ejekan tak elak langsung bergema ke sekeliling ruangan kecil mereka selepas Yoongi berceletuk satu ledekan. Namjoon hanya bisa menggeleng mencari kesabaran untuk dirinya.
"Kasihan Seokjin" celetuk Hoseok melirik Namjoon yang tetap diam tak bergeming "Sudah bening indah mulus begitu tetapi dianggurkan pacarnya"
"Seok, jangan mulai!" desis Namjoon kesal ketika ia menyadari Hoseok yang tengah berusaha memberikan kode pada lainnya agar terus mengerjainya.
"Namjoon, kau itu mirip kanebo kering!" cerocos Taehyung "Kering, keras, kaku, kasar, dingin, tidak bisa ditekuk, tidak bisa diapa-apakan!"
Namjoon harus peduli?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptic [NamJin]
FanfictionNamjoon sudah yakin kalah bahkan sebelum pertempuran di mulai. Namjoon memandang dia penuh rasa kekaguman tapi Soobin memandang dia dengan penuh kasih sayang dan cinta. NamJin AU college! with Choi Soobin