Siang hari. Matahari terik di atas kepala. Minuman jeruk dingin dalam botol. Bangku pinggir jalan. Pohon besar untuk berteduh.
Namjoon bersandar santai pada bangku kayu di trotoar jalanan itu. Sambil menikmati sebotol jeruk dingin yang dibelinya di minimarket, mata Namjoon terus bergulir mengamati deretan pertokoan di kawasan ini.
Dosen di kampus memberi tugas membuat desain tata pertokoan dengan gaya eropa sehingga Namjoon memutuskan untuk pergi ke area toko dan outlet produk eropa sejenis fashion dan makanan serta lainnya
Pada malam hari di rumah ketika acara jalan-jalan mulai tayang di channel televisi, Namjoon sering mendengar jika ibunya juga ingin punya kartu yang bisa digesek untuk belanja dengan tas kertas.
Saat Namjoon sudah berpenghasilan sendiri nanti, ia akan mengajak ibunya untuk keliling kemari membeli bermacam barang dan belanja dengan kartu gesek miliknya sendiri besok.
Namjoon menghela napas. Sejak kejadian ia dan Seokjin pulang malam waktu itu, Namjoon tak pernah lagi bertemu dengan Seokjin sama sekali. Terhitung sudah lebih dari seminggu. Mungkinkah Soobin yang melarang?
Berkali-kali Namjoon menampar dirinya sendiri ketika ia teringat bagaimana paras Seokjin yang melintas dalam benaknya. Harusnya Namjoon tak boleh begini.
Seharusnya Namjoon memegang kuat prinsip fokus kuliahnya. Bukan malah membayangkan wajah manis kekasih adik tingkatnya sendiri.
"Permisi"
"Ah ya?" jawab Namjoon terkejut ketika melihat siapa yang ada di depannya sekarang ini.
Namjoon sepertinya memang sudah keterlaluan. Ia bahkan bisa melihat Seokjin yang begitu rupawan di depannya mengenakan kemeja putih dengan gambar paus biru kecil yang tersebar di seluruh kemeja itu.
Rambut hitam legam lembut itu diterpa angin. Sungguh, malaikat memang selalu terlihat sempurna.
"Kim Namjoon?"
Namjoon memandang penuh damba wajah tanpa celah itu. Terasa begitu nyata, begitupula dengan suara yang didengarnya barusan. Suara lembut bagai alunan merdu hipnotis para siren lautan yang menyesatkan.
Tak bisa lagi menahan diri. Rasa rindu dalam dada Namjoon meletup. Nyaris saja meledak. Pelan, Namjoon mengulurkan tangannya kemudian menyentuh pipi berisi yang tampak halus seperti permukaan bakpao itu.
"Eungg, apa ada sesuatu di wajahku?"
Seokjin memiringkan kepala melihat pandangan Namjoon yang tampak kosong ketika menyentuhkan jemarinya ke wajah Seokjin.
"Kau melamun?" tanya Seokjin "Ini aku Kim Seokjin. Kau tidak lupakan? Tidak baru saja dijambret dengan dihipnotis?"
Seketika itu Namjoon langsung menarik tangannya dan menatap bergetar pada Seokjin. Sial!
"Hai Namjoon!" sapa Seokjin ramah "Lama tidak berjumpa ya?"
Namjoon mengangguk dengan kaku. Sejujurnya ia masih shock. Terkejut karena ternyata itu benar Seokjin dan terkejut karena Seokjin tenang saja seolah sentuhan pipi tadi bukanlah masalah bagi malaikat manis itu.
"Y-ya lama tidak berjumpa" balas Namjoon gugup "Ngomong-ngomong kau sakit beberapa hari kemarin?"
Seokjin menggeleng pelan. "Tugas kuliah sedang banyak-banyaknya, aku sampai tidak sempat melakukan macam-macam selain mengerjakan"
Namjoon mengangguk paham. Ia sepertinya harus memberi apresiasi pada dirinya sendiri yang sanggup menanyakan kepergian tanpa kabar Seokjin beberapa waktu lalu.
Setidaknya Namjoon merasa lebih lega karena akhirnya ia tahu jika Soobin tak melarang Seokjin pergi menemuinya. Berarti memang tak ada kesalahpahaman ataupun kecemburuan di pihak Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptic [NamJin]
FanfictionNamjoon sudah yakin kalah bahkan sebelum pertempuran di mulai. Namjoon memandang dia penuh rasa kekaguman tapi Soobin memandang dia dengan penuh kasih sayang dan cinta. NamJin AU college! with Choi Soobin