[ex] ㅡ i miss you;

2.3K 199 26
                                    

"Hi, how are you? Today, its already 202 days. After you left me. I don't want to see you, but i miss you. I hate you, but i miss you. I don't understand my self as well. Fuck it."

Secarik kertas itu telah di tulis dengan tinta hitam. Lalu ku lipat, dan ku masukkan ke dalam botol berisi kertas yang sama, dan makna yang sama.

Akhir-akhir ini, bukan, saat sejak ia telah meninggalkan ku. Aku selalu merindu.

Apa kabar dia hari ini?

Apa ia masih ingat suara tawa kita ketika bersama?

Apa ia masih ingat makanan kesukaanku?

Aku tahu betul, akan ada perpisahan setelah pertemuan. Tapi ini begitu cepat. Bahkan ia sendiri tak memberikan alasan.Aku ingat betul, hari-hari sebelum ia pergi.

Kenapa muram? Apa seseorang berbuat salah? Apa ini membosankan? Seseorang memaksamu? Sesuatu mengikatmu?

Bahkan sahabat terdekatnya saja tak bisa menahannya untuk sedikit lebih lama. Aku sedih, saat dahulu ia masih disini. Masih bersama ku. Aku, sedikit mengabaikannya. Maaf, aku terlalu tertarik pada yang lain.

Apa ia tahu jika aku masih menunggu? Berharap suatu hari nanti ia kembali, dan bilang "Gak usah nangis. Aku gak kemana-mana. Cuma istirahat, sebentar aja." Tapi tahu bahwa menunggu itu bukan hal yang mudah dan menyakitkan.

Padahal aku berharap waktu itu, ah cuma prank. Nothing happen, everything will be okay. Cause someone promise to keep the wings as a number. Angka dimana aku melihatnya untuk pertama kali.

Tapi untunglah, aku melihatnya akhir pekan ini. Senyum yang selalu ku rindukan. Dan suara lembutnya.

Aku bertekad, ketika melihatnya bahagia, aku akan bahagia. Meski bukan bersama ku.

You can stay, then were gonna cross the finish line.

Hari ini, aku melihatnya. Beritikad untuk hanya menyapa dan menanyakan kabarnya.

Aku berlari kecil menghampirinya dari belakang. Menepuk pundak sebelah kanan miliknya yang dahulu tempat ku bersandar.

 Menepuk pundak sebelah kanan miliknya yang dahulu tempat ku bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai? Apa kabar?" Tanyaku. Ia menoleh. Menetralisir penglihatannya. Mencoba mengenali siapa aku.

"Oh?"

"Oh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai. Inget aku gak?" Tanyaku. Sambil menahan derasnya air di dalam kelopak mata ku.

Ia masih mencoba menganalisisku. Memastikan orang yang berada di hadapannya ini adalah aku.

"Oh? Udah lupa ya. Maaf, hehe." Ucapku canggung dan bersiap pergi.

Ia tersenyum manis dan menahan kepergianku.

"Siapa yang lupa sama kamu? Kamu dulu semangat hidup aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang lupa sama kamu? Kamu dulu semangat hidup aku. Bahkan sampai sekarang. Aku gak pernah lupa identitasmu. Sedikit pun." Katanya.

Saat itu juga, senyum ku mengembang disertai derasnya air yang keluar dari kelopak mataku. Dengan sigap Woojin memeluk diriku dan mendekatkan kepalaku ke dadanya.

"Udah lama. Aku baik, kamu apa kabar?" Tanyanya. Aku tak menjawab karena terlalu sibuk menangis dan menerima kebahagiaan ini.

-

"Kamu masih sama. Gak pernah berubah ya. Haha." Godanya.

"Apa aku boleh tau alasan kamu pergi ninggalin aku?" Tanyaku.

Ia menggeleng, "Sampai kapan pun kamu gak boleh tau. Mungkin itu bisa sakit. Dan malah nambah beban kamu. Udah, nikmatin yang ada. Hargain yang ada di hidup kamu sekarang. Jangan sampai kamu kehilangan untuk kedua kalinya."

Kita larut dalam obrolan malam ini. Sungguh, tak percaya. Kim Woojin mantan kekasihku ada disini. Sifatnya masih sama, hanya hatinya bukan milikku, dan raganya pun juga bukan.

Apa yang kumiliki darinya? Hanya sebuah kenangan.

"Kamu tuh kayak kucing. Lucu banget. Apa lagi kalo abis nangis, gemes." Katanya sambil ngunyel-ngunyel kedua pipi ku.

"Iya, aku kucing. Dulu aku punya 9 nyawa. Tapi pernah mati. Dan sekarang sisa 8." Balasku.

"Kalo gitu jangan sampe mati lagi. Kamu harus hidup terus. Janji untuk selalu jaga sisa nyawa kamu, buat aku. Ok?"

"Ok. Janji, akan dan selalu."

"Ah udah larut. Aku pergi ya. Lain kali kita ketemu. Di suatu tempat. Tapi harus tetep masih punya 8 nyawa."

"Janji! Suatu saat nanti."

"Tehnya enak. Manis. Sama kayak dulu. Makasih ya pernah jadi penyemangatku dulu."

"Hah? Dulu? Sampe sekarang aku selalu sama Woojin."

"Ah iya? Kalau gitu makasih banyak."

"Sama-sama."

"Btw, i miss you."

"I miss you too, everyday."

"Aku pulang, dah."

Katanya lalu pergi beranjak. Rasanya cukup lega untuk berbincang hangat walau cuma sebentar. Mendengar kabarnya baik-baik saja udah menenangkan.

Sekiranya itu cerita ku bertemu mantan kekasihku yang pergi tanpa alasan. Semoga apa yang kami ucapkan akan terwujud suatu hati nanti. Aku yakin.

"Hi, today we met! Im glad to see you. Im glad to heard that you okay. Youre awesome! We made a promise today. I hope someday will happen. Know it, im still missing you. And fuck it."

-

Agak cringe gasi? Tp yaudah lah gabut bgt wkwkw

[1]ㅡꜱᴛʀᴀʏᴋɪᴅꜱ;imagine.,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang