3;3

29 4 2
                                    

Tiga belas Djoeni telah datang waktu keberangkatan telah tiba bagi Radian Alfa Biru. Membawa pakaian seadanya, kretek sebungkus, kamera, dan tiga roll film. Tak lupa juga ponsel serta Macbook kesayangan. Tiket sudah dalam genggaman, tinggal tangan kekasih yang tak ada. Vespa ditinggal dan dititipkan kepada kawannya. Kini Radian diantar Fara hingga stasiun. 

"Ngga ada yang ketinggalan kan Sultan?"

"Ada."

"Apa? siapa tahu aku bisa bantu."

"Yang tertinggal cuma kamu. Kamu yakin ngga ikut aku ke Solo?"

"Hushh, Ya aku yakin Tan. Tunaikan dulu janjimu untuk bawa aku ke Jakarta."

"Astagaaa, baiklah setelah acara ku selesai. Ku bawa kau ke Jakarta."

Motor matic keluaran terbaru milik Fara siap membawa mereka berdua ke meja perpisahan sementara. Hiruk-pikuk stasiun mulai terasa. Dimana klakson kendaraan umum mulai terdengar, pengumuman keberangkatan, serta bunyi khas stasiun.

"Tuan putri, makasih yaa." Ucap Radian dengan senyum.

"Iya sama-sama An, hati-hati ya. Sudah jangan senyum terus, nanti kalau aku baper gimana? Mau tanggung jawab?"

"Aishh.. Senyum saja kau larang, nanti aku dekat dengan perempuan lain kau larang juga."

"Haha.. Sampai jumpa An."

"Hei aku tidak akan lama tau! Sampai jumpa juga tuan putri. Semoga tidur mu nyenyak."

Fara meninggalkan Radian di stasiun. Radian bergegas memasang roll film pertama nya. Lantas menghabiskannya.

Jam sudah menunjuk pukul dua siang, ia bergegas masuk ke dalam ruang tunggu. meninggalkan asiknya memotret. Kali ini rokok adalah jalan keluar baginya agar tak memegang gawai. Pesan dari pria tua benar-benar ia laksanakan dalam kehidupannya.

Ia mulai memasuki lorong-lorong gerbong kereta, mencari gerbong bernomor tiga dengan posisi duduk nomor dua. Para penumpang sudah mulai ramai. sesak, karena orang-orang tengah memperbaiki posisi barangnya. Kini sudah masuk gerbong tiga, tempat ia akan menunggu lamanya perjalanan.

"Permisi mba, kursi nomor dua disini ya."

"Eh, iya mas silahkan."

Radian merapihkan tas serta barang bawaannya diatas, hanya tersisa macbook, kamera, ponsel, dan buku saja yang ia taruh disebuah tas kecil. Ia segera merapihkan posisi tidur dan segera terlelap.

...

Radian segera terbangun oleh kondektur kereta yang menanyakan tiketnya. Setelah menyelasaikan validasi tiketnya ia segera tertidur lagi. Entah apa yang Radian pikirkan, mungkin ia terlalu lelah karena semalaman suntuk menyelesaikan materi untuk seminar nanti. Ia tak sempat membaca buku, melihat pesan dari Fara, menulis naskah, memotret, ataupun menyapa penumpang sebelahnya. 

Tersisa empat jam perjalanan, sebelum Solo menyapa seorang Radian Alfa Biru. Ia segera terbangun dan memilih ke toilet untuk merapihkan muka dan sekedar buang air. Tak lama ia kembali kesinggasananya. 

"Dari Impressa Media mba?" Tanya Radian kepada seorang wanita yang sibuk dengan gambarnya.

"Iya mas, masnya juga?"

"Iya mba. Saya Radian Alfa Biru mba."

"Saya Daneen Bella, panggil saja Bella."

"Daneen? Dari kata Dandelion, yang berartikan mudah tumbuh dimana saja."

"Ya, kau benar."

"Dan...Bunga yang..."

"Sudah, jangan kau lanjutkan."

3 jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang