Bab 3

5 1 0
                                    


Kesabaran bukan hanya kemampuan untuk menunggu suatu hal, namun bagaimana sikap kita ikut andil di dalamnya

-Alea-

***

Bianca seperti di neraka mendengar celotehan Bu Dinar yang sedari tadi memekak di telinganya. Dengan tak sopannya ia beranjak meningalkan Bu Dinar dengan emosi nya yang masih mencak – mencak.

"Hei Bianca! Tunggu ibu belum selesai bicara!" teriak Bu Dinar

Bianca membanting keras pintu ruangan itu. Neraka. Adalah tempat yang tepat untuk menggambarkannya. Berani sekali guru tua itu memerintahnya. Dia hanyalah guru honorer yang masih baru dalam yayasan ini. Dan siapa yang tak tahu Bianca sebagai anak penyumbang dana terbesar di yayasan tempatnya bersekolah.

"Gimana lo diapain tadi di dalem?" tanya Chika setelah melihat Bianca keluar rungan.

"Gue disuruh minta maaf sama Alea, Hello? Disini gue korban bukan pelaku," ucap Bianca dengan nafas memburu.

Bianca berjalan menyusuri lorong diikuti kedua teman nya dibelakang. Berjalan dengan angkuh, seluruh perhatian teralihkan pada Bianca yang berjalan. Anak – anak yang sedang bermain basket menjadi tidak fokus hanya karena Bianca berjalan. Ini yang Bianca suka, menjadi pusat perhatian. Sungguh menyenangkan

Suasana hatinya berubah, ketika berpapasan dengan Alex Bianca melihat Alex sedang berjalan menuju ke arahnya,

"Lepas"

Alex menahan tangan Bianca,

"Kenapa, lo masih mau jebak Alea? Lo libatin gue dengan drama murahan lo itu" ucap Alex kesal.

"Kenapa lo gak suka?"

"Lo pikir lo siapa?"

Bianca menunjuk wajah Alex berusaha mengintimidasi Alex, "Gue itu..."

"Anak penyumbang yayasan terbesar disini, gue tahu dan gue udah bosen denger omong kosong lo itu," sela Alex

"Nah itu lo tau, jangan macam – macam lo sama gue" ucap Bianca dengan senyuman liciknya "Apa gue harus sebarin info yang gue dapet semalem?" Bianca berbisik kepada Alex

"Jangan main – main lo sama gue, nasib baik karena lo disini cewek, coba kalo lo cowok udah abis lo sama gue"

Bianca menepis tangan Alex, sekarang mereka menjadi pusat perhatian disana. Alex pun melancarkan tatapan tajam nya ke arah Bianca.

"Liat aja nanti, tunggu tanggal mainnya. Lo bakal nyesel karena ini"

Emosi Bianca sudah berada di ujung tanduk. Berani nya Alex mengancamnya balik. Ini bukan yang Bianca mau, ia ingin Alex tunduk dan mengikuti apa yang Bianca mau.

***

Alea dan Calvin sedang duduk di bangku yang terletak di rooftop. Calvin menatap lekat wajah Alea.

"Kenapa lo gak lawan Bianca, kan jelas – jelas lo dikerjain"

Hening.

Alea tidak menjawab

Berdebat adalah urusan kesekian kalinya yang ingin Alea hindari.

Jika sekarang Calvin tidak ada disini Alea sudah menangis. Namun Alea masih mempunyai rasa malu hingga tidak akan terlihat lemah di depan Calvin.

Apalagi Calvin adalah orang yang baru ia kenal

"Buat apa lo jadi pahlawan kesiangan?" Alea menimpali Calvin dengan pertanyaan. "Gua gak butuh bantuan lo"

Calvin tersenyum miring

Gadis keras kepala!. Rutuknya

"Urusan kita sampe sini, jangan lo ikut campur sama masalah gue, yang ada lo nanti kena masalah juga karena gue" ucap Alea hendak beranjak

Tangan nya ditahan oleh Calvin,

"Kalo gue tetep mau nolong lo gimana?"

Alea berbalik menatap Calvin,

"Jangan ngelibatin diri terlalu jauh, jangan jadi pahlawan kesiangan, gue gak butuh bantuan lo. Sebelum lo ada disini pun gue udah bisa mengatasi nya semua sendirian." ucap Alea dengan menekankan kata sendirian.

"Oh iya? Gue liat tadi lo gak ada perlawanan sama sekali" Calvin tertawa sinis "Jangan jadi perempuan sok kuat, lo itu lemah" Calvin tak sadar dengan apa yang dikatakan nya itu.

Takut – takut ia menyinggung perasaan Alea, di tatap nya wajah Alea lekat – lekat.

Alea diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Terserah lo" ucap Alea

Alea berlalu dengan perasaan jengkel, hidupnya yang rumit dengan adanya Bianca bertambah rumit dengan adanya Calvin yang ikut andil dalam urusannya.


***

Tbc ...

LuciolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang