Galak sih, gatau aja kenapa gue suka
-Calvin-
***
Pelajaran dimulai. Guru masuk dalam kelas dengan membawa beberapa buku dan beberapa lembaran hasil ulangan harian minggu kemarin. Raut wajah nya sangat tidak mengenakan, galak, dan lebih lengkap nya dia adalah guru matematika. Seperti hal nya singa betina yang sedang tertidur, sebentar lagi singa itu akan terusik tidurnya dan terbangun menakuti sekumpulan murid yang bisa menebak dari suasana hati nya ini sepertinya guru matematika sedang kedatangan tamu bulanan.
"Ketua kelas, bagikan hasil ulangan minggu kemarin!" perintah guru matematika
Selesai ketua kelas membagikan hasil ulangan,
"Bagi yang masih remedial, kerjakan ulang dan tambahan nya kamu kerjakan soal – soal yang ada di buku paket bab 4."
Alea beruntung, nilainya diatas rata – rata, bersyukur karena remedial kali ini bukan main jumlah soal nya. Soal ulangan kemarin saja berjumlah 10 soal dengan metode beranak cucu, dan ditambah soal dari buku paket. Sungguh malang nasib temannya yang remedial.
Alea bersorak riang, setidaknya malam ini dia tidak ada beban mengerjakan sekumpulan angka – angka itu.
"Jangan senang dulu, yang tidak remedial tetap mengerjakan soal di buku paket." Ucap guru matematika seoah tahu isi pikiran Alea.
Apa – apaan ini!, sama saja remedial tak remedial pun beban soal nya masih sama, ujar Alea dalam hati.
"Ada yang keberatan?"
Iya berat banget!. Ungkap Alea dalam hati
"Tidak Bu" ucap kami kompak.
Alea benci keadaan seperti ini, sama saja. Guru akan tetap menyiksa murid nya dengan cara seperti ini. Tugas bukan hanya dari satu guru tapi guru – guru lain pun banyak yang memberikan tugas. Belum lagi harus sering – sering begadang di malam hari. Ketika terlambat sekolah kami dihukum, murid disalahkan karena malas. Tapi sebaliknya ketika guru telat saja, dengan senang hati satpam sekolah membuka gerbang tak lupa dengan senyum ramah nya. Oh Tuhan!, sungguh tak adil. Seharusnya semua mementingkan keadilan bukan? Bukannya status dan jabatan itu.
Alea melihat Bobby yang ada di bangku depan. Lihat wajahya. Sungguh menyebalkan, temannya itu sangat bersemangat ketika pelajaran matematika. Sangat antusias, sampai – sampai niat untuk duduk dibarisan paling depan. Sedangkan murid lain justru ingin duduk di belakang.
Alea melirik bangku disampingnnya, ada manusia bernama Calvin disana. Alea menatapnya sinis. Seperti sedang bertanya, ngapain sih duduk disini?
"Boleh minta bantuan kan?"
"Apa?"
"Ajarin, gue bukan nya gak bisa Cuma kayanya lo jago."
Alea memutar bola matanya jengah, "Gue masih belajar, gak sejago yang lo kira"
Keduanya melihat bentuk soal- soal nya, Calvin melirik Alea sesekali. Ia mengerjakan dengan tenang, sedangkan Calvin?
Eneg gue, liat beginian. Ucap nya dalam hati
Alea yang sedari tadi fokus pun terusik saat Calvin beberapa kali mendengus dan menggaruk kulit kepala nya.
Frustasi,
Namun Alea tetap diam, sampai Calvin menyerah dan meletakkan pulpen bersamaan dengan bukunya yang ditutup. Calvin mengakhiri frustasinya dan sekarang ia menyandarkan kepala di lipatan tangannya diatas meja
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucioles
Teen FictionAlea, gadis ceria terpaksa kebahagiaan nya terenggut sejak kecelakaan yang dialaminya bersama kedua orang tua nya. Bagaimana nanti Alea menjadi gadis tangguh? Semangat nya masih ada harapan, yang terpatri pada satu orang. Seseorang yang menjadi peno...