Aku percaya, jika Tuhan memberi peristiwa pahit hanya untuk memberi pelajaran. Yang menyamar sebagai akhir yang menyakitkan terlebih dahulu.
-Alea-
***
Jam menunjukkan pukul tiga, Alea bergegas untuk mengambil tasnya di kelas. Calvin sudah memberitahu guru yang mengajar setelah jam istirahat pertama. Ternyata Bobby dan Calvin sudah menunggunya di luar. Saat Alea membuka pintu UKS, dilihat Calvin sudah membawakan tas nya.
"Lo udah mendingan?" tanya Bobby
"Udah" Alea menerima tas yang Calvin berikan "Makasih"
"Pulang naik apa?" tanya Calvin
"Naik bus" ucap Alea sambil memakai sepatunya
"Bareng aja sama gue, takutnya lo kenapa – kenapa di jalan"
"Gak usah gue naik bus aja" tolak Alea halus.
"Oke deh, tapi jaga diri dijalan, telpon gue kalo ada sesuatu"
Alea mengangguk paham. Bobby hanya diam mendengarkan mereka, karena belum ada orang yang setulus itu dengan Alea.
"Gue pulang duluan ya, takut kesorean kalo lama – lama" ucap Alea.
Bobby dan Calvin masih melihat Alea berjalan sampai gerbang, lalu keduanya pun pulang berpisah karena berbeda tujuan.
Seperti biasa, Alea berjalan sendirian. Menyusuri jalanan menuju halte, jaraknya cukup dekat karena itu Alea berjalan. Jalanan sepi ketika Alea melewati lorong diantara dua gedung yang menjulang tinggi. Alea terpaksa melewati jalan ini karena dianggap lebih cepat.
"Awww!" pekik Alea, merasa seseorang menarik kuat rambut pendeknya.
"Hei Bitch!" ujar seseorang
Alea melirik, ternyata Bianca dengan dua temannya. Salsa dan Chika.
"Gue liat – liat lo semakin akrab ya sama Calvin. Gue kasih tau,lo itu gak pantes dapetin Calvin." ucap Bianca menekankan
Alea memekik lagi, sakit. Karena Bianca menjambaknya terlalu kencang.
"Kasih pelajaran aja Bi, biar kapok anaknya!" ujar Chika
Bianca tersenyum miring, tangan kanan yang digunakan menjambak rambut Bianca pun beralih memutar tangan Alea ke belakang tubuhnya.
Alea masih bungkam dengan apa yang dilakukan Bianca terhadapnya, "Bi, sakit!" ucap Alea kesakitan.
"Kalo lo nurut apa yang gue bilang gue bakal lepasin ini" ucap Bianca lalu tertawa kencang
Chika dan Salsa pun begitu, menikmati ketidakberdayaan Alea. Jalanan yang dilalui Alea tergolong sepi, Bianca aman karena tidak ada manusia yang berlalu lalang.
"Sa, giliran lo!" ucap Bianca.
Mendengar perintah Bianca kini Salsa mengeluarkan sesuatu dari kresek berwarna hitam. Bianca melepas tangan Alea lalu mendorong Alea hingga Alea terpelanting lalu tersungkur di tanah. Saat Alea mencoba berdiri tiba – tiba kepala nya sudah dilempar sesuatu, ia pun mengusap kepalanya.
"Euwhhh" ucap mereka berbarengan.
"Dasar kampungan lo! Udah tau lo itu cuma parasit. Numpang belajar di yayasan, andelin besiswa doang" ujar Bianca sarkas
"Hahahaha... dasar kampungan!" ujar mereka lagi
Alea menunduk karena bau telur busuk itu sudah menyengat, menetes hingga pelipisnya.
"Anak si penyumbang terbesar di yayasan tertangkap basah nge bully temen nya sendiri" ucap seseorang.
Bianca panik, lalu menoleh disana ada Alex. Berdiri dengan ponsel yang digunakan untuk merekam aksi nya.
"Wow! Pantes lo disebut manusia?"
Bianca diam, begitupun dengan kedua temannya.
"Gimana ya nasib lo kalo ini video bakal kesebar luas seantero sekolah?" ujar Alex "Apalagi kalo bokap lo tau perilaku biadab anaknya ini" Alex tertawa puas.
Bianca yang tadinya pernah mengancam Alex pun sekarang sudah tidak bisa berkutik.
"Apa mau lo?" teriak Bianca emosi
Sialan!, kenapa gue yang kena batunya disini. Awas aja lo Lex!, ujar Bianca dalam hati
"Mau gue gak banyak,lo bisa kan tutup mulut lo itu tentang masalah kemaren?"
Bianca menyugar rambut nya kebelakang, terlihat frustasi karena alat yang ia gunakan untuk mengancam Alex itu berakhir sia – sia.
"Kalo lo gak bisa tutup mulut, gue jamin video ini bisa nyampe ke tangan bokap lo" Alex tertawa "Maksud gue bokap kalian" sambung Alex.
Alea menoleh melihat Alex, apakah Alex tau?
Bianca melotot ke arah Alex. "Maksud lo apa?"
"Jangan pura – pura bego, gue tau semuanya. Lo berdua itu..,"
"Diem lo!" sela Bianca
Alex tertawa kencang. Berhasil. Alex berhasil mebuat Bianca terpojok.
"Lo berdua itu saudara, bokap lo itu bokap Alea juga, emang gue sebodoh itu apa gak tau fakta sepenting ini" ujar Alex sambil melihat reaksi Bianca.
Alex berhasil membuat Bianca malu didepan temannya,
"Bi, seriusan lo sama Alea saudara?" tanya Chika dengan nada tidak percaya.
Alea hanya diam, tak peduli jika Alex maupun teman Bianca tahu.
"Kenapa emang hah? Toh Alea cuma anak pungut yang bokap gue ambil dari panti asuhan." Ucap Bianca yang berhasil menohok Alea.
Anak pungut
Anak panti
Kata – kata itu yang sudah bertahun – tahun Alea dengar dari mulut Bianca,
"Gue tau lo gak suka sama Alea karena lo iri sama dia kan?" ucap Alex "Bokap lo lebih sayang sama Alea, dibandingkan lo anaknya sendiri"
Bianca menatap Alex tajam, "Brengsek lo!"
"Orang tua mana yang mau punya anak kaya lo. Tingkahnya udah mirip kaya setan!" ujar Alex menohok,
Bianca semakin benci kepada Alea, mungkin Alex benar memang orang tuanya lebih menyayangi Alea daripada Bianca yang jelas – jelas anaknya sendiri.
Rasa benci itu lama – lama merubah Bianca menjadi gadis yang bertingkah sesuka hati, tidak mementingkan orang – orang sekitar asal dia bisa puas maka ia akan melakukannya. Bianca benci ini, kenyataan jika Alea menjadi bagian dari dalam hidupnya. Dari awalpun Bianca sudah tidak menyukai kedatangan Alea didalam rumahnya. Namun ayahnya itu menyuruh Bianca untuk bersikap baik dengan Alea, tapi selama ini malah kebalikannya.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucioles
Teen FictionAlea, gadis ceria terpaksa kebahagiaan nya terenggut sejak kecelakaan yang dialaminya bersama kedua orang tua nya. Bagaimana nanti Alea menjadi gadis tangguh? Semangat nya masih ada harapan, yang terpatri pada satu orang. Seseorang yang menjadi peno...