Enam

38 14 1
                                        

"Sayang, mamih mau ngomong"  Maya adalah orang tua si pria dingin. yang menghentikan langkah Reyhan untuk masuk ke dalam kamarnya

"Saya mau bersih-bersih dulu". langkah kaki nya berjalan kembali ke arah tangga lalu menutup pintu kamarnya dengan cepat

"yaudah istirahat ya sayang, jangan telat makan" teriak Maya dari luar pintu kamar

Reyhan yang di dalam sana hanya diam duduk di pojok kasur yang begitu nyaman dengan warna tembok yang kalem. Ia mengusap wajahnya kasar

Reyhan merebahkan otot punggungnya, mata indah itu terpenjam sebentar berharap rasa lelahnya berkurang

kemudian membuka mata dengan perlahan melihat langit-langit atap, segera ia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual rutinya

            👧

Hati Reyna heran mengapa dirinya seceroboh ini hingga membuat masalah pada si pria tampan bersifat es batu itu,

Reyna membaringkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lelah, pikiranya selalu berputar ada tanda tanya besar mengenai pria itu wajar saja. karna ia baru tau jika ada orang sedingin dia tanpa ekpresi yang tidak dapat ditebak, Ntahlah pikiranya selalu saja ingin tau si pria es batu itu.

"Ihk kenapa Reyna kepo si, aduh otak diem dong!" seakan berbicara dengan seseorang yang ada di hadapanya padahal ruangan itu hanya ada dirinya saja.

"Dia itu marah apa ga ya?"

" Kenapa datar banget mukanya?"

"Apa dia baru oprasi muka sampe ga bisa ngomong banyak karna takut benang nya putus?"

" duh.. cukup deh otak jangan bikin pusing reynaa!! Yang jelas Reyna harus cepet selamatin pulpen Reyna dari tuyul-tuyul anak pak bambang " ketus Reyna kesal pada dirinya

Terdengar suara  pintu terbuka, memunculkan wanita paruh baya yang masih cantik. ia berjalan ke arah gadis yang berbaring dan tersenyum ketika melihat anak semata wayangnya mengoceh tidak jelas.

"Loh kok tiduran sayang"

"Bunda" Reyna mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, dan di ikuti oleh Sinta duduk di samping gadis cantik itu

"Mandi dulu gih, terus makan" ucap Sinta

"Reyna gamau mandi ah! Reyna lagi marahan sama air, salah siapa diajak ngomong malah diem aja, dingin banget lagi kaya sikap dia. " oceh Reyna yang menarik bibir bawahnya minta di iket oleh karet sayur

Sinta terkekeh pelan mendengar ocehan anaknya di tambah lagi dengan ekpresi yang sangat menggemaskan sekali
"sejak kapan anak bunda jadi bawel gini". lalu mencubit hidung mungil anaknya

"Iih bunda beneran tau" kekeuh Reyna kesal

"Yaudah-yaudah siapa si yang bikin anak bunda ini cemberut hm?"

"Es batu"

"Ko anak bunda aneh si es batu di cemberutin" dahi Sinta berkerut sedikit

"Ih bunda tau ah" menarik bawah bibirnya kesal sambil memainkan ujung bawah seragam yang belom sepat diganti dan sedikit keluar.

"Yaudah nanti cerita ke buda siapa si es batu yang bikin anak bunda cemberut, tapi sekarang mandi dulu bau busyuk tau"

"Emang bau busyuk ya bun.."

"Banget! ga tahan bunda, cepet sanah mandi" kekeh sinta pelan yang melihat anaknya menciumi bagian tubuh yang berkeringat bau apek

"Yaudah deh Reyna mandi dulu ya bun"

"Udah ayo cepetan sanah"

"Iya bundaaa sayangg" teriak reyna pelan, mencium pipi sinta cepat

Segera ia mengambil handuk lalu berlari kecil ke kamar mandi untuk melakukan ritual rutin manusia.

         👨👨👨

Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan, jam sudah menunjukan pukul 19:30 tapi Reno tetap saja berkutat pada leptopnya sesekali jarinya mengetikan sesuatu, ya hanya terdengar ketikan jari saja.

tidak ada siapapun disini di ruangan ini! Bahkan jika benda kecil terjatuhpun akan sangat jelas terdengar mengema, tentu saja ini dikantor ia memutuskan berlembur untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kekuatan flas yang ia punya akhirnya leptop yang ia tatap di tutup

"Akhirnya selesai juga" ucapnya senang

Ia membuka laci  lalu di ambil sebuah bingkai, poto bayi kecil yang mungkin baru berusia 2 bulan bersama ibunya yang sedang menggendong, di tatapnya dengan dramatis ada rasa sakit yang mendalam dihatinya, di usap dan di kecup poto itu tidak terasa cairan mata nya terjatuh. membasahi ke dua pipi yang masih telihat tampan dan muda. ia menarik napas lalu menghembuskan dengan kasar terlihat jelas ada raut wajah sedih yang mendalam.

"Ayah rindu naksangat rindu" ucap nya pilu air matanya tidak berhenti turun dadanya sesak napasnya memburu pengangan potonya di eratkan lalu dipeluk posesif

"Maaf..maaf..maafkan ayah" pilunya

Jam sudah menunjuk kan pukul 21:05 Reno sudah cukup tenang, cukup terlampiaskan rindunya.
ia memasukan kembali benda berpoto itu ke dalam laci, ia menarik tas di bangku nyamanya dan keluar dari ruangan untuk pulang.

Reyna Dan Reyhan (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang