31

202 22 0
                                    

    "Apa harus gue lompat dari sini? Mereka juga nggak akan peduli. Mungkin juga rencana perjodohan gila itu berjalan lancar karena nggak ada gue." Kaki Rania sudah berada di pegangan jembatan.

    Seperti ada yang membisikan kata-kata, yang membuat gadis ini turun dari pegangan jembatan itu. Rania kembali menangis sekencang-kencangnya. Merasa sudah tenang Rania menyeka air matanya lalu kembali berjalan sambil menghibur dirinya sendiri.

    Dan, di sinilah ia sekarang. Basecamp para sahabatnya, yang dulunya merupakan rumah lama milik Chayrie. Basecamp yang bisa di sebut sebagai rumah kedua bagi mereka. Sudah lama ia tak berkunjung kesini.

    Saat masuk ke basecamp, Rania melihat juga ada Hyura di sana. Ia jadi semakin merasa bersalah saat sahabatnya itu hanya terdiam sembari menunduk dalam. Rania mendekat. Ia bisa melihat mata Hyura yang sembab tak jauh dengan keadaannya sekarang.

    "Maafin gue, Hyura. Gue nggak tau dengan hal itu. Gue beneran minta maaf." Suara Rania mendadak menjadi parau. Air mata itu lolos begitu saja dari matanya. Ia merasa bersalah kepada Hyura.

    Hyura mengangkat kepalanya. "Lo nggak perlu merasa bersalah. Ini juga bukan kesalahan lo. Gue aja yang terlalu berharap sama Hanyu. Bodoh, ya, gue?" Hyura menghampiri Rania dan memeluk tubuh rapuhnya.

    "Gue minta maaf." Rania kembali berujar lirih. Air matanya semakin banyak keluar.

    "Nggak ada yang bodoh. Nggak ada juga yang bersalah. Jadi, Lo berdua jangan sedih kayak gini. Kita nggak bisa menentukan buat berharap sama siapa. Kita juga nggak bisa menerawang apa yang terjadi hari ini. So, jangan nangis kayak gini." Chayrie bersuara. Ia juga merasa hancur saat melihat kedua sahabatnya bersedih seperti ini.

    "Iya. Lo berdua nggak usah sedih sedih kayak gini. Kan gue juga jadi ngerasa sedih." Kyunghae juga ikut menghibur mereka. Jika begini, kan, ia juga ikut jadi sedih.

    "Sekali lagi gue minta maaf, Hyura," ucap Rania. Meski Hyura sudah mengatakan kalau ia tidak perlu merasa bersalah, tetap saja Rania masih merasa bersalah pada sahabatnya itu.

    "Udah, nggak perlu minta maaf sama gue," jawab Hyura sambil tersenyum kecil.

    "Udahlah, jangan sedih kek gini. Gue kasih pelukan dah biar kalian nggak sedih kayak gini lagi." Kyunghae mendekat ke arah mereka berdua, lalu juga ikut memeluk kedua sahabatnya itu dengan sangat erat.

    "Gue sesak napas woy!"

    "Lepas Kyunghae!"

    "Nggak usah jual mahal dah lo. Yuk sini! Lo mau juga ikut juga nggak Chayrie?"

    "Gue mah ogah!"

💮💮💮

    Hanyu semakin mendekat ke kerumunan petugas yang tampaknya sedang mengurusi jenazah gadis tersebut. Pikirannya benar-benar kalut. Apalagi, setelah mendapati bahwa gadis itu memakai jaket yang sama seperti milik Rania dan sahabatnya. Sekali lagi, Hanyu merasa khawatir bukan main kepada dua orang yang sedang ada di dalam pikirannya.

    Setelah mendapat izin dari petugas, Hanyu mendekati gadis yang sudah diselimuti kain putih itu. Jantungnya berdetak kencang. Di dalam hati ia berdoa semoga saja ini bukan Rania ataupun Hyura.

    Hanyu bisa bernafas lega saat mengetahui itu bukanlah adiknya ataupun Hyura. Setelah itu, Hanyu menjauh dari petugas dan kerumunan itu. Ia berjalan ke arah mobilnya dan memutuskan untuk kembali mencari Rania. Memastikan bahwa adiknya itu baik-baik saja.
Satu tempat belum ia kunjungi yaitu basecamp yang menjadi rumah kedua bagi Rania dan para sahabatnya. Namun, setelah sampai di sana rumah itu tampak sepi seperti tidak ada seorang pun di dalamnya.
Untuk meyakinkannya, Hanyu menghampiri satpam yang tengah berjaga di depan rumah tersebut.

Kakak Boystory |Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang