Is this real? II

8 1 0
                                    

"Indah!" Seseorang memanggilku, ketika aku sedang berjalan seorang diri ke sekolah. Akibat pikiranku yang kacau, aku tidak menyadari jika seseorang tengah meneriaki namaku sambil berlari menyusulku. Aku memutar badanku dan mendapati seoarang perempuan berambut panjang yang di kuncir kuda berlari ke arahku. Ketika perempuan itu berlari, rambutnya bergoyang ke kiri dan kanan dengan lucunya. Meski memiliki rambut panjang yang lucu, perempuan itu memiliki sifat yang tomboy.

"Kau berjanji kalau hari ini kita akan berangkat bareng, kenapa kau malah pergi duluan?" Dia menatapku galak. Ini benar-benar mengingatkanku akan masa lalu, terakhir aku bertemu Via kemarin, saat rambut panjangnya sudah di potong sebahu dan dia terlihat lebih dewasa. Via yang berdiri di depanku, sedang memakai seragam SMA dan menenteng tas sekolahnya.

"Oh maaf, aku lupa." Jawabku sekenanya. Seingatku dulu aku memang membuat janji untuk berangkat bareng Via di awal tahun ini. Aku tidak menyangka jika janji itu kubuat sehari sebelumnya.

Aku kembali berjalan, meninggalkan Via yang kurasa sedang menatapku kesal. "Kalau memang tidak niat berangkat bareng, kenapa tidak kau acuhkan aku tadi?" Komentar Via sambil mengikutiku berjalan.

Aku kembali memutar otakku, berusaha mengingat kejadian-kejadian di masa laluku. Sebagian memang sudah hilang dan terlupakan. Aku meletakkan semua ingatan itu di dasar terdalam ingatanku. Semua ini karena kejadian 1 tahun yang lalu, yang aku rasa sebagai awal mulanya aku memutuskan untuk melupakan semua masa laluku dan memulai hidup baru di universitas itu.

Aku melirik Via yang berjalan di sebelahku sambil memainkan handphonenya. Dia tidak memasang blazernya dengan benar. Memang itulah gayanya, cewek tomboy, hobi menendang laki-laki yang berusaha merayunya dan memiliki sabuk hitam di ilmu bela diri. Meski begitu dia memiliki hati yang lembut dan dia selalu mendapat ranking 5 besar di angkatan kami.

Mendadak aku tersenyum, teringat saat bertemu dengannya di kereta beberapa waktu lalu. Aku tahu, dia berusaha menyemangatiku saat itu. Dan ada sesuatu yang lupa aku katakan padanya, aku rasa aku bisa mengatakannya sekarang.

"Terima kasih." Kataku pelan. Via melirikku, mendadak lupa pada handphonenya yang terus bergetar. Sepertinya dia sedang chat dengan seseorang.

"Apa?" Wajahnya menunjukkan kerutan dalam. Aku tertawa melihatnya.

"Tidak ada apa-apa." Jawabku sambil terus berjalan. Senyumku semakin lebar.

Aku rasa tidak ada salahnya kembali ke masa lalu. Aku bisa mengulangi beberapa kejadian dan menambahkannya di daftar ingatanku tentang masa SMA ku dulu.

♥∙♥∙♥

Aku melangkahkan kakiku ke SMA. Setelah rasanya kemarin baru saja mampir untuk menemui Pak Budi. Via masih terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya semakin berisik di pagi itu. Biasanya akan ada upacara awal tahun, tapi sebelum itu ada waktu 30 menit untuk pembukaan tahun baru di kelas bersama wali kelas. Aku tahu, berat bagiku untuk melangkah ke tempat ini, melangkah ke kota ini setelah memulai hidup baru di pusat kota.

"Via! Indah!" Aku melihat tiga orang melambai ke arah kami. Mereka tertawa senang dan tanpa malu menghampiri kami.

"Rasanya udah kayak seabad gak ketemu." Teriak Icha sambil memeluk lenganku.

"Gimana liburannya?" Tanya Ratna

"Kalian bisa diam gak sih? Ini di gerbang sekolah tau!" Amel mendelik kesal pada mereka berdua.

Aku tersenyum seadanya dan menjawab dengan sebaik mungkin. Memang aku mulai menerima keadaan ini, tapi untuk menghadapinya secara langsung, aku masih membutuhkan kekuatan. Ini lebih sulit dari pada yang aku bayangkan.

"Kita masuk dulu, duduk di kelas, lalu kalian berdua boleh teriak sesuka kalian. Yang penting kita pindah tempat sebelum jadi pusat perhatian." Via menarik Ratna dan Icha, yang otomatis menarikku juga. Karena tangan Icha masih memelukku erat.

"Setuju, kenapa tidak kau lakukan dari tadi?" Amel mengangguk sambil mengikuti kami. Seingatku, dia adalah orang yang paling malas terlibat masalah, menjadi penengah di antara kami dan mungkin lebih seram saat dia mulai melototi kami. Dia bisa lebih seram dari Via kalau dia mau.

♥∙♥∙♥

wishingWhere stories live. Discover now