Clockwise 1.

62 12 15
                                    

Jarum jam mulai bergerak perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam mulai bergerak perlahan.. meninggalkan tempatnya.

[]

2019


"Iya, halo Yan?" Aiko mengapit ponselnya diantara telinga kanan dan pundaknya, sementara kedua tangannya sibuk bergerak cepat membereskan apa-apa saja yang ada di atas meja.

"Kokom, lagi di mana?"

"Ini lagi beres-beres, masih di kelas sih. Ketemu di mana, Yan?"

"Oh.. iya. Ketemu di Kossa aja."

"Nggak di kantin?"

"Tadi bareng sama anak-anak yang lain, tapi udah pada balik. Sekalian aja, daripada gerak lagi 'kan,"

"Yaudah, tunggu."

"Iya."

Aiko mengambil ponselnya kemudian mematikan sambungan telfon Adrian, pacarnya. Ia menghela nafasnya panjang, malas sekali melangkahkan kakinya ke warung belakang kampus.

Bukan hanya karena jauh, disana juga kadang didominasi oleh kaum lelaki. Kalau saja Adrian tidak menunggunya disana karena habis nongkrong dengan teman-temannya, Aiko juga ogah.

Warung Kossa atau Warung Kosong Satu, letaknya yang tidak jauh dari belakang kampus membuat warung itu merupakan tempat favorit ketiga untuk hanya sekedar nongkrong setelah kantin dan cafe.

Alias dikunjungi ketika uang jajan sudah menipis di akhir bulan.

Aiko mengedarkan pandangannya, mencari seseorang untuk diminta tolongi. Ia mengerucutkan bibirnya tatkala melihat orang itu sudah berada di ambang pintu kelas. "Ge.." ucapnya dengan nada memelas.

Ia segera menghampiri teman baiknya itu dengan gontai. "Ge.. anterin ke Kossa dong."

Dean spontan membalikkan badannya, matanya langsung menangkap Aiko yang sedang menyeret dirinya. "Napa lagi lo?"

"Anterin gue ke Kossa.." kepalanya ia tundukkan agar bisa menumpu pada dada Dean. "Jauh banget jalan kaki.. Lagi nggak mood."

"Ojol aja."

"Boros, Ge. Belakang kampus doang," katanya sambil mendorong-dorong dada Dean dengan kepalanya. "Ya? Ya?? Adrian nungguin, Ge.."

"Lah?? Ngapa tuh anak tumben? Biasanya juga lo kemana-mana dia yang nganterin," ujar Dean keheranan yang hanya dibalas anggukan lemah oleh Aiko.

Dean menepuk-nepuk pucuk kepala Aiko dengan lembut. "Sini handphone lo, biar gue yang bicara. Yakali cewenya dia suruh ke Kossa nggak dijemput."

"Ish," Aiko mendesis pelan. "Jangan. Nanti Ian marah, mikirnya macam-macam lagi."

"Berani dia marahin lo?" tanya Dean dengan nada yang sedikit tinggi, membuat Aiko sedikit mendongak untuk menatap wajahnya. "Gue beneran nanya. Dia berani marahin lo?"

ClockwiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang