[authornya lagi bucin HI]
Menganalogikan sebuah hubungan dengan arah jarum jam, 'aku' sebagai jarum jam pendek, 'kamu' sebagai jarum jam panjang.
'Aku' dan 'kamu' awalnya belum bertemu namun dekat, layaknya arah jarum jam pada 11.55. Kemudian 'kamu'...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Banyak perasaan dimulai dari pertemanan, dan banyak pertemanan berakhir karena perasaan.
[]
Hari ini, LKMM FMIPA resmi diselenggarakan untuk mahasiswa angkatan 2018.
Adrian yang sedang sibuk-sibuknya itu tidak mengabari apapun seharian. Menyisakan rasa khawatir yang tak dapat dibendung lagi oleh Aiko.
Tapi sampai saat ini, dirinya tetap tak ingin bertanya lebih lanjut lagi mengenai hal itu.
Katakanlah Aiko bodoh atau apapun.
Dirinya kini hanya akan berfokus pada perkuliahannya dulu. Adrian akan datang nanti, kalau semua sudah selesai.
Kini ia sedang berjalan bersama Dean. Sejak tadi, mereka terus saja mengitari kampus tanpa alasan yang jelas.
Sebenarnya tanpa diberitahu pun, harusnya Aiko tahu bahwa alasan Dean mengajaknya seperti ini adalah untuk tidak memikirkan Adrian sementara.
Lelaki itu.
Tidak mengantarnya ke kampus, tidak mengabari apapun. Mau ke FMIPA juga sepertinya bukan ide yang begitu bagus. Dean yang sedari tadi memaksa Aiko hanya bisa melengos.
"Ai. Gue di sini, di samping lo. Tapi lo malah mikirin Rian," terangnya. Dean tak habis pikir. Meski diberi tahu seperti ini pun Aiko tak paham-paham.
"Wajar dong, Ge. Lo ada di samping gue. Ian nggak ada di samping gue. Gue mana mau mikirin orang yang jelas keberadaannya ada," balas Aiko telak.
Iya, deh.
Tapi, Aiko. Dean benar-benar sedang membicarakan konteks yang lain. Bukan seperti yang dipikir otak polosnya.
Dean menghela nafasnya panjang. Dosa apalah yang telah ia perbuat di masa lalu hingga nasibnya semengenaskan ini.
"Ai," panggil Dean pada sosok yang sedang melamun —entah sudah keberapa kali Dean menyadarkannya— itu.
"Iya Ge, iya."
Aiko pun jengah dipanggil 3 kali semenit seperti itu.
Tidak sepenuhnya jengah, lebih tepatnya. Aiko sedikit merasa bersyukur mempunyai Dean di sisinya saat ini, menggantikan sosok Adrian.
Koreksi lagi lebih tepat, merebut kembali posisi yang harusnya Dean miliki dari awal.
Benar-benar, ya. Sejak berpacaran dengan Adrian, waktunya dengan Aiko semakin jarang dan hampir tidak ada.
Padahal dulu, tidak lama sebelum Adrian datang tanpa diundang seperti hantu ke dalam kehidupan Aiko, Dean selalu ada 24/7.
Terlalu hiperbola. Setidaknya, itu bisa menggambarkan sedikit bagaimana selalu adanya Dean buat teman baiknya itu.