Kenalin, aku Reina Dhesafalins.
Gadis yang kesehariannya rebahan, tetapi ambis ingin sekali menjadi seorang Arsitek Interior ternama.Aku dari keluarga yang sederhana, Mamahku hanya Ibu rumah tangga dan Papahku seorang Teknisi Mesin. Mempunyai satu orang Kakak laki-laki yang kerjaannya ngusilin Adiknya terus, tapi satu-satunya wadah disaat aku bimbang plus menjadi motivasi hidup seorang Reina Dhesafalins.
***
Sekarang aku masih berada di Cafe dekat kampus. Aku duduk di meja dekat jendela karena itu tempat favoritku. Dan, ya ... fyi, aku memang mahasiswa universitas terbaik di Indonesia ini dengan jurusan Arsitek Interior.Saking sibuknya membuat maket, sampai-sampai aku lupa kalau hari sudah semakin larut. Cafè-nya pun sudah mau ditutup dan pengunjung yang masih ada di sini ternyata cuma aku. Mungkin, Mas, mas yang ada di ujung sana sudah ngedumel dalam hatinya, kayak, nih cewek kapan baliknya sih!
Tapi tak selang lama seorang laki-laki datang dari arah belakangku sambil membawakan satu buah cangkir di tangan kanannya.
"Minum dulu!" Tawarnya yang membuatku mengerutkan kening. Pasalnya aku tidak memesan apapun setelah menghabisi croffle yang ku pesan tadi, "tapi, saya gak pesan apa-apa lagi kok, Mas!"
"Minum aja. Bonus buat pengunjung yang ngelebihin jam kerja kita." Ucapnya sambil menduduki kursi depanku dan membuatku menelan saliva. Ia pun terkekeh sambil berkata, "bercanda. Udah minum! Gue perhatiin, lo ngerjainnya serius banget. Sampai-sampai, gak inget kalau udah malem begini."
Ya, memang beginilah aku. Kalau sudah mengerjakan sesuatu apalagi deadlinenya tinggal sehari lagi, bakal aku lupain deh kalian semua.
Aku pun akhirnya meneguk secakir hot greentea latte yang ia bawakan, lalu menaruhnya kembali.
"Sorry, ya! Gara-gara gue yang keasyikan bikin maketnya, lo sama temen lo jadi harus pulang lebih lama dari biasanya."
"Santai. Btw, nanti lo pulang naik apa?"
"Paling, ... ojek online." Ucapku yang dijawab, "oh kalau gitu bareng gue aja. Gimana?"
"Ah, gak usah! Ngerepotin." Jujur aku merasa tidak enak sekali padanya. Karena yang pertama, aku sudah mengurangi jam istirahatnya. Kedua, dibuatin minuman kesukaanku. Haduh, gak lagi deh ngerepotin orang untuk yang ketiga kalinya.
"Enggak! Tunggu sebentar ya? Gue mau beresin bekas minuman lo doang kok." Jelasnya yang langsung kabur ke belakang.
Setelah lampu mati dan pintu Cafè sudah benar-benar terkunci semua, aku dan dia pun langsung pergi meninggalkan Cafè yang sudah bertuliskan closed pada pintu utamanya itu.
***
Jalanan yang ku lewati sekarang sudah hampir sepi, karena jam memang sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh lima menit."Ngomong-ngomong, lo anterin gue pulang emangnya rumah lo searah?" Tanyaku yang lupa sekali untuk menanyakan hal ini. Bukannya gimana-gimana, tapi kasihankan kalau nyatanya rumah kita malah lawan arah?
"Searah, kok! Komplek yang barusan lo bilang 'kan sebelahan sama komplek rumah gue." Jelasnya yang membuatku terkejut, "hah? Yang bener? Gila sih dunia sempit banget!" Ia tertawa dan aku pun juga jadi ikut tertawa. Gimana tidak? Yang ku kira kalau searah masih jauhan dikit, tapi ternyata malah, sebelahan.
Dan tak terasa kita berdua pun sudah sampai di depan pagar rumahku.
"Sekali lagi, makasih ya! Sorry banget gue udah ngerepotin lo hari ini." Ucapku yang dianggukinya, "oh ya sampai lupa. Nama lo siapa?"
"Gue Arga. Lo?"
"Gue Reina. Panggil aja Rein." Jawabku sambil tersenyum. Dan Arga membalasnya dengan mulut berbentuk 'O' tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fill in My Journal
Teen FictionIni kisah tentang impianku, harapanku, perjuanganku serta perjalanan kisah cintaku yang begitu rumit. Tentang kenanganmu yang begitu tidak bisa dipisahkan dan dilupakan. Kamu, yang mengerti semua tentangku dan tak ada lagi orang yang seperti kamu, t...