Pagi ini jadwal kelas Bu Herlin sudah dimulai. Aku dan mahasiswa yang lain pun sudah berada di tempat duduknya masing-masing dengan satu buah buku catatan dan pulpen di tangan kananku.
Pagi ini Bu Herlin lebih banyak membahas soal tugas Studio, yang kebetulan temanya baru saja dibagikan. Serta mengumumkan bahwa kelas Studio nanti akan digabung dengan beberapa anak Arsin semester enam yang ia ajar.
"Jadi, ... paham ya sampai di sini?"
"Paham, Bu!" Serentak kami menjawabnya.
"Baik. Kalau begitu saya akhiri matkul hari ini. Selamat mengerjakan!" Lanjutnya untuk mengakhiri kelas kali ini.
***
Saat matkul Bu Herlin tadi selesai, aku dan Sesil pun langsung menuju ke Perpustakaan. Niat awal kami yang ingin meminjam beberapa buku untuk dijadikan referensi maket, malah jadi ketiduran akibat tugas maket dan desain yang semalam ku lanjutkan membuatku jadi tidur sampai sangat larut.Kurang lebih satu jam tidur di Perpus, akhirnya aku terbangun juga lalu kebingungan sendiri soal kenapa aku bisa sampai ketiduran di sini dan kenapa tidak ada juga yang membangunkanku? Bahkan biasanya bisa saja diusir kalau sampai ada ketahuan tertidur di area Perpus.
Dengan segera aku pun membangunkan Sesil sebelum ada yang melihat ke arah kami berdua.
"Sil, Sil, bangun!" Ucapku sambil menepuk-nepuk bahu kirinya pelan, "kita ada kelas lagi tau sama Pak Aryo!"
Sesil yang masih ogah-ogahan itu pun akhirnya langsung melek secara sempurna, bahkan gak ada lagi tuh rasa ingin melanjutkan tidur setelah mendengar ucapanku.
"DEMI APA? Ya ampun! Udah ketinggalan berapa menit nih gara-gara lo nyuruh gue tidur!"
"Dih! Kok jadi gue?"
"Ya emang lo yang mulai duluan! Terus gue bingung harus ngapain ditambah Perpus juga sepi. Jadi ... yaudah gue ikutan."
"Dasar! Bukannya bangunin gue malah ikutan tidur."
"Ah, udahlah ayo ini udah telat banget pasti!" Ujarnya yang langsung menarik tanganku dengan asal. Membuatku langsung mengangkat buku pinjaman Perpus itu dan segera meninggalkan tempat ini.
Sampai di depan kelas, semua sorot mata teman-teman kelasanku mengarah ke arah kami berdua. Sebab, aku dan Sesil sudah heboh sekali sampai harus lari-larian saking takutnya ketinggalan kelas Pak Aryo yang super duper galak. Telat beberapa detik? Pulang.
Dengan melepas rasa canggung akhirnya Sesil membuka suara, "ekhm, ini kelas belum mulai apa Pak Aryo telat sih? Gak on time banget doi jadi dosen."
Sesil yang berucap seperti itu pun langsung dibalas oleh salah satu teman kelasanku, "loh, kan masih dua puluh menit lagi Sil? Lagian, mana pernah Pak Aryo telat. Aneh lo!"
Seketika tawaku ingin sekali pecah tapi tertahan karena pastinnya malu sendiri dengan apa yang sudah aku dan Sesil lakukan agar tidak telat pada mata kuliah Pak Aryo hari ini.
"Hehe, gue tuh lagi basa-basi aja biar rame. Lagian, kelas sepi banget kayak kuburan. Udah pada ngopi belum sih?"
***
"Rein, bawa kuas gak? Kalau bawa pinjem dong!"Setelah acara memalukan itu berakhir, aku dan Sesil pun langsung memilih duduk di kursinya masing-masing.
"Bawa."
"Mau!"
"Wait!" Jawabku yang langsung mengambil tas ranselku lalu membukanya. Dan, JENG-JENG! Aku langsung dikejutkan dengan adanya satu buah botol minuman bertuliskan 'green tea latte' di dalam tas ranselku. Membuatku jadi bingung sendiri. Pikirku, dari siapa coba? Namun segala macam pertanyaanku itu dikacaukan oleh suara Sesil yang menanyakan lagi soal kuas yang ia butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fill in My Journal
Teen FictionIni kisah tentang impianku, harapanku, perjuanganku serta perjalanan kisah cintaku yang begitu rumit. Tentang kenanganmu yang begitu tidak bisa dipisahkan dan dilupakan. Kamu, yang mengerti semua tentangku dan tak ada lagi orang yang seperti kamu, t...