Hari ini, adalah hari di mana Zahra resmi menjadi siswa di SMA Negeri Bintang Perwira. Belum ada KBM di hari ini, karena agenda hari ini hanyalah open recruitment ekstrakurikuler.
"Eh, Zah. Kamu mau masuk ekstrakurikuler apa?" tanya Aulia.
"Emmm ... apa, ya? Masih bingung sih, tapi kayaknya masuk Rohis aja deh, kan banyak cogan, mana bening-bening," ujar Zahra terkekeh geli.
"Astaghfirullah, Zah. Gak boleh kayak gitu, niat masuk Rohis itu harus baik, ya emang sih, banyak yang masuk Rohis cuman karna banyak cogan, tapi itu niat yang salah. Rohis 'kan tempat untuk dakwah, jadi jangan disalah artikan. Lagian nih ya, kalo kita dapet jodoh dari Rohis, itu bonus buat kita," jelas Aulia.
"Aulia mah orangnya serius mulu, aku 'kan cuman bercanda. Ya kali aja aku kayak gitu," ujar Zahra manyun.
"Iya-iya, maaf, lagian aku gemes sama orang yang kayak gitu. Niat hijrah itu karna Allah, jangan karna manusia. Astaghfirullah."
"Iya bener, tapi aku gak gitu, kok. Aku udah punya nazar dari pas SMP sih."
"Nazar apa?" Aulia mulai penasaran.
"Aku pernah bilang sama temen dan keluargaku, kalo nanti, aku masuk SMA, aku bakalan masuk Rohis, dan aku bakal hijrah. Itu niat dari hatiku yang paling dalam."
"Masya Allah, Alhamdulillah kalo kayak gitu mah. Aul kira, kamu masuk cuman karna ada dia," ujar Aulia sambil menunjuk seseorang di koridor kelas 11.
"Astaghfirullah, Aul kok kayak gitu sih. Dia itu kakak kelas aku waktu SD, mana mungkin aku suka sama dia, jangan ngaco kamu."
"Lah? Kakak kelas kamu? Serius?"
"Iya, kenapa emang?"
"Dia juga Kakak kelasku waktu SMP, pas itu dia nakalnya Masya Allah banget, tapi yang paling bikin kaget, kenapa sekarang dia bisa berubah kayak gitu ya? Masih heran aku."
"Aulia sayang, sekarang gini, hidayah 'kan datang kapan aja dan di mana aja, mana ada yang tau kalo si Fulan yang dulunya nakal, ke depannya bakal berubah jadi ustadz, 'kan gak ada yang jamin. Itulah rencana Allah yang paling indah. Allah tau, mana yang baik untuk hambanya, dan Allah 'kan dzat yang membolak-balikkan hati manusia. Ada orang yang berubah, ya kita ikut seneng dong. Lebih baik mantan preman, dari pada mantan ustadz. Right?"
"Sure! Astaghfirullah, kenapa aku suuzan gitu sih," ucap Aulia sambil mengelus-elus dadanya.
"Kita emang gak bisa mengubah seseorang buat jadi seperti apa yang ingin kita lihat, tapi kita bisa, buat mengubah prasangka hati kita untuk tetap selalu husnuzan kepada orang lain," ucap Zahra dengan tersenyum.
"Ya Allah, temenku ini pinter banget, sih. Makasih ya, Zah, udah mau ngingetin aku, hehehe."
"Iya siap. Eh iya, dulu kamu ikut Rohis nggak, waktu SMP?"
"Engga, soalnya gak terlalu tertarik."
"Tapi kamu udah pake krudung syar'i, aku kira kamu udah jadi anak Rohis dari SMP."
"Kalo pake krudung syar'i mah udah dari dulu, hehe. Tapi aku gak ikut Rohis, soalnya dulu tuh masih minder aja gitu, Rohis di sekolahku tuh pada syar'i semua. Aku yang masih kayak gini gak percaya diri dong."
"Kamu yang udah begitu aja masih minder, terus aku yang masih kayak gini ini gimana?" batin Zahra.
"Emang masih ada yang lebih syar'i dari kamu, Ul?"
"Banyak atuh. Aku mah apa atuh, jauh kalo dibanding mereka semua mah, hahaha." Aulia tertawa.
"Udah, gak usah membandingkan, Ul. Semua kan udah ada porsinya masing-masing, beruntung banget loh, kamu bisa kayak gini. Do'akan aku secepatnya kayak kamu, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekuatan Hati [TERBIT]
RomanceHighest Rank : #1 on Bertepuk ___ Aku tak seperti Bunda Khadijah yang bisa mengungkapkan rasa cintanya. Aku juga tak seperti Bunda Aisyah yang memiliki kisah cinta sangat indah. Aku seperti Sayidatina Fatimah yang hanya mampu mencintai dalam diam, h...