Sesungguhnya, cinta yang sebenernya hanyalah cinta untuk Allah ta’ala.
~ Kekuatan Hati ~
* * *
Malam ini, langit tampak sangat cerah, jalanan ramai akan kendaraan yang berlalu-lalang. Zahra baru saja keluar dari supermarket, kali ini dia sendiri, mengingat supermarket yang letaknya tak jauh dari rumah Teteh-nya. Zahra berjalan dengan memegangi handphone-nya, sesekali mengabadikan kota yang penuh sejarah ini. Saat sedang asyik memfoto, tiba-tiba dia melihat sosok yang sangat dia kenali. Untuk memastikan, Zahra menyipitkan matanya guna mempertajam penglihatannya. Jantungnya berpacu dengan cepat, keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipisnya. Sejenak Zahra berpikir. Dengan tiba-tiba orang yang dia perhatikan tadi berjalan mendekat ke arah Zahra.
“Teh, permisi mau tanya, kalo alamat ini di mana, ya?” Zahra menghela napas lega, dia lupa bahwa dia mengenakan cadar, itu tandanya orang yang bertanya kepadanya itu tidak menyadari bahwa itu Zahra.
“Teh? Teteh?” orang tadi melambaikan tangannya di depan muka Zahra.
“Eh? I-ya? Gimana kang?”
“Teteh tau alamat ini?”
“Oh, maaf, kang, saya bukan asli orang sini.” Orang tadi menyipitkan matanya, suara yang dia dengar tak asing di pendengarannya.
“Zahra?” Zahra melotot tak percaya, jantungnya yang tadi normal kini berdetak dengan tidak semestinya.
“Kamu Zahra ‘kan?” tanyanya sekali lagi. Zahra hanya mengangguk. Terlihat orang tadi terkejut.
“Loh? Kok ada di sini, Zah?”
“Hehe, iya, Kak. Zahra main ke rumah Teteh. Kalo Kak Rafa sendiri?” Ya, lawan bicara Zahra ini adalah Rafa, si ketua Rohis yang dia kagumi dalam diam itu.
“Sama, aku juga mau ke rumah Teteh-ku, tapi gak tau di mana, makanya tadi tanya ke kamu.”
“Emm ... mau ke rumah Teh Sari?” tanya Zahra.
“Loh? Kok tau? Kamu bisa membaca isi pikiran orang, ya?”
“Enggak, Teh Sari ‘kan temennya Teteh-nya Zahra.”
“Masya Allah, ternyata mereka temen. Oh iya, rumah Teteh-mu masih jauh dari sini?”
“Enggak, itu udah kelihatan dari sini. Kakak ikut ke rumah Teteh-ku aja gimana? Nanti biar Teh Syifa yang ngasih tau dimana rumah Teh Sari.”
“Gak ngrepotin, ‘kan?”
“Kalo Zahra mah enggak, gatau kalo Teh Syifa.” Zahra pun berjalan mendahului Rafa. Rafa hanya bisa menggelengkan kepala.
“Kak Rafa di sini dulu, inget! Di sini!” Rafa hanya mengangguk. Zahra berlalu masuk meninggalkan Rafa.
“Teh, di ddepan ada keponakan Teh Sari.”
“Loh? Ngapain ke sini?”
“Gak tau, hampiri aja, sana.”
“Ya sama kamu atuh, ayo.” Syifa menarik tangan Zahra dengan brutal. Zahra hanya bisa pasrah.
“Assalamu’alaikum, Teh.”
“Wa’alaikumussalam, ini Rafa, ya? Ponakannya Sari?”
“Iya, Teh, bener. Saya baru pertama kali ke sini. Teh Sari cuma ngasih alamatnya aja, nah saya bingung ini arahnya ke mana.”
“Owalah, gitu. Ke sini naik apa, Raf?”
“Naik bus, Teh, turun di terminal. Terus naik ojek sampai sini, kebetulan tadi ketemu Zahra, makanya sama Zahra disuruh ke sini.” Zahra melotot menatap Rafa, Rafa hanya berekspresi tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekuatan Hati [TERBIT]
RomantiekHighest Rank : #1 on Bertepuk ___ Aku tak seperti Bunda Khadijah yang bisa mengungkapkan rasa cintanya. Aku juga tak seperti Bunda Aisyah yang memiliki kisah cinta sangat indah. Aku seperti Sayidatina Fatimah yang hanya mampu mencintai dalam diam, h...