My eyes will only be on you

465 44 4
                                    

"I don't want to watch the world end with someone else."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pesta ulang tahun itu menutup cerita musim panas kami. Hanya menyisakan kesan bahagia setelah pesta itu. Kini tahun ajaran baru dimulai. Aku telah kelas 2 SMA. Kami menjalani kehidupan siswa SMA biasa lagi. Siswa SMA yang masih kasmaran tentunya.

Pagi itu seperti biasa, Davin menjemputku. Dia sudah sampai di rumahku pukul 06.00 pagi. Hal yang selalu aku tanyakan adalah; dia berangkat dari rumah jam berapa? Namun Davin selalu mengatakan itu bukan masalah besar, yang penting dia bisa memastikan untuk menjemputku, dan mengantarku tepat pada waktunya.

Mungkin itu awalnya manis, namun aku sungguh jadi tak enak hati ketika Davin mesti menunggu dengan ibuku di ruang tamu. Kadang aku mengajak Davin sarapan terlebih dahulu, kadang itu terasa tak sempat. Seperti hari ini.

"Davin, mengapa kau harus datang sepagi ini?" Tanyaku setelah kami sudah berada di mobil menuju sekolah.

"Kau sudah tahu jawabannya. Aku tidak ingin kita terlambat." Jawabnya dengan mata fokus ke jalan.

"Kita tidak akan telat dengan mobilmu. Aku tidak enak melihatmu harus menunggu lama"

"Tidak masalah. Selama menunggumu aku banyak berbicara dengan ibu atau adikmu."

"Ugh. Sangat keras kepala!" Umpatku cemberut. "Aku lapar, kau tahu? Ini karenamu!!!"

"Apa kau ingin makan burger?"

"Sepertinya aku mau" Jawabku antusias.

Davin pun berhenti di toko burger. Membelikanku burger dan hot tea. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Aku memakannya di perjalanan, sambil menyuapi Davin. Entah hanya perasaanku saja atau bukan, Davin terlihat bahagia bila aku menyuapinya.

Kami sampai di sekolah. Tak lupa Davin menggandeng tanganku. Aku sudah berkali-kali memintanya untuk tak melakukan hal-hal romantis di sekolah, toh seluruh penjuru sekolah juga sudah mengetahui kami adalah sepasang kekasih, lalu untuk apa lagi memperlihatkannya dengan jelas di depan umum?

Tapi Davin tak mendengarkan perkataannku. Dia tetap mengancamku, bila aku tak mau digandeng, maka dia akan merangkulku, kalau aku tak mau dirangkul maka dia akan menciumku. Ugh sangat menyebalkan.

Davin mengantarku hingga ke kelasku. Kami berpisah kelas. Letak kelas kami bahkan berbeda, aku di lantai atas, sedangkan Davin di lantai bawah. Davin bersikeras untuk pindah ke kelasku namun aku melarangnya.

"Aku akan pindah ke kelasmu." Katanya tiap kali mengantarku.

"Tak perlu. Aku sangat suka diantar dan dijemput ke kelas seperti ini. Kalau kau berani-beraninya pindah, maka aku akan marah padamu!" Ancamku.

Aku sungguh tak ingin mendapatkan banyak perhatian. Apalagi semenjak Davin mengungkapkan di depan umum bahwa kami berpacaran. Aku sangat malu.

Teman-temanku di kelas baru nampak seperti lebih memanusiakanku. Mereka baik, mengajakku berbicara, berteman denganku. Namun, apakah itu semua tulus?

"Hey, kau Melrose, ya?" Tanya seorang gadis yang duduk di samping mejaku.

"......." Aku menganggukan kepalaku.

"Perkenalkan, aku Stella." Katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku menjabat tangannya.

"Aku tak menyangka Davin sudah punya pacar, dan pacarnya sangat cantik sepertimu." Tentu. Davin adalah alasan dia mau berbicara padaku.

"........" Aku hanya tersenyum, tak tahu ingin bicara apa.

"Apa kau tahu? Dulu saat dia baru pindah ke sini, banyak gadis yang patah hati karena ditolaknya?" Kata gadis itu yang sepertinya masih ingin mengajakku berbicara.

It's Okay For Me To Love The Devil (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang