Do you think the universe placed us together?

686 64 0
                                    

"I don't want you to leave me or be afraid of me."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari-hariku berlalu begitu saja. Aku beraktivitas seperti biasanya. Davin mengantar dan menjemputku ke sekolah setiap harinya. Dia ikut semua les tambahanku.

Aku duduk sendiri, Roxy pindah duduk bersama Carissa, jarak kami benar-benar jauh. Davin selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Perasaan sukaku padanya bertumbuh, menjadi lebih dari suka. Davin selalu menunjukkan sisi romantisnya. Aku sangat bersyukur memilikinya di hidupku.

Namun aku masih belum menemukan rahasia Davin, dia selalu mengalihkan pembicaraan setiap ku tanyakan tentang teman-teman SMPnya. Oleh karna itu, aku masih belum mau meresmikan hubungan kami. Davin juga tak pernah mengungkitnya lagi. Mungkin ia tak masalah dengan gantungnya hubungan ini, selama kami bersama-sama.

Dia tahu aku selalu jujur padanya, dia juga selalu terbuka denganku. Aku tak begitu memperdulikan perasaan cinta-cintaan ini. Lagi pula, pada akhirnya hubungan ini akan seperti di drama-drama televisi. Orang tuanya yang kaya akan menggunakan berbagai cara untuk memisahkan hubungan kami. Aku sudah mahir dalam menebak jalan cerita romance.

Tanpa terasa, minggu depan kami akan melaksanakan ujian akhir tahun. Dan setelah liburan panjang, aku akan menjadi siswa kelas 2, sungguh tak terasa.

Hari-hariku yang monoton ini menjadi penuh kejutan setelah adanya Davin. Kami berencana untuk belajar bersama, hampir setiap pulang sekolah Davin dan aku mampir ke perpustakaan untuk belajar dan mencari refrensi tambahan.

Aku sangat suka waktu-waktu kebersamaan kami di perpustakaan. Dia selalu menggodaku. Dia tak pernah serius belajar. Dia hanya ingin menghabiskan waktu bersamaku. Atau begitulah yang aku pikirkan.

Davin mulai terbiasa makan-makanan biasa. Di resto-resto pinggir jalan. Awalnya sangat sulit mengajaknya untuk ke sana, namun karena aku selalu memohon padanya agar pergi bersama ku, dia mau tak mau mengikutiku.

Aku tahu ini sulit ia terima, namun setelah ia mencicipi rasa masakan mereka, Davin jadi menyukainya. Ia sekarang tak masalah kalau harus makan di manapun. Aku meminta dia untuk menghemat pengeluarannya.

Davin sebenarnya selalu mengajakku untuk pergi ke pesta-pesta teman-temannya. Dan karena ayahku tidak memperbolehkanku keluar malam-malam, maka aku tak pernah bisa menemaninya. Padahal aku sangat khawatir kalau-kalau ada perempuan yang mendekatinya, apalagi aku selalu membayangkan betapa tampannya dia dalam stelan jas. Uhuk. Aku terbatuk dalam lamunanku.

Jumat malam Davin memiliki rencana untuk ke pesta ulang tahun teman masa kecilnya. Aku berpikir pasti di sana ada Roxy. Aku ingin sekali datang, namun aku tidak bisa. Selain sudah berjanji pada ayahku untuk tidak keluar malam, dan ibu memberiku banyak pekerjaan rumah - karena mereka pergi ke desa mengunjungi saudara - aku juga tak punya gaun yang bisa dipakai. Pasti akan mempermalukan Davin, pikirku.

Maka ketika Davin mengajakku, aku hanya bisa menolaknya. Davin sudah terbiasa mendengar penolakanku. Dia tak pernah mempermasalahkannya.

Malam pesta itu datang, entah kenapa aku sangat cemas. Aku tak bisa tidur. Perasaanku sedikit lega karena Davin selalu membalas pesanku. Hingga aku ketiduran.

Aku tak tahu kapan Davin pulang dari pesta itu. Dan aku penasaran, apakah ia mabuk? Aku tahu apa yang orang-orang kaya lakukan saat di pesta. Pasti di sana ada alkohol.

Pagi pun datang, aku yang penasaran segera menelepon Davin. Berkali- kali panggilanku diabaikan. Hingga pada akhirnya ia mengangkatnya. Namun itu bukan suara Davin. Itu seperti mimpi burukku, itu suara perempuan.

Perempuan yang menjawab telepon Davin pada pukul 05.45 pagi. Rasanya sungguh sesak. Sangat sesak. Aku seperti disambar petir. Begitu menyakitkan.

“Hello?." Sapa perempuan itu.

It's Okay For Me To Love The Devil (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang