Can love turn into hate just as easily?

425 45 1
                                    

"I would never stop trying to see good memories of the person I used to know."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Aku tak tahan melihatnya terus menempel padamu. Ya, semua pemikiranmu benar.. Aku yang menyuruh mereka untuk menabrak Nico. Aku ingin menghilangkannya dari pandanganmu. Lalu orang itu meneleponku, mengatakan bahwa kau di sana, kau menggagalkan aksi mereka. Kau menolong dia. Aku segera datang begitu tahu kau di rumah si brengsek itu. Membayangkan dia menyentuhmu, membuatku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri." Mendengar pengakuan Davin, aku merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Betapa sangat menyesakkan dadaku. Betapa sangat menakutkan.

Selama ini aku berusaha memikirkan bahwa Davin tidak akan pernah melakukan hal-hal jahat semacam menghilangkan nyawa orang. Namun malam ini, aku benar-benar tahu apa yang ia lakukan di belakangku. Dia benar-benar bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Apa kau merasa bersalah, ketika tahu aku juga ikut terluka karena kelakuanmu?"

"......." Davin hanya mengangguk.

"Apa kau ingin, lain kali, aku bukannya menyelamatkan Nico dengan menariknya ke tempat yang aman, melainkan aku yang akan menggantikan posisi Nico sebagai orang yang ditabrak??"

"Apa?? Tidak!!! Jangan pernah melakukan hal itu!!!" Teriaknya sambil menggenggam tanganku sangat erat.

"Mau kah kau berjanji, untuk tidak lagi mencoba membunuh Nico??" Pintaku melemah.

Davin diam. Tatapannya yang semula tajam menjadi sendu.

"Selama kau juga berjanji; tidak akan dekat dengannya." Katanya bernego.

Aku tak punya pilihan lain. Masalahnya ini adalah urusan nyawa. Aku tak mau gegabah dan membuat Nico celaka.

"......." Aku mengangguk.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami. Davin beberapa kali mengajakku untuk makan malam, namun aku menolaknya. Aku sama sekali tak nafsu makan. Akhirnya kami sampai rumahku.

"Davin.. Besok hari sabtu.. Aku ingin tidur seharian.. Bisakah kau tidak datang menemuiku?" Pintaku lirih.

"Apa ini artinya kau tidak bisa menerimaku lagi?" Simpulnya.

"Tentu saja tidak seperti itu. Aku hanya ingin melupakan kejadian hari ini. Aku hanya ingin besok tidur seharian. Kalau kau tidak bisa menerima keinginanku, maka aku akan marah padamu.." Ancamku dengan nada yang tenang. Aku tak punya kekuatan lagi untuk berteriak padanya.

Dia pun setuju dan tak berapa lama pulang. Aku segera masuk kamarku. Aku mengabaikan keluargaku yang bingung melihat betapa berantakannya wajahku. Ayah beberapa kali datang ke kamar untuk menanyakan kondisiku, namun aku tak membiarkannya masuk.

Aku hanya memikirkan apa yang terjadi hari ini. Apa yang Davin akui di hadapanku. Apa yang diriku sendiri pikirkan tentang hal ini, yang bahkan aku tak paham akan hal itu.

Terlebih lagi kenyataan ibu Davin yang mengetahui akan sesuatu tentang yang Davin lakukan di belakangku. Dan untuk itu semua.. Apa tujuannya memberitahuku? Apa yang akan dia lakukan bila dia bertemu denganku?? Benarkah dia akan memisahkan aku dengan Davin seperti yang ku pikirkan? Oh Melrose, kau lebih baik tidur.

It's Okay For Me To Love The Devil (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang