⓺ 𝔹𝕖𝕚𝕟𝕘 𝕄𝕠𝕣𝕖 ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕚𝕔𝕒𝕥𝕖𝕕

886 125 12
                                    

『 🌸 』

Tampaknya kebodohan dan rasa tidak tahu diri telah mendarah daging di pribadi satu ini.

Jika kalian kira setelah Joy memakinya habis - habisan atas hal yang bukan kesalahannya membuat gadis ini ikut membenci Joy, maka kalian salah.

Yeah, mungkin tidak sepenuhnya salah; karena awalnya Yeri memang merasa tidak bahagia setiap berada di dekat perempuan bermulut pedas dengan semua ucapan blak - blakannya itu. Tapi kalau kalian ingin tahu, usai Joy menyelamatkan dia dari risakan kakak kelas dua hari lalu, dengan konyolnya Yeri yang tak punya hak itu langsung mengaguminya. Memberikan segala respect walau tahu akan dibalas tusukan dari susunan kata - kata yang keluar dari mulut gadis semampai tersebut.

Maka dari itu dengan keberanian sekecil biji jagung, Yeri menggenggam erat sebuah box kecil warna hijau muda tepat di depan pintu kamar gadis itu. Dengan tangan gemetar hebat, dua ketukan di pintu berhasil diciptakan.

Seperti yang diduga dan diperkirakan, beberapa detik kemudian Yeri disuguhi wajah datar Joy nan senantiasa ditampilkan setiap berhadapan dengan Yeri.

"Ada apa?"

Tanya Joy dingin layaknya sikap Joy setiap hari padanya.

"Mmh, A–aku ingin berterima kasih tentang dua hari lalu."

Andai orang lain bisa mendengar detak jantung Yeri, pasti mereka mengira Yeri sehabis berlari keliling kompleks perumahannya. Degup tak beraturan yang sangat cepat itu tidak bisa Yeri tenangkan sedikit saja. Bahkan mungkin box dalam genggaman akan hancur akibat remasan tangan terlalu kuat.

"Jangan salah sangka. Aku tidak melakukannya untukmu."

Walau aku juga tidak tahu melakukannya atas dasar apa, yang jelas tidak boleh untuk kau! , pikir Joy.

Joy kalut.

Mencari - cari jawaban tentang untuk apa Ia melakukan hal tersebut dua hari lalu. Siapapun dapat menyimpulkan bahwa Joy memang sungguh merasa iba pada gadis kecil tak berdosa di hadapannya saat ini. Tapi siapa juga yang ingin mengalah pada nurani saat logika mendorongnya untuk membenci. Tentu Joy akan sebisa mungkin menolak pernyataan itu dan mengumpulkan alasan sebanyak mungkin.

"Tetap saja, terimakasih. Dan ini sebagai tanda terima kasihku."

"Berikan saja untuk kakak - kakak terbaikmu itu!"

Blam!

Pintu tertutup keras di depan wajahnya. Menyisakan Yeri yang masih menghabiskan waktu untuk berdiri terdiam di tempatnya sambil tak henti memperhatikan benda dalam genggaman.

Meratapi nasib yang tak pernah ingin memihaknya sekali saja. Menyalahkan takdir nan dengan keji menumbalkannya untuk diberi siksa dunia.

Tapi sepertinya semesta ikut marah setelah Yeri menyudutkannya. Jadilah harapan kecilnya dikabulkan begitu saja karena ketika Yeri hampir berbalik, pintu kembali dibuka cepat dan box hijau hilang dari genggaman dalam hitungan detik. Mendongak, Yeri mendapati Joy masih dengan alis membentuk garis lurus horizontal lantas mengucapkan sesuatu yang entah mengapa sukses mengundang senyumnya sebelum kembali membanting papan kayu itu.

"Setelah dipikir - pikir, memang sudah seharusnya kau memberiku sesuatu sebagai rasa terima kasihmu."

Yeri mulai berpikir. Mungkin dengan langkah sederhana, keadaan akan membaik sedikit demi sedikit.

≋ ㄳ ≋

Regards
- C

MARIGOLD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang