End

958 87 15
                                    

Unuk yang sedang puasa, dianjurkan bacanya setelah buka yaa

Ini chapter terakhir :) akhirnyaaa

...

Rasanya Chanyeol ingin sekali membunuh wanita ular dihadapannya sekarang juga.

Keadaan Sehun belum stabil, bahkan dokter menganjurkan untuk rawat inap, tapi wanita itu memaksa untuk membawa Sehun pergi.

"Tidak ada waktu lagi atau kita semua akan mati."

"Cih! Aku tidak peduli."

"Cepat bawa mereka berdua."

Sepanjang perjalanan Chanyeol memberontak, berusaha melepaskan diri dari dua orang berbadan besar yang mencengkeram lengannya kuat. Ia hanya mampu menatap sendu pada Sehun yang tidak sadarkan diri di gendongan anak buah Nara.

.

.

Markas besar yang telah menjadi tempat tinggalnya selama bertahun-tahun tidak pernah membuatnya ketakutan seperti sekarang.

Bangunan tua dengan cat memudar di berbagai sisi, sangat tidak terurus itu terlihat begitu mencekam. Puluhan orang berbada besar berjaga di setiap sisi. Ekspresi datar dan tatapan tajam menunjukkan mereka siap menghabisi siapapun yang mengganggu.

"Hyung."

Sehun sudah sadarkan diri di tengah perjalanan tadi. Dengan berbagai paksaan dan permohonan, akhirnya Chanyeol diperbolehkan memapah Sehun. Langkahnya sangat pelan, Chanyeol tahu orang-orang yang mengawal mereka sudah tidak bisa bersabar.

"Hm."

Suara Sehun sangat lemah. Ringisan kesakitan menjadi senandung kematian untuk hatinya yang semakin lebur. Chanyeol merasa gagal menjaga Sehun. Tidak ada yang menjamin jika hari ini bukan hari terakhir nyawa mereka melekat di raga.

Sampai di ujung lorong, mereka di arahkan untuk berbelok ke kiri. Satu per satu tangga mereka pijak untuk sampai ke tempat lebih tinggi. Bukankah ini benar akhir hidup mereka? Jalan yang mereka lalui ini akan berakhir di loteng, yang tidak lain adalah tempat penyiksaan paling dihindari oleh siapapun yang mengetahui tempat itu.

Suara pesakitan yang akan terdengar ke seluruh penjuru markas menjadi peringatan bagi siapapun yang memiliki keberanian untuk memberontak.

"Maaf."

Sehun terus meracau dan Chanyeol tidak mampu lagi menjawabnya. Bagaimanapun, ia rela mengorbankan nyawanya untuk Sehun tetap selamat, tapi itu tidak mungkin. Tidak ada kata ampun lagi bagi mereka berdua.

BRAK

Satu-satunya pintu di ruang gelap itu tertutup, menyisakan ventilasi penuh sarang laba-laba yang menjadi satu-satunya tempat cahaya merambat masuk.

Napas Sehun semakin berat, Chanyeol memeluknya dengan erat. "Bertahanlah, Sehun-a."

"Maaf, Hyung."

"Tidak. Kau tidak bersalah. Kau tidak akan mendapat hukuman." Bahkan tubuh dalam pelukannya itu mulai bergetar, ketakutan. Chanyeol seperti kembali dihadapkan pada beberapa tahun lalu.

Trauma Sehun kembali muncul.

"Aku pasti akan membawamu keluar dari sini." Chanyeol melepaskan pelukannya, membiarkan Sehun meringkuk ketakutan sementara ia menyusuri tempat itu dengan penerangan yang sangat minim.

Chanyeol ingat, ruangan itu memiliki jendela besar yang ditutup dengan kayu. Jika ia berhasil menghancurkannya, mereka bisa keluar dari sana. Meskipun mereka harus melompat dari lantai 3, tidak masalah.

TEMPO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang