0.7 Clear

3.7K 316 18
                                    

Detak jantungnya sudah berdetak sejak 20 menit yang lalu. Dan sejak itulah, suasana masih hening. Enggan ada yang mengatakan apapun.

Ibunya hanya menatap ia dan Jimin bergantian.

Hakyung sudah pulang sejak ibunya mengatakan bahwa Jimin sibuk.

   "Katakan pada ibu. Apa yang kalian sembunyikan dari ibu?" Helaan nafas Jimin mengudara setelah mendengar pertanyaan ibu tiri sekaligus ibu mertuanya itu.

   "Hakyung bukan sekretarisku bu, dia adalah kekasihku." Jawaban Jimin membuat Sohee memejamkan mata.

Apa yang dikatakan Jimin membuatnya geram.

Tidak seharusnya pria itu mengatakan sejujurnya. Terlebih sudah ada Jisung diantara mereka.

Nyonya Kim tidak terkejut. Karena beliau juga tahu sedari lama. Sejak saat wanita itu datang malam malam beberap minggu yang lalu. Memang tidak ada yang beres di rumah tangga Sohee dan Jimin. Mereka berdua sangat ahli menutupi semuanya.

  "Sekarang kemas kemasi barang barang mu. Dan ikut ibu pulang kerumah." Sohee mengangkat kepala menatap sang ibu.

   "Tidak bu, aku akan tetap disini. Jisung membutuhkan Jimin." Jawabnya menahan peluh airmata.

   "Kau tidak mendengarnya?" Sang ibu menatapnya.

   "Aku mohon ibu.. Biarkan aku tetap disini. Jisung membutuhkan Jimin. Aku mohon bu." Sohee bahkan memegang kedua lutut sang ibu.

   "Jimin masih bisa menemuinya." Ibunya juga bersikukuh.

    "Ibu... Maafkan aku, tapi ini masalah rumah tanggaku. Aku mohon bu, aku mohon." Sohee bahkan sudah menangis sekarang.

Nyonya Kim menghela nafas dan beranjak dari sofa. Meraih tas dan jaket. Lalu mengenakan hilsnya dan pergi dari apartemen Sohee dan Jimin.

Wanita itu menangis di depan sofa. Sedangkan Jimin meninggalkannya dan pergi kekamar.

*******

Malam ini benar-benar sepi bahkan sunyi. Ia masih setia menemani Jisung yang belum juga tidur. Bahkan anak kecil itu berjalan pelan mendekati jaket Jimin yang tergeletak di atas sofa sejak beberapa jam yang lalu.

Diliriknya sepatu dan hils tinggi itu. Lagi-lagi Sohee harus melihat pemandangan dua pasang alas kaki yang berjejer itu.

Sejak kepergok oleh ibunya, Jimin dan dirinya tidak pernah berbicara selain menanyakan kabar Jisung. Namun, Jimin sudah bersikap baik dan menjadi ayah yang baik untuk Jisung sejak saat itu.

   "Ap-pa." Lamunannya buyar kala satu kata itu keluar dari mulut Jisung putranya.

Jisung memanggil sang ayah. Namun sang ayah tidak ada disana. Tengah beradegan panas diatas ranjang dengan wanita lain. Beruntung kamar yang sempat di tempatinya itu kedap suara. Jadi Jisung tidak bisa mendengar suara laknat dari jalang itu.

   "Jisung ayo tidur, sayang." Sang ibu mendekatinya.

    "Appa." lagi lagi, Jisung memanggil sang ayah.

Dengan terpaksa Sohee harus menghampiri kamar Jimin dan  mengetuk pintu kamar itu. Tak berselang lama, sang pemilik keluar sudah dengan pakaian lengkap.

   "Jisung ingin ikut denganmu."

Anak laki laki itu segera diraihnya.

    "Jika dia tidur tolong antar kekamarku. Kalai begitu aku kekamar dulu." Ujar Sohee setelah menyerahkan Jisung kepada Jimin.

Heaven From My Brother[Lengkap] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang