0.8 Feeling

3.8K 308 24
                                    

Dibukanya pintu kamar dengan pelan, sebab Jisung yang sudah tidur. Ia lantas meletakkan Jisung di keranjangnya. Mengecup pelan dahi sang putra, sebelum mengusap pipi kirinya.

Suara pintu apartemen yang terbuka membuatnya keluar kamar. Rupanya Jimin sudah berdiri di depan kamarnya.

Tangan besar itu mengusap airmatanya. Ini kali pertama Jimin menyentuhnya sejak hampir dua tahun belakangan. Sentuhan itu masih sama. Bahkan tidak pernah berubah.

Dengan berani, Jimin mengecup pelan bibirnya. Melumat lembut bahkan sangat hati hati. Seolah bibirnya adalah benda rapuh yang kapan saja dapat melebur menjadi abu. Jimin mendorong tubuhnya dan menutup pintu.

Bahkan ia dapat merasakan tubuhnya benar-benar menempel dengan tubuh Jimin. Ia juga mengalunkan kedua tangannya ke belakang leher Jimin.

Menyalurkan semua kerinduan yang diciptakan olehnya selama ini.

Namun tidak lama kemudian, Jimin melepaskan tautan dan menatap wajah sang istri. Sempurna, namun entah kenapa Jimin seakan tidak bisa lagi mencintai Sohee seperti dulu.

Mungkin karena penyesalan yang amat luar biasa.

  "Ayo bercerai." Satu kalimat yang sukses membuatnya memundurkan jarak.

Lelehan airmata itu kembali. Jimin benar-benar brengsek.

Tangan pria itu berusaha meraihnya, namun ia tepis. Terlalu sakit mendengar penuturan Jimin yang baru saja. Disaat ia berusaha mempertahankan rumah tangganya. Pria itu malah ingin menghancurkannya. Karma apa yang telah kau berikan?

Sohee menengadahkan wajah. Airmata sialan itu terus saja mengalir dari kedua matanya. Sebesar itukah ia mencintai Jimin.

   "Jangan katakan itu, Jim." Kini ia memberanikan diri untuk membuka mulut.

Walaupun bergetar, ia harus mengatakan apa yang ingin ia katakan.

   "Kau boleh memiliki kekasih, kau boleh melakukan apa yang kau mau. Tapi aku mohon jangan ceraikan aku. Demi Jisung, Jim. Aku mohon." kini ia sudah terduduk lemas di hadapan suaminya.

   "Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Jim. Maafkan aku." Ini kali pertama ia mengatakan perasaannya kepada Jimin.

Jimin tidak menjawab, ia memilih diam dan meninggalkan Sohee. Entah apa yang akan dilakukan Jimin? Ia bahkan sudah tidak sanggup berdiri dengan kakinya. Terlalu sakit saat mendengar kata perceraian yang di lontarkan Jimin.

*******

Waktu berjalan begitu cepat hingga sekarang ia sudah mengenakan pakaian itu. Hari ini, hari wisudanya. Ia sudah menjadi Sarjana Hukum sekarang. Setelah hampir lima tahun mengenyam pendidikan di Universitas tersebut.

Senyum bahagia kakak, ibu dan ayahnya menghiasi harinya kali ini. Tak kurang, seorang anak laki-laki berusia sekitar 4 tahun tengah di gendong oleh Jungkook. Jisung, putra sulungnya. Diusianya yang menginjak 25 tahun, ia sudah memiliki seorang putra yang tampan.

  "Eomma!" Teriakan putranya mengalihkan atensinya.

   "Kita jadi menemui ayah kan?"

Ia kembali melamun.

Mendengar kata 'ayah' membuat Sohee menatap lekat putranya.

Jimin.

Pria itu masih sama sejak kejadian 4 tahun lalu. Tidak ada yang berubah. Jimin masih menjadi Jimin yang bermain api dibelakangnya. Dan masih dengan wanita yang sama. Lee Hakyung, sekretaris sang kakak---Taehyung.

Dianggukkannya kepala pelan. Ia tidak mungkin menolak permintaan Jisung.

Dan setelah dari Universitas, ia lantas mengajak Jisung ke kantor Jimin. Bahkan Jimin tidak datang ke acara wisudanya. Miris sekali.

Heaven From My Brother[Lengkap] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang