Tasya dan Vano.
mereka kembali
ya, Marcel seketika membeku dengan perasaan yang campur aduk dan penuh dengan tanda tanya di pikirannya.
mengapa mereka bertemu secepat ini? bagaimana mereka tahu kalau Marcel sudah kembali pulang? Marcel penasaran.
tidak ada yang berubah dari mereka. Wajah mereka tetap sama, hanya berubah sedikit lebih dewasa mungkin, pikir Marcel.
Vano dengan rambut acaknya dan Tasya dengan rambut tergerai dengan jepit berwarna putih di sebelah kanan.
disatu sisi Marcel sangat senang karena bertemu dengan mereka, disisi lain Marcel takut. Takut kalau mereka tidak mau menerima Marcel yang tidak sama seperti dulu.
Tasya dan Vano langsung memeluk Marcel.
Marcel menitihkan air mata dan membalas pelukan mereka."kalian..." ucap Marcel dengan setengah suara.
"iya ini kami.." jawab Vano masih memeluk Marcel.
"hiks..hiks.. Marcel.. kenapa lo tinggalin kita, sih..." sahut Tasya yang sudah menangis.
"gue kangen banget sama kalian. kalian apa kabar?" tanya Marcel menyudahi pelukan mereka sambil menghapus air mata.
"kabar kami baik, Marcel." jawab Vano.
"hiks..hiks... lo belom jawab pertanyaan gue, kenapa lo ninggalin kita.. hikss.. hiks.." Tasya masih menangis.
"lo dari dulu emang gak pernah berubah, ya.. selalu cengeng.." Ucap Marcel menungginkan senyumnya.
"siapa Cel?.." Yanti datang menghampiri Marcel. "wahhh.. kalian... kok datengnya sekarang?"
"hah? tunggu dulu, datengnya sekarang? mama sebelumnya udah ketemu mereka duluan?" Tanya Marcel heran.
"ya...gitu deh, Cel... cuma nih, Tasya udah gak sabaran banget" Sahut Vano sambil mengacak pelan rambut Tasya.
"yaudah deh, yuk... kita ngobrol di dalem" ajak Yanti pada mereka.
Tasya, Vano, dan Marcel kini telah tumbuh dewasa. Mereka masih saling menyayangi satu sama lain seperti dulu.
Marcel sangat bersyukur karena punya mereka. Tasya dan Vano tetap menerima Marcel walaupun dulu Marcel meninggalkan mereka dengan tidak memberitahu alasannya.
Banyak yang Marcel ceritakan. pengalamannya tinggal di negeri orang sampai sakitnya menjalani kemoterapi untuk mengurangi sel kanker yang ada dalam dirinya.
Begitu juga dengan Tasya dan Vano. banyak yang mereka lalui selama 10 tahun yang sudah lewat. Tasya, masih dengan sifat manjanya dan mudah menangis.
Vano, sifat cuek tapi penyayang, masih melekat dalam dirinya.22.00 WIB
Tidak terasa waktu sudah larut malam. Marcel ingin menambah waktu untuk bersama dengan kedua sahabatnya itu.
"udah malem, nih kita pulang dulu ya, Cel" Ucap Vano menyudahi perbincangan mereka.
"yahh... padahal kan masih mau main bareng kalian..." Sahut Tasya dengan rengekan kecil.
"gimana besok kita ke cafe langganan gue?" Usul Vano.
"bolehh dehh... tapi gue urus kemoterapi dulu besok" Sahut Marcel.
"kita tungguin kokkk..." Jawab Vano.
"iya, kabarin aja ya Cel..." Sahut Tasya.
"kalau ada apa apa, kabarin kita ya, Cel. selagi bisa lo ceritain, jangan pendem sendiri, okay?"
"makasih banget Van!" Ucap Marcel sambil merangkul Vano.
"cuma Vano doang? terus gue gimana?" tanya Tasya sambil memutar bola matanya.
Marcel bergantian merangkul Tasya sambil mengusap kepalanya. "dasar anak kecil.... makasih juga ya buat semuanya..."
"yauda, Van, besok kabarin ya"
"pasti. kaliann hati-hati ya, next time nginep disini ya...." Ucap Marcel pada 2 sahabatnya itu.
"okayy..." Jawab Tasya dan Vano.
Bahagia. itulah yang Marcel rasakan sekarang. Hidupnya kembali seperti dulu lagi. Marcel akan terus semangat untuk menjalani pengobatannya untuk bisa lepas dari kanker yang ada dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE
Teen Fiction•Rank 74 #segitiga 18.05.20 •Rank 11 #teenfication 20.05.20 thanks God <3 Ini bukan tentang kisah segitiga terlarang. ini tentang kesetiaan seorang sahabat untuk memperjuangkan kebahagiaan sahabatnya. kebahagiaan, kesedihan, kesakitan, bercampu...