Toko...

9 3 0
                                    

Perjalanan menuju senayan city menghabiskan 1 jam, dikarenakan saat mira dan diwang pergi dari rumah sudah hampir jam 11 siang maka jalan pun lumayan macet akibat jam makan siang.

Setelah mengantri untuk masuk ke parkiran motor, akhirnya diwang dan mira sampai di basment senayan city.

"Udah sampe, masih mau pegangan sama pinggang gue?"

Mira yang tersadar karena omongan diwang pun bergegas turun dari belakang jok motor diwang, yang di bantu oleh si pemilik motor besar tersebut.

Diwang sudah melepaskan helmnya, ketika membalikan badan diwang di kagetkan sosok mira yang masih di balut helm.
Menghela nafas diwang angkat suara "lo juga gangerti caranya buka helm?" yang di jawab mira dengan anggukan.

Demi tuhan mira memang tak pernah menaiki motor apalagi memakai helm, ia terbiasa dengan mobil mewah dan supir yang akan dengan senang hati membukakan mira pintu mobil. Dan saat pertama kali diwang mengajaknya untuk pulang bersama dan memaksa memakai helm, mira dengan terpaksa berbohong kepada diwang agar dia tak malu hanya karena di bilang tak bisa mengaitkan dan membuka helm.

"Yaudah sini gue bukain" kata diwang menyuruh mira mendekat lalu meraih kaitan helmnya di kepala mira, setelah selesai diwangpun menaruh helm bekas mira di spion motor satunya.

"Makasih ya, sorry gue jadi ngereporin lo dari tadi. Abisnya ya gimana gue ga pernah naik motor, dan ga pernah naik ojek juga sedangkan helm bang miki selalu di taro di lemari kaca yang di kunci jadi gua ga pernah bersentuhan sama benda bulat pengaman kepala itu" kata mira merasa tidak enak.

Tanpa mira sadari dari pertama diwang memakaikan helm sampai melepas helm di kepala mira, jantung diwangga berdetak tak wajar.

"Iya gak apa, ayo cari kadonya lalu pulang". sambil berjalan meninggalkan mira.

"Eh bentar-bentar. Ko abis nyari kado langsung pulang sih!!?" sambil mensejajarkan langkahnya dengan diwang.

"Iya pulang, gue nganterin lo beli kado setelah selesai kita langsung pulang. Inget amanah pak tama!"

Seketika mira menekuk wajahnya, pasalnya dia belum puas jalan-jalan menaiki motor. Anggap saja di norak karena hanya menaiki motor saja bisa membuat dia senang tak terkira.

Sambil memasuki toko pernak-pernik dia menelusuri setiap rak yang berjejer menimang dan memilah, kerena menurut mira semua barang-barang di Toko A ini kurang menarik jadilah mira menarik diwang untuk berkeliling ke toko lainnya.

Setelah beberapa menit berjalan pandangan mira tertuju pada Toko estetik yang menjual berbagai barang otentik hand made, toko yang tak begitu meriah juga tidak pula begitu terang benderang seperti toko barang-barang lainnya yang berbeda hanya lokasi, barang dan temanya saja.

Hmm menarik.

Lalu mira pun langsung melangkah mengitari seisi toko, banyak lukisan abstrak, kendi-kendi dengan desain lampau, piring juga cangkir-cangkir lawas, radio jadul, serta kanvas berisi tulisan motivasi dalam bahasa indonesia, aksara jawa, juga luar negeri.

Jam dinding kayu, tempat duduk usang namun masih terlihat kokoh, bingkaian rumah dan juga sebuah lampu lentera lama yang terlihat begitu memikat matanya.

"Untuk anak ukuran 10 tahun, menurut lo lentera ini gimana?" sambil menunjukan lentera yang memikat hatinya itu ke arah diwangga.

"Hmm, kalau di lihat dari fungsinya itu ga akan bermanfaat sih secara anak 10 tahun yang bakal lo hadiahin. Tapi untuk hiasan menurut gue ini bener-bener aestetik sebagai pajangan". Pendapat logis diwang, mira yang mendengarnya menggangguk paham.

Akhirnya mira memutuskan membeli lentera itu. Diwangpun melihat-lihat ke berbagai barang yang tersusun di rak kayu hingga mira datang dan mengacungkan sebuah kotak yang ada pegangan tangannya ke arah diwang tanda bahwa dia sudah mendapatkan hadiahnya.

"Udah beli barangnya?" Pov diwang sambil menatap mira heran.

"Iya. Nih udah dapet kadonya, gue harap ponakan gua suka ini secara dia juga suka banget sama yang berkaitan antropologi."

Sambil berjalan keluar toko mira mengutarakan harapannya terhadap pemberiannya ini.

"Kalaupun dia ga suka, lentera ini ga mungkin dia buang mir. Disana ada keterangan bahwa ini lentera tua spesial yang masih bisa berfungsi. Apalagi tadi ada sertifikatnya kan?"

"Iya, gayangka gue lentera kaya gini aja ada sertifikat tahun produksinya dan itu yang bikin lentera ini nguras dompet gue..."

"Eh tapi gapapa deh, toh ponakan gue ga bawel-bawel banget masalah pemberian orang"
Lanjut mira sambil tersenyum.

........

Ones Am Daming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang