Kini Kinara kembali duduk pada posisi semula, berhadapan dengan ibu-ibu yang terlihat sedang membulatkan mata. Karena Kinara pikir, jika ia melotot tajam kearahnya, wanita paruh baya di depannya akan menunduk atau setidaknya dia sadar bahwa kebiasaannya tidak jauh berbeda dari seekor cicak yang suka menguping.
Namun dugaannya salah, ibu itu justru membalas. Wanita dengan daster bunga-bunga dan cardigan putih yang Kinara yakini baru selesai belanja dari pasar melotot ngeri hingga Kinara terpaksa menyipit sambil meringis.
Kinara menyimpan kembali ponselnya kedalam tas untuk mematikan tatapan seram ibu itu, Kinara menoleh ke bawah, tepat di bawah ibu itu, ia mengamati keranjang belanja. Wortel, tomat, kangkung, seledri, kelapa parut, gula merah dan telur menjadi pertanyaan. Ibu ini mau memasak apa ya?
"Ibu mau tau apa tentang Kara? Ibu mau tau apa tentang hidup anak remaja? " tanya Kinara mengalihkan fokusnya pada sayur-sayuran yang ada di dalam keranjang.
"Kara? Santan? " tanya ibu itu sambil melengos.
"Nama aku Kara! Kinara Ava Rafflesia anaknya mami Ilona yang jago bikin roti bakar madu! "
"Saya nggak nanya! " balas Ibu itu dengan sengit.
"Kara tadi dengar, ibu bertanya! Memang balasan dari ibu terlihat seperti jawaban? "
"Sepertinya tidak. "
Seharusnya pertemuan pertama kali tidak boleh di gunakan untuk bertengkar, apalagi dengan orang yang belum dikenal. Akan ada banyak masalah jika Kinara mempunyai musuh. Terlebih ibu berdaster norak di depannya tipikal orang yang suka bercerita tidak sesuai fakta.
Kalau sampai gosipnya terdengar ke telinga Mami Ilona, atau ke ibu-ibu perkumpulan arisan. Kinara tidak yakin cerita itu isinya masih sama.
"Ibu tuh maunya apa sih? "
"Mau pulang. "
"Kara tahu. Maksudnya, kenapa ibu menguping? "
"Anak muda jaman sekarang kalo ngomong sama orang tua, nggak seperti gadis jaman saya, santun, baik, sopan dan beda. Tidak seperti kamu! "
Yang benar saja, jaman sekarang sudah modern. Hidup di era modern juga mempunyai protokol kesopanan. Tidak ada hidup yang bebas, tidak ada manusia tidak baik, semua orang tidak bisa di samakan. Maka benar ucapan ibu berdaster norak itu jika di jamannya memang beda. Bedanya, jaman sekarang lebih baik dari jaman dulu.
"Waktu itu, ibu pasti juga masih muda kan? "
"Kalau kamu tahu jawabannya, gausah nanya." jawabnya.
"Berarti sudah jelas, mana mungkin ibu bisa menilai gadis jaman dulu kalau ibu sendiri aja waktu itu masih jadi gadis. Orang yang lebih tua di zaman itu pasti juga bilang, kalo ibu itu menyebalkan."
Ibu didepannya kini hanya diam, Kinara tahu dia belum menyerah. Kinara pikir, akan lebih baik jika ia berbicara lagi.
"Kara cuma mau membenarkan, kalo ibu salah. Pertanyaannya, Ibu kenapa pakai nguping segala? Tinggal di jawab aja, kalau ibu mau tahu, Kara kasih tahu."
Ibu berdaster norak itu kini melipat tangannya di dada. "Kepo! "
"Kepo sama anak remaja, sampai segitunya ya? "
"Memang nggak boleh? "
"Memang alasan Kara melotot membolehkan ibu untuk kepo? "
"Tidak! "
"Itu ibu tahu jawabannya! " Kinara mendengus kesal, ia berharap jarak untuk sampai kesekolahnya sudah dekat. Kinara tidak ingin duduk berhadapan dengan Ibu-ibu berdaster norak. Kinara tidak mau di pelototi lagi tanpa sebab.

KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA [SELESAI]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...