Trilogy of First Love : #1 My First and Last

2.9K 334 92
                                    




〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Just because it's my first time. Doesn't mean I don't know.
Everyone will be jealous of us, to make my first love last 'till the end

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️



〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dedaunan berjatuhan tertiup angin musim gugur kala itu. Nuansa jingga yang tersemat apik, serta semilir angin yang mampu membuat siapapun refleks untuk mengeratkan jaketnya.

Tak terkecuali untuk pemuda yang tengah berjalan diatas jalanan dipenuhi oleh dedaunan kering yang berhamburan. Kaki mungilnya pun cepat-cepat ia langkahkan agar ia segera sampai di gedung sekolah.

"Sendirian saja, Renjun-ssi?"

Pemuda yang bernama Renjun itupun terkejut dengan tepukan tiba-tiba pada bahu kanannya. Alangkah lebih terkejutnya ia ketika mendapati seseorang tengah tersenyum lebar padanya. Ia hanya mengangguk untuk merespon pertanyaan yang dilontarkan pemuda tersebut.

"Kau masih ingat aku?"

Tentu saja ingat! kau Na Jaemin dari kelas sebelah yang mengikuti ekskul basket.

"U—uh maaf aku buruk dalam mengingat seseorang"

Pemuda itupun mengerucutkan bibirnya.

"Aku Na Jaemin! Padahal baru dua hari lalu aku membantumu dan kita berkenalan!". Omelnya dengan bibir yang masih mengerucut itu.

Astaga, tidakkah ia tahu bahwa tindakannya barusan dapat membahayakan jantung Renjun?!

"A—ah maafkan aku. Aku akan mengingatnya mulai sekarang"

Mengingat my ass, bahkan kau sudah menyukainya sejak sekolah pertama dimulai.

"Ah baiklah~ senang mendengarnya"

Ia pun berjalan disamping Renjun dengan kedua tangannya yang masuk kedalam saku celananya. Heol— Renjun rasanya mau lari saja karena demi apapun pemuda di sampingnya ini sangat breathtaking.

Diam-diam Renjun berdoa agar detak jantungnya yang menggila tak dapat terdengar oleh Na Jaemin.

"Jaemin-ah"

Terlihat seseorang melambai kearahnya di depan sana. Ah Renjun tahu pemuda itu. Ia Jeno— kekasih Haechan, sahabatnya. Ia mendengus mengingat betapa beruntungnya sahabat satu sel otaknya itu dalam urusan percintaan. Bahkan ia mendapat kekasih seorang Lee Jeno, si pangeran sekolah yang mempunyai penggemar dimana-mana.

"Aku duluan ya"

Jaemin tersenyum lebar pada Renjun sebelum berlari menghampiri Jeno. Rambutnya yang naik turun ketika berlari, juga angin yang meniup helaian surai kecokelatan tersebut membuat Renjun tak dapat mengalihkan pandangannya.







Two EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang