07 ; Poetry Effect

238 76 360
                                    

"Apakah akhir pekan kalian menyenangkan?" Jisung menghampiri Hae Soo dan Hawon setelah pelajaran selesai.

Hawon mengangguk antusias. "Aku bahkan tidak bisa tidur saking senangnya."

Hae Soo tertawa. "Nado. Aku senang sekali pokoknya." (Aku juga)

Jisung memperhatikan Hae Soo dan Hawon dengan curiga. "Sepertinya ada yang aku tidak tahu. Kalian pergi kemana tanpa mengajakku?"

Hawon mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Tangannya mencari rekaman yang kemarin ia ambil. "Kami habis menonton Bangtan. Aku benar-benar terpana oleh Seokjinnie oppa. Dia tampan sekali serius."

Jisung mengerucutkan bibirnya. "Kenapa harus jauh melihat Bangtan? Aku juga kan artis. Tampan juga."

Hawon menutup mulutnya, "artis yang lagi tidak ada kerjaan, maksudmu?" Setelahnya gadis itu tertawa lepas.

Hae Soo memukul Hawon. "Mulutmu ini lemas sekali. Minta maaf cepat."

Jisung memasang muka merajuk dan mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya. Di tangan lelaki itu kini terdapat dua kotak susu. "Untukmu, Hae." Jisung menatap Hawon yang menganga melihatnya, "harusnya sih untuk gadis itu juga. Tapi sepertinya kau lebih pantas mendapatkannya."

Hawon menyatukan tangan di depan wajahnya. "Maafkan aku, Tuan Tampan. Kenapa baperan sekali sih? Tidak asik."

Jisung tertawa. "Arasseo." Lelaki itu mengambil susu kotak miliknya yang belum terbuka di atas meja. "Nih untukmu." (Baiklah)

Hawon menunjuk susu kotak milik Hae Soo. "Tapi milik Hae Soo ada dua. Masa aku satu?"

Jisung mengangkat bahunya. "Terserah aku dong. Kan aku yang memberi. Kalau tidak mau bilang, biar kuambil lagi." Tangan Jisung bersiap mengambil kembali susu kotak miliknya.

Hawon memeluk susu kotak tersebut. "Iya-iya." Namun pandangannya tidak bisa beralih dari susu kotak milik Hae Soo yang ada dua. "Kau suka Hae Soo, ya?" Hawon memicingkan mata kepada Jisung.

"Soalnya aku selalu merasa didiskriminasi. Kau lebih menspesialkan Hae Soo." sambung Hawon.

Muka Jisung sempat menegang namun dengan cepat diubahnya lagi, sebelum Hawon curiga.

"Bicara apa kau ini? Cemburu karena susu Hae Soo ada dua, iya?"

Hawon dan Hae Soo sontak bertatapan. Jisung berkata seperti itu dengan volume suara yang tidak bisa dikatakan pelan.

"Ya! Byuntae." pekik Hae Soo dan berlari keluar kelas. (Mesum)

"Jisung-ah, aku kaget sekali melihat sisi barumu hari ini." Hawon menepuk bahu Jisung dan keluar mengikuti Hae Soo.

Jisung menggaruk lehernya, "apa aku salah bicara?"

•••••

"Jadi kapan kita akan take video? Kau sudah menghafalkan gerakannya kan?" Hae Soo menyenderkan punggungnya pada dinding halte. Cuaca hari ini sejuk dan tidak terlalu dingin juga. Hae Soo jadi tidak perlu mengkhawatirkan dirinya akan terkena flu karena tidak memakai jaket.

"Hm. Aku sudah berlatih tapi masih belum bisa menguasai seluruh gerakan." Hawon mengehela napas, "sepertinya aku tidak usah ikutan lomba itu."

Hae Soo menegakkan badannya cepat dan menggelengkan kepala. "Andwae. Kau pasti bisa, Won-ah. Bayangkan bagaimana kerja kerasmu mengikuti audisi dan ingin berhenti sampai disini saja? Cobalah dulu, hm?" Bujuk Hae Soo. (Tidak bisa)

"Yang adakan lomba ini juga sebuah agensi yang lumayan besar. Kalau tidak menang, koreo mu bisa dipakai untuk boyband atau girlband. Kau pasti sangat bangga."

[1] Stare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang