Waktu pun berlalu sangat cepat, Rey kali ini menempati ucapannya. Yaitu, menjemput Hani dirumahnya tepat waktu.
Tok.. Tokk..
Rey mengetuk pintu keras, tentu saja dia melakukan itu sengaja. Kelakuan isengnya itu membuat pemilik rumahnya gondok.
"Heh! Kalo lo mau bikin ini rumah roboh, kenapa ga sekalian pake mobil cakruk?!" omel Satria begitu pintu dibukanya.
Rey cengengesan, merasa senang bukan main lalu dia menyelonong masuk kedalam rumah.
"Kaga rido gue, ini rumah peninggalan BONYOK diinjek sama orang yang kerjaannya ngajak ribut mulu macem elo!"
"Perasaan setiap ada gue lo ngomel mulu dah bang, pusing gue.. Pliss deh," Rey dramatis.
Satria duduk disofa diikuti Rey, sambil bergumam "bisa-bisanya adek gue demen sama titisan macem dia gini" memijak keningnya yang terasa pening.
"Rey, lo udah dateng?"
Itu Hani yang berbicara, dia datang dari dalam kamarnya dengan pakaian yang rapih menghampiri kedua lelaki itu.
"Aduh, mata gue perih banget. Argh!" jerit Rey histeris menutupi kedua matanya tiba-tiba.
Hani dan Satria pun yang melihat panik, menedekati Rey dan memeriksanya.
"Eh cunyuk, lo kenapa njir?!"
"Rey, lo ngga papa? Coba sini gue liat mata lo kenapa?" ucap Hani khawatir sambil menarik tangan Rey.
"Mata gue ga papa kok, cuma kaget aja liat lo cantik kaya gini." gombal Rey tersenyum manis.
Hani tersipu malu, dia memalingkan wajahnya. Sedangkan Satria, dia terlihat seperti ingin muntah.
"Rayuanmu mas, begitu mematikan" kata Satria membuat Rey tertawa.
"Udeh sono, katanya mau pergi."
"Iye, ini otw. Kuy Han"
Satria menatap kedua sejoli itu, melangkah keluar rumah sampai mereka tenggelam dan tak terlihat.
"Adek gue emang cantik tiap hari kali, lo nya aja yang kaga pernah mandang dia." monolog Satria.
"Udeh-udeh elah, entar tuh si Hani kalo denger gue ngomong gini. Pasti anusnya langsung buka tutup buka tutup," sambungnya lalu menyalakan televisi dan menontonnya.
••••••••••••
"Lo mau beliin tante Irin apaan si, Rey?" tanya Hani kesal.
Pasalnya, setelah mereka sampai Mall dan berkeliling menghampiri beberapa toko didalamnya. Tak ada satu pun barang yang ingin dibelinya, setiap Hani tanya mau beli barang seperti apa? Pasti Rey jawab..
"Ngga tau, gue bingung. Udah liat-liat aja dulu, siapa tau nanti ketemu yang pas,"
Hani menghembuskan nafas berat. Rey tiba-tiba berhenti sejenak, membuat Hani ikut berhenti ditempat.
"Kita coba ke toko itu, Han" tunjuk Rey.
Tanpa menunggu respon Hani, Rey berjalan dahulu. Asal kalian tahu, toko yang tadi Rey tunjuk itu adalah toko ber merk yang pasti harganya pun tak murah.
Hani mengejar Rey yang sudah masuk kedalam toko baju, lelaki itu tampak serius memilih baju. Hani memilih diam, dia masih sedikit terkejut jika Rey akan membeli barang bermerk.
Dilihatnya Rey membawa dua baju itu ke kasir, untuk membayar. Hani yang sempat bingung, menghampiri Rey.
Belum reda keterkejutan dan kebingungan Hani, kini wanita itu dibuat terkejut kembali mendengar total uang yang akan Rey bayar.
"Total semuanya jadi satu juta lima ratus, mas"
Rey memberi lima belas uang merah itu ke kasir dan setelahnya mereka berdua keluar dari toko.
Gila.
Satu kata itu terus mengelilingi kepala Hani, dia tak habis pikir dengan Rey. Lelaki itu rela menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk tante Irin? Lagian udah tau satu barang aja harganya ngga murah, kenapa harus beli dua? Kan yang ulang tahun aja satu orang. Buat siapa coba satu bajunya?
'Yaelah Han, pasti buat emaknya sendirilah!'
'apa jangan-jangan yang satunya buat Rima?'
Hani langsung menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran itu
Iya, Hani yakin sekali. Pasti satu bajunya lagi buat Mamanya Rey.
"Han, kita mampir ke resto korean food dulu ya" ajak Rey.
Hani yang pikiran belum pulih, hanya mengangguk. Tapi hanya sementara, begitu mereka masuk kedalam resto dan duduk disalah satu meja makan.
"Lah anjir, kita mau makan disini?!"
"Iya, lo pilih aja mau makan apa?" ujar Rey santai sambil memilih menu makanan.
Mata Hani membulat begitu melihat buku menu makanan, satu porsi makanan harganya seratus dua ratusan.
"Gila, Rey kita makan di pengkolan kaya biasa aja deh" kata Hani pelan.
"Haha, gapapa Han. Pilih aja, gue yang bayar ko. Anggap aja, sebagai ucapan terimakasih. Udah mau nemenin gue belanja"
"Rey, lo tadi udah habisin duit satu juta lima ratus. Sekarang lo mau habisin duit ratusan ribu buat beli makanan, lo lagi gajian apa gimana si? Perasaan tanggal gajian masih lama dah"
"Ini duit hasil gue ngumpulin lah, kemarin² kan kita kalo apa² ngirit bae tuh. Nah kali ini kita coba makan enak, udah pesen aja"
Akhirnya Hani memilih makanan yang dia inginkan begitupun dengan Rey, sampai pesanan mereka datang dan mereka pun memakannya.
"Harganya ratusan, tapi makanannya kaga ngenyangin. Mending gue beli dipengkolan, bayar ratusan dapat 4-6 porsi makanan" gerutu Hani.
Rey yang mendengarnya tertawa geli.
"Tapi rasanya enak kan?"
"Enak si, makanan di pengkolan juga rasanya ga kalah enak kali"
"Ngomong mulu lo cem beo, makan udah buruan"
Hening.
Hani dan Rey pun memakan dengan diam.
"Rey, lo beli baju dua itu semuanya buat tante irin?" tanya Hani hati-hati.
Rey terkekeh mendengarnya.
"Ya nggaklah,"
"Terus satunya buat siapa? Emak lo?"
"Ngawur, gue beli baju satunya buat Rima"
Deg.
'pikiran yang gue buang jauh-jauh ternyata bener'
Rey, rela ngabisin uang yang menurut Hani itu banyak. Buat banyak, sangat banyak malah
"Gue mau nanti malam, Rima terlihat cantik pakai baju yang gue kasih." lanjut Rey tersenyum manis.
Hani hanya tersenyum kecil, hatinya berdegup tak karuan. Pikiran nya melayang ntah kemana
"REY!! HANI!!" teriak seseorang.
Suara cempreng yang sangat mereka kenali itu, membuat Rey dan Hani menengok kearah suara itu berasal bersamaan.
Disana..
Meja pojok kanan mereka, yang tak jauh dari meja makan Hani dan Rey. Terdapat sejoli yang menatap mereka tersenyum ke mereka
______________________________________________________________________________Coba vote yukk biar jadi bahan buat semangat nulis :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Completed A Love
Teen FictionDulu mereka Sahabat tetapi sejak mengenal cinta persahabatan seketika hancur begitu saja. Keegoisan yang mengusai perasaan, keegoisan yang tak bisa dikendalikan membuat suasana yang damai berubah menjadi perselesihan. Salah paham dan menyimpulkan ke...