💭09

11 2 0
                                        

Dihampirinya Hani dan Rey, dengan inisiatif sejoli itu duduk di kursi yang kosong.

"Rupanya, tanpa wacana pun kita double date dadakan, haha" canda Azka.

Tak ada yang merespon candaannya itu, Azka berucap kembali.

"Lah, kaga lucu ye. Tapi serius ni, lo sama Hani. Gue sama Rima, cocok kan"

"Rima cocoknya sama gue, lo terlalu bobrok buat dia." jawab Rey.

"Apa-apaan lo, lo yang lebih bobrok dari pada gue. Apa lagi si satria, bobroknya ngelebihin lo." hujat Azka diiringi tawa.

Di geplaknya punggung Azka, Rey ikut tertawa "anjir, ada adeknya. Dia aduin lo ke satria, bisa sunat dua kali lo"

"Sialan, bisa abis anu gue."

Mereka berdua asik ketawa-ketiwi, tak tau saja dua wanita disamping mereka sedang saling melempar lirikan mata.

Yang satu pura-pura main handphone, yang satu lagi makan pesanannya yang belum habis itu.

Hingga akhirnya, Rima membuang nafas kasar. Menatap Hani yang kini masih canggung berhadapan langsung dengan Rima.

"Nanti malam, lo bisa datang lebih awal?" tanya Rima.

Pertanyaan Rima itu membuat Rey diam menatap kearahnya dan juga Hani secara bergantian, Azka yang tak tahu apa-apa hanya ikut memandangnya.

Hani tersenyum canggung lalu mengangguk kecil, kali ini Hani akan menuruti apa kata Rima. Ingat, hanya demi berbaikan.

"Hani, lo kenapa? Ko kaya takut gitu sama Rima?" tanya Azka.

"Ng-ngga papa ko Pak," senyum lebar Hani tampilkan diwajahnya.

Melihat Hani seperti itu membuat Azka yakin padanya, Azka pun membalas dengan senyuman.

"OH IYA!" teriak Rey menggebrak meja tiba-tiba, seakan mengingat sesuatu.

Tingkahnya itu menyita perhatian semua pengunjung resto, semua memberikan tatapan yang berbeda-beda. Rey menyadari itu, dia tersenyum malu dan meminta maaf.

"Rey! Apaan si lo, malu anjir" sewot Hani.

"Ya maap, abisnya spontan gitu. Ga bisa dikontrol kaya cintaku padamu, selalu ngalir terus gitu." Rey terkekeh.

"Mulai deh lo," Hani merolling kedua bola matanya.

Terlihat seperti kesal tapi kenyataannya dia menjerit kegirangan dalam hati, malu ia bisa kendalikan kali ini.

Sementara Rima, dia hanya melirik Rey dengan males

"Gombalin aja terus anak orang," ucap Azka.

"Sirik aja lo daki anoa"

Rey melempar sedotan minumannya kearah Rima, mendarat dikening wanita itu.

"Aw, Rey! Sakit," keluh Rima mengusap keningnya.

"Eh sempak kuda, lo ngerjain gue yak!"

"Ngerjain apaan si?!"

"Dikantin kampus, lo bilang mau traktir gue tapi malah gue yang bayar semuanya" gerutu Rey.

Rima mendengar itu tertawa geli.

"Gue ga ngomong mau traktir lo, gue ngomong 'lo mau? Pesan aja' lonya aja yang ngambil kesimpulan sendiri."

Azka yang sedari tadi diam, yang tak tau topik apa yang temannya bicarakan itu sekarang ia tidak tau. Jadilah Azka membantu iringan tawa Rima disusul tawa kecil Hani.

"Lo kena jebakan busuk Rima, bung"

"Diem lo,"

"Besok-besok, lo harus memastikan dulu. Supaya gasalah paham kaya gini, jadinya peselisihan kecil terjadi" saran Azka.

Yang entah kenapa, menusuk hati Rima. Rima memilih mengalihkan pandangannya, dan pandangannya tertuju pada benda disamping Rey.

"Lo abis beli baju? Buat siapa? Buat Gue yaa" goda Rima.

"Iya, nih."

"Eh, ini serius buat gue?!" pekik Rima begitu menerima barang dari Rey.

"Iya, lo pake nanti malam"

"Okelah, thanks yaa" unjar Rima tersenyum manis.

Sakit. Rasa itu terus menggerogoti hatinya entah sampai kapan, Hani merasa jika Rey terus membolak balikkan hatinya.

Sudah berkali-kali Hani mengharapkan perhatian Rey, ingin sekali merasakan diposisi Rima. Yang selalu mendapatkan kasih sayang dan juga perhatian penuh. Hani merasa sedih.

Azka.

Lelaki itu menatap lekat Rey yang baru saja memberi pujaan hatinya sebuah gaun pesta, kini keraguan yang selama ini Azka buang jauh-jauh kembali bersarang dikepalanya.

Melihat cara Rey menatap Rima, perhatian belebihnya. Itu semua menandakan lelaki yang sedang jatuh hati pada lawan jenisnya, semua perlakuan Rey pada Rima sama seperti dirinya memperlakukan Rima.

Semua kebimbangannya sejak dulu menyimpulkan fakta bahwa Rey mencantai Rima itu, sudah terjawab sekarang.

Azka menarik tangan Rima.

"Kita pulang," Azka menarik tangan Rima untuk keluar dari resto ini. Rima hanya pasrah dan mengikuti langkah Azka yang cepat

"Gue juga mau pulang" Hani berdiri dan menyambar tas nya

Rey ikut berdiri karena Hani yang tiba-tiba pergi sembari menundukan kepalanya

Rey dengan cepat menyusul Hani, dia menepak kening nya. Lupa kalo hadiah buat Tante irin yang dia beli ketinggalan, jadi dia membalikan badannya dan segera mengambil belanjaan itu. Dia juga meletakkan selembar uang untuk membayar makanannya itu

Rey berlari menyusul Hani, dia celingak-celinguk mencari keberadaan Hani

"Kemana sih tuh bocah? Perasaan gue ga lama-lama amat tadi ambil belanjaan" gumam nya

Pandangan nya terhenti ketika melihat orang yang sedang dia cari-cari sedang berdiri di pinggir jalan

Rey berlari mendekat dan mencengkram tangan Hani. Hani yang sedang melamun, kaget dan langsung melepaskan tangan Rey dari tangan nya

"Kenapa sih?" Rey bingung

Hani hanya menggelengkan kepalanya pelan

"Tadi kenapa tiba-tiba pergi? Kaga nungguin gue lagi Lo" ujar Rey

"Gapapa, gue tiba-tiba ga enak badan aja" ucap nya

"Serius? Bukan gara-gara gue karena tadi Lo gue ajak muter-muter kan?" Tanya Rey mastiin

"Lo kira gue selemah itu?" Tanya Hani di iringi tawa

"Nah gitu dong senyum, kan jadi adem gue liat nya" Rey mengunyel-unyel pipi Hani

"Apa sih Rey, sakit!" Hani melepaskan tangan Rey yang seenak jidatnya mengunyel-unyel pipi dia

"Hehe" Rey tertawa lebar

"Sampai kapan gue harus kaya gini Rey? Sampai kapan gue relain perasaan gue demi kebahagiaan orang lain. Sampai kapan Lo liat gue bukan sebagai sahabat lo, melainkan orang yang ada di hati lo." Batin Hani dengan menatap Rey yang sedang tertawa

Hani tertawa miris, mana mungkin Rey menaroh perasaan padanya. Tolong buang jauh-jauh pemikiran itu.

Tapi naas, Hani tidak bisa semudah itu untuk membuang pemikiran yang tidak ada gunanya itu, dia masih berharap kalau Rey pasti bisa memasukkan dirinya ke dalam hatinya. Apakah itu terlalu sulit?

_____________________________________________

Completed A LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang