4th Campign : Sang pangeran yang ingin turun tahta.

11 2 0
                                    

Setelah kami saling bertatapan satu sama lain, kedua teman se-klubnya datang menghampiri Nadeshiko. Kalau tak salah nama mereka Oogaki Chiaki dan Inyuama Aoi.

Mereka terkejut setelah melihat kami saling bertatapan. Kemudian Gadis berkacamata yang bernama Chiaki mulai angkat bicara.

Chiaki : Kagamihara, kalian berdua saling kenal?

Nadeshiko menjawab pertanyaan gadis itu. Dari waktu kami berdua bertemu hingga ia masuk ke klub mereka.

Chiaki : Wah, di ajak keliling sama pangeran sekolah, gua jadi iri, deh!

Nadeshiko sepertinya tak paham apa yang terjadi. Kemudian gadis berlogat kansai yang bernam Aoi juga angkat bicara.

Aoi : Apa mungkin Nadeshiko-chan adalah orang yang dirumorkan itu?

Asumu : Rumor apa?

Aku mulai ga suka dengan cerita ini.

Ia bilang bahwa ada rumor tentang aku dan Nadeshiko kalau kami mempunyai hubungan khusus karena ia mendekatiku.

Padahal aku cuma mengantarkan gadis ini berkeliling sekolah. Orang-orang di sini selalu melebihkan sesuatu tentangku.

Jujur aku benci itu, dan aku ga ingin melibatkan gadis itu lagi. Aku berbalik dan pergi meninggalkan perpustakaan tanpa berkata apapun dan pulang.

Todo : Asumu-kun! mau pergi kemana kau?

Asumu : *nada dingin* aku mau pulang, tidak ada lagi yang di bicarakan sekarang.

Mungkin aku akan menyakiti hati gadis itu, tapi ini demi kebaikannya.

_______________________________________
Nadeshiko POV
_______________________________________

Sebenarnya apa yang terjadi?

Asumu-kun, pergi dengan tatapan dingin kepadaku. Tapi, aku rasa ia tidak marah padaku.

Di tambah lagi Rin-chan menolak untuk bergabung ke klub kami dengan wajah ngeselin. Entah mengapa hari ini aku dapat sial di hari pertama aku sekolah.

Setelah kami berhasil membangun tenda, kami kembali ke ruang klub dan ganti baju. Sebelum pulang, mereka bercerita tentang alasan mengapa Rin dan Todoyama tak bisa ikut dengan klub kami.

Nadeshiko : Hee.... jadi Rin-chan suka berkemah sendiri, ya. Aku baru tau.

Chiaki : Ya... Kami mau ajak dia masuk ke klub juga. Meskipun di tolak mentah-mentah sama dia, sih.

Nadeshiko : Ahahaha...

Chiaki : Kalau Todo-chan, dari awal pas mau di ajak juga percuma, sih. Soalnya dia udah masuk ke klub lain di luar sekolah.

Aoi : Bicara soal Klubnya Todoyama-san, gua jadi penasaran klub macam apa yang ia ikuti.

Chiaki : dia sendiri ga bilang apa-apa soal klub dia. Apa semacam organisasi rahasia, ya?

Aoi : Gua yakin enggak gitu, deh. Apalagi dia itu si kutu buku, mana mungkin ia bakal cerita soal Klubnya.

Chiaki : *binggung* Masa sih?

Akhirnya aku cuma bisa mendengar mereka bicara. Aku merasa bersalah tentang mengganggu urusan kehidupan mereka berdua. Lain kali aku harus minta maaf sama mereka berdua.

*
Sore hari, aku berjalan sendirian menuju stasiun kereta api. Banyak sekali hal yang terjadi di hari pertama aku sekolah.

Setelah masuk ke dalam kereta, aku mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Aku memasuki gerbong kereta yang sepi. Hanya ada aku dan seseorang yang ada di belakangku.

Aku penasaran siapa orang yang ada di belakangku, ketika aku duduk, seorang pemuda yang ku kenal duduk di sampingku.

Nadeshiko : Asumu-kun? Ku kira kamu udah pulang duluan?

Asumu : Ha? Ah... aku lagi mampir ke toko sebentar.

Pintu kereta mulai di tutup, hanya kami berdua di dalam gerbong kereta yang sepi ini. Suasana canggung terjadi antara kami. Kemudian Okamoto-kun membuka pembicaraan.

Asumu : Gimana perasaanmu? Soal Klub itu, sepertinya kamu udah jadi anggota di sana.

Nadeshiko : *senyum* Iya, sangat menyenangkan! Meskipun ruangan klub di sana sempit, sih.

Asumu : Oh.

Ah, ini kesempatanku untuk meminta maaf. Mumpung suasananya kembali ceria.

Asumu : Hey.

Nadeshiko : *kaget* Iya!

Asumu : Maaf untuk waktu itu. Masang muka dingin padamu tadi.

Eh, dia meminta maaf kepadaku? Bukan, Bukan begitu, ini salahku, aku juga harus minta maaf sama dia.

Nadeshiko : Aku juga minta maaf sama kamu.

Asumu : Apanya?

Nadeshiko : Gara-gara aku, kamu terlibat dalam rumor tak enak di antara kita.

Asumu : Ah, itu... itu bukan salahmu! Tapi, Ini bukan salahku juga.

Nadeshiko : eh?

Asumu : Salahkan guru wali kelas kita. Gara-gara dia hari-hariku jadi terganggu lagi.

Nadeshiko : fffttt... Ahahaha, begitu, ya...

Okamoto : Yah, aku udah terbiasa soal di gosipin orang, palingan juga nanti hilang sendiri. Tapi, jika kau ingin berteman denganku, aku juga ga keberatan.

Nadeshiko : Asumu-kun...

Asumu : Ah, sebentar lagi aku turun di pemberhentian selanjutnya.

Nadeshiko : Kebetulan, nih! Aku juga mau turun di pemberhentian selanjutnya.

Setelah kereta berhenti, kami berdua turun ke stasiun. Kami keluar dari stasiun bersamaan setelah itu aku pulang melewati jalur yang sama dengan Asumu.

Asumu : Hm? Kamu pulang lewat sini?

Nadeshiko : *mengangguk*, kamu juga? Kebetulan nih!

Asumu : Cuma kebetulan! Aku ga bermaksud mengajakmu pulang sama-sama.

Karena satu jalur, kami memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki sama-sama. Kami terus berjalan tanpa topik pembicaraan hingga kami sampai di pertigaan jalan.

Anehnya Asumu juga berjalan ke jalan yang sama denganku.

Asumu : *melas* Rumahmu lewat sini juga?

Nadeshiko : *panik* Eh? Eh...Kamu juga?

Kami melanjutkan perjalanan pulang kami ke rumah, melewati jalur yang sama setiap kali kami menemui jalan terpisah.

Hingga kami berdua sampai di dekat rumahku. Sebelum aku sampai ke rumahku, ia berbalik mengatakan sesuatu kepadaku.

Asumu : Sampai ketemu besok, Nadeshiko-chan.

Hm?

Bagaimana ia bisa tahu kalau aku sudah sampai di rumah? Selain itu bagaimana ia bisa tahu kali ini rumahku?

Aku memperhatikan arah Asumu-kun berjalan. Ia pergi menghampiri sebuah rumah yang ada di sebelah rumahku.

Nadeshiko : Ah! Dia tetanggaku, toh!

Meskipun terlambat, aku terkejut kalau dia tinggal di sebelah rumahku. Loker bersebelahan, tempat duduk bersebelahan, dan sekarang kami tinggal di kota yang sama dengan tempat tinggal bersebelahan.

Apa ini sebuah kebetulan, ya?

Ongeki CampTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang