8th Campign : Pelukan hangat

21 3 0
                                    

Nadeshiko : Hangatnya...

Asumu : !

Suara lembutnya terdengar di telingaku, aku tidak tahu apa yang dia lakukan tapi sepertinya dia merasa nyaman saat memelukku. Mungkin karena aku sedang memakai koyo sehingga badanku menjadi panas.

Badannya hangat, meskipun bau tapi aku suka bau tersebut, bahkan aku bisa merasakan "gunung" di bagian punggungku.

Tapi ini di tempat umum. Aku mencoba untuk menjauh darinya tapi dia tidak bisa melepaskannya. Dia masih tertidur.

Asumu : Hey, cepat bangun! Ini sangat memalukan!

Nadeshiko : Hnnng... aku sudah bangun kok.

Tapi matanya masih merem. Aku punya ide, kulepaskan jari yang mengenggam bajuku dan segera melakukan putar balik.

Dia kembali menangkapku lagi, apa dia tidak sadar kalau dia sedang memeluk seorang laki-laki. Langkah selanjutnya aku harus membuatnya bangun, ini saatnya jari telunjuk dan jempol bekerja.

Aku ingin menjepit hidungnya tapi gerakanku terhenti setelah melihat wajah tidurnya. Dia tersenyum, tidur dengan senyuman manis di wajahnya.

Badanku menjadi semakin hangat. Jantungku mulai berdetak kencang, Tanpa sadar kedua tanganku ingin mendekap tubuh Nadeshiko sekarang.

Sadarlah diriku! Ini bukan saatnya untuk RomCom-ing momment. Tapi kalau mau menjepit hidungnya rasanya aku ga tega, namun ini sangat merepotkan bagiku.

...

Baiklah, kubawa dia sampai ke tenda Rin. Tapi bagaimana caranya...
_______________________________________

Todo : Asumu-kun kemana, ya? Sebentar lagi mataharinya terbit, nih.

??? : Pa-Pagi...

Todo : Pagi--- Aaaaahhhh Makamou!!

Asumu : Bukan ini aku. Kalau ada pasti Hibiki-san juga ada di sini.

Mungkin bisa tambah ribut jika ia melihatku menggendong Nadeshiko. Aku menjelaskan semuanya kepada Fujisaki.

Todo : Oh, jadi begitu... Terus gua cuma perlu bawa selimutnya aja kan?

Nadeshiko(di balik selimut) : Hnnngh... Lho? Dimana aku-- Ah, A-Asumu-kun?!

Asumu : Akhirnya bangun juga. Akhirnya aku bisa istirahat sekarang.

Karena aku membawa Nadeshiko dengan selimutnya, aku tahu apa yang harus kulakukan.  Kututupi seluruh badanku dengan Nadeshiko dengan selimutnya lalu pergi ke tempat Fujisaki.

Setelah sadar 100 persen, kuturunkan dia lalu ia berlari menuju tenda Rin.

Todoyama menyeringai kepadaku, aku tidak suka cara dia melihatku seperti itu.

Asumu : Apa?

Todo : *Menyeringai* Sang pangeran menggendong Sang Putri menuju istananya *bhak*

Asumu : Berisik! Aku hanya ngebantu dia aja, tidak ada hal lain!

Todoyama memang benar-benar ingin meledekku, ya?

Todo : masih ada waktu sebelum Check Out, mau ngapain dulu nih?

Asumu : *muka polos* Latihan.

Todo : Sasuga muridnya Hibiki, tapi makan dulu gih!

Asumu : Kau benar, setelah itu kau harus latihan juga. Jangan buat Zanki-san kecewa lho!

Todo : *santuy mode* Haiii~(*iya)
_________________________________________

Jam 6 lewat 15 menit, yang kami sedang jogging di lapangan. Mata Todo teralihkan dengan kehadiran Rin dan Nadeshiko yang sedang jalan-jalan di area perkemahan.

Todo : hey, kalian berdua! 'Met pagi!

Asumu : mau pergi kemana kau!

Todoyama malah berlari kearah kedua gadis itu. Apa boleh buat, sebaiknya aku beristirahat dulu.

Sementara Todoyama  sedang mengobrol dengan kedua gadis itu, aku hanya bisa melihat gunung Fuji di depan mataku, setelah kejadian itu aku ga berani menatap wajah Nadeshiko sekarang.

Aku takut kejadian itu akan menjadi kejadian yang memalukan untuknya. Memang itu bukan salahnya, namun itu bukan salahku juga, waktu itu Nadeshiko hanya mengigau saja.

Yasudah mending bersikap biasa saja kepadanya. Tapi mungkin aku ga akan melupakan kejadian pagi ini.

Nadeshiko sedang memandang Gunung Fuji sama sepertiku. Dengan berani aku berjalan dan berdiri di sampingnya, bukan berarti aku peduli atau ga, ya!
_______________________________________

Nadeshiko POV
_______________________________________


Asumu : Hari ini Gunung Fuji terlihat indah.

Nadeshiko : Asumu-kun...

Gimana nih, aku ga berani melihat wajahnya.

Setelah kejadian tadi pagi, otakku terus memikirkan Asumu-kun. Di gendong dari belakang sama dia, kemudian selimut yang menutupi sebagian besar tubuhku.

Asumu-kun baik sekali.

Asumu : Hey, Nadeshiko! kau dengar aku?

Nadeshiko : huh?

Asumu : Apa jangan-jangan kau masih memikirkan kejadian pagi itu?

Aku takut mengatakan ini tapi, iya. Aku ingin mengatakannya tapi wajahnya menyeramkan sekali.

Tiba-tiba Asumu-kun mengerang, ia menjentikan jarinya ke bagian jidat kepalaku. Wajahnya semakin menyeramkan.

Asumu : Begini, ya! Jika iya, jangan dipikirkan. Jujur, yang tadi itu cukup merepotkan bagiku....

Tuh 'kan.

Asumu : Tapi, aku merasa senang...

Nadeshiko : *kaget* eh?

Asumu : *malu-malu* tapi aku senang dalam membantu, ya! Kebetulan aku ingin latihan pagi-pagi saja!

Nadeshiko : *bingung* latihan?

Asumu : *panik* Ahhh! Lupakan soal kataku tadi!

Apa dia Tsundere, ya? Entah kenapa sikapnya itu membuat pikiranku jadi tenang

Nadeshiko : Oh, iya Asumu-kun. Pas pulang aku mau mampir dulu. Boleh 'kan?

Asumu : *mengangguk* Boleh.

Dengan begini, aku dan Asumu-kun akan berlibur sedikit lebih lama lagi. Di perjalanan pulang kami mampir di beberapa tempat di kawasan Gunung Fuji.

Bahkan kami membeli ganci maskot fujisan untuk kenang-kenangan.

Ini adalah hari terbaik yang tidak pernah ku alami sebelumnya. Terutama ketika Asumu-kun ada di sini.

Ongeki CampTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang