7

485 128 36
                                        

Mari mundur ke beberapa minggu sebelumnya. Hari ini hanyalah hari Senin yang biasa. Dan seperti biasa, Seoho saat jam istirahat duduk di dekat Hwanwoong. Tapi cerita lelaki itu membuat Seoho mengerutkan keningnya.

"Robin?"

Seoho tidak pernah mendengar nama itu, pun tidak tahu siapa pemilik nama itu. Tapi Hwanwoong terdengar yakin saat bercerita bahwa pada hari Jumat kemarin ketiganya melihat Robin. Tapi gadis itu langsung pergi tak lama setelah Seoho dan Youngjo pulang.

Awalnya mereka memang memiliki rencana menginap, tapi tidak jadi dan makan malamnya di minimarket dekat sekolah. Setelahnya mereka berpisah. Pasti yang dialami Hwanwoong hanyalah mimpi. Tapi karena Hwanwoong meyakini sosok itu nyata, Seoho tidak berani mengatakan fakta itu.

Cerita itu terus berputar di kepalanya sampai Seoho berpapasan dengan tetangganya, Yonghoon. Seoho langsung teringat bahwa Yonghoon adalah mahasiswa psikologi dan pasti bisa ditanya soal cerita Hwanwoong.

Yonghoon baru pulang dari kampus. Ia merasa sangat capek dan ingin beristirahat. Tapi saat ia akan menutup pintu depan rumahnya, tampak Seoho sedang cengengesan tepat di ambang pintu.

"Seoho! Astaga, aku kira jantungku bakal copot. Kenapa tiba-tiba muncul dan apa-apaan ekspresimu? Menyeramkan," Yonghoon hampir tersandung saat ia berjalan mundur karena kaget melihat sosok Seoho yang muncul tanpa diundang.

"Hyung! Maaf, tapi aku mau menanyakan sesuatu. Penting!"

"Tidak ada makanan di rumah. Kau juga tidak boleh meminjam apa-apa dariku. Dan tidak, aku tidak ingin menyumbang apa-apa."

"Hyung! Aku belum ngomong loh? Aku bukan mau minta makan, uang, atau meminjam barang. Ini lebih penting. Tentang temanku, sepertinya dia terlalu mempercayai mimpinya?"

Kening Yonghoon berkerut. Tapi karena Seoho tampaknya tidak datang untuk bercanda, dia memberikan sinyal untuk masuk pada Seoho. "Ayo masuk dan duduk dulu. Lalu ceritakan."

Seoho mengekori Yonghoon untuk masuk. Keduanya duduk di ruang tamu, berhadapan. Seoho bingung harus mulai dari mana karena Yonghoon tampak mendengarkan dengan serius. Tadi dia refleks saja sebenarnya ingin meminta saran dari Yonghoon, dan lelaki itu tidak tahu apakah Hwanwoong ingin dirinya diceritakan?

Ah itu masalah lain! Lebih penting menolong Hwanwoong sekarang. Jadi Seoho menceritakan tentang Hwanwoong, tentang penindasan yang terjadi, dan Hwanwoong yang tiba-tiba mulai tersenyum saat menceritakan Robin, yang katanya pernah ditemui Youngjo dan Seoho padahal tidak pernah. Seoho tidak tahu apakah tidak apa-apa jika Hwanwoong memiliki seseorang khayalan seperti itu, walaupun tampaknya lelaki itu jadi terlihat sedikit bahagia? Hanya saja sosok itu kan tidak nyata, bagaimana jika halusinasi dan delusinya malah membahayakan Hwanwoong? Seoho benar-benar khawatir dengan temannya.

Yonghoon mengangguk kecil. "Sepertinya sosok itu adalah sosok perlindungan dirinya? Mungkin ia tiba-tiba memiliki keinginan yang sangat kuat untuk berubah supaya bisa melawan penindasnya. Dan karena itu pikirannya menciptakan sosok yang bisa membantunya berubah, karena ia merasa dirinya tidak berdaya tanpa bantuan orang lain. Masalah ini lumayan kompleks, apalagi dia korban penindasan. Seburuk apa perlakuan anak-anak kelas padanya?"

Seoho berusaha menceritakan dengan sebaik-baiknya, diberikan beberapa detail tapi ia tidak ingin terdengar berlebihan. Sungguh, dia adalah saksi hidup yang menyaksikan penindas itu, jadi Seoho tahu persis apa yang terjadi. Bahkan tidak jarang Seoho ikut maju untuk membela Hwanwoong walaupun ujungnya kalah telak.

"Dan aku rasa sepertinya ia jadi takut kalau mendengar bel tanda sekolah atau pelajaran berakhir."

"Karena saat ada guru, dia aman. Tapi kalau tidak ada guru, dia jadi incaran ya. Kau tahu istilah anjing Pavlov?"

Warrior's Descendant (ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang