Part 2 - Menerima?

3.5K 437 10
                                    

Stop!
Pencet bintang ☆ dulu.
gampang kok! Enggak sesusah jawab pertanyaan 'kapan nikah' di saat lo jomblo! ✌ 😝

¤¤¤¤¤¤¤


"Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menerima?"

Happy reading!

Luna masih bertahan duduk di depan ruangan itu. Operasi belum usai juga. Ia lebih memilih mengesampingkan masalah surat cerai yang ia temukan. Sekarang, keselamatan Dimas lebih penting, tentang nasib hubungan mereka biar nanti mereka bahas. Meskipun benak Luna masih bertanya-tanya, tentang alasan apa yang membuat Dimas hendak menceraikannya, di saat usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Jika pada akhirnya akan seperti ini, bukankah lebih baik Dimas menolak pernikahan ini sejak awal?

Lamunan Luna buyar ketika tidak lama kemudian, terlihat dua orang dokter keluar dari dalam ruang operasi dengan wajah lelahnya. Luna pun bangkit dari duduknya, menghampiri salah satu dokter tersebut.

“Gimana keadaan suami saya, Dokter?”

Dokter laki-laki itu menghela napas, memandang rekan dokternya sesaat. Lalu kembali menatap Luna. “Anda bisa ikut ke ruangan saya,” jawab dokter itu, kemudian berlalu dari hadapan Luna.

Untuk sesaat Luna terdiam, menghembuskan napasnya sejenak. Lalu mengikuti dokter tersebut.

¤

“Untuk saat ini kondisinya masih kritis. Luka di kepalanya cukup serius. Kami khawatir benturan keras pada kepalanya berpengaruh buruk pada sistem saraf pak Dimas.”

“Pengaruh seperti apa itu?”

“Kemungkinan paling besar pak Dimas akan kehilangan memorinya, atau bisa juga pak Dimas akan kehilangan fungsi gerak tubuhnya. Tergantung saraf bagian mana yang paling parah.”

“S-separah itu?” tanya Luna tergagap.

Dokter tersebut mengangguk. “Untuk saat ini hanya itu yang dapat saya jelaskan. Selebihnya, kita tunggu kondisi pak Dimas stabil, lalu kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.”

Mendengarnya membuat Luna kehilangan kata-kata. Di satu sisi Luna lega Dimas selamat. Tapi di sisi lain, Luna merasa tak percaya akan kenyataan yang ia terima. Entah kejutan apa lagi Yang Maha Kuasa hendak berikan kepadanya.

¤

Luna berjalan menyusuri selasar rumah sakit dengan gontai. Pikirannya berkecamuk, penjelasan dokter masih menari-nari di otaknya. Jika kekhawatiran dokter itu terbukti, lalu bagaimana dengan nasibnya nanti. Hidupnya akan semakin nelangsa saja.

“Luna!”

Mendengar namanya terpanggil, membuat Luna menoleh. Menemukan sang mama yang tengah berjalan tergopoh mengahampirinya.

“Gimana keadaan Dimas?” tanya mama Mayang setelah tepat berada di depan Luna.

Luna menghela napasnya sesaat. Lalu lebih memilih duduk di kursi yang kebetulan tersedia di sana. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini.

“Kata dokter masih kritis,” jawab Luna akhirnya dengan suara lirih. Tatapannya kosong.

Mama Mayang pun turut duduk di samping Luna. Memperhatikan wajah sang putri yang pucat. Anaknya ini butuh istirahat, mengingat Luna tengah hamil muda saat ini.

“Ya udah. Mendingan kamu pulang dulu, udah malem. Kamu lagi hamil, bahaya kalau kamu terlalu capek. Jangan terlalu stres.”

“Ntar aja. Luna mau periksan kandungan dulu.”

Cinta Untuk DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang