Part 8 - Tawa dan Tangis

2.3K 301 24
                                    

Hai! Hai! Dimas dan Luna dateng lagi setelah sekian lama. 😁😁
Maafin telat updatenya, moga enggak bosen nunggu ya! '🤭

Cuss ah! Langsung baca aja.
Kasih bintang kecilnya ⭐ dulu ya!

**

Happy reading!

"Tangis dan tawa selalu mengiringi kehidupan. Bahkan keduanya bisa saja datang di saat bersamaan, seperti kejutan."

**

Rupanya pembicaraannya tentang cinta dengan Dimas semalam sangat menggangu Luna. Sejak ia membuka mata tadi pagi, pernyataan cinta Dimas untuknya terus terngiang-ngiang di benaknya. Harusnya Luna hanya menganggap itu sebagai angin lalu, atau hanya ocehan dari bocah lima tahun yang tidak tahu apa itu cinta.Tapi, nyatanya Luna sangat terpengaruh oleh kata-kata Dimas. Apa lagi ketika Luna mengingat pembicaraan selanjutnya tadi malam.

**

“Luna kok diem? Dimas bener ‘kan?”

Lamunan Luna buyar mendengar pertanyaan Dimas, ia baru tersadar dati rasa terkejutnya akan pengakuan Dimas. “Emm ... Mungkin iya,” jawab Luna terbata-bata.

Terlihat Dimas yang tersenyum dengan lebarnya yang mampu membuat Luna tersenyum. Luna bahkan tak mengerti jawaban ‘mungkin’ yang ia berikan. Tapi Dimas terlihat bahagia di matanya. Lelaki itu lalu duduk sempurna di hadapan Luna, dan semakin menatap Luna dengan tatapan berbinarnya. Yang membuat Luna refleks menjauhkan wajahnya yang terlalu dekat dengan Dimas. Luna mulai waspada akan pertanyaan apa lagi yang akan Dimas lontarkan.

“Kalo Luna, cinta enggak sama Dimas?”
Benar ‘kan?

Luna menelan salivanya sendiri. Kalau pertanyaan seperti ini, Luna benar-benar tak bisa menjawabnya. Karena Luna sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan pada Dimas. Yang Luna tahu, ia mulai terbiasa hidup dengan Dimas, ia merasa nyaman. Luna merasa tak bisa jauh dari Dimas karena keadaan lelaki itu. Bisakan itu disebut cinta? Atau hanya rasa kasihan dan tanggung jawabnya sebagai istri? Ah ... Luna tidak tahu.

“Tuh “kan Luna Diem lagi!” protes Dimas. Wajahnya merengut tak suka.

“I-itu ....” Luna menggantungkan ucapannya. Ia menatap wajah Dimas yang terlihat begitu berharap. Luna bisa saja mengatakan cinta dengan mudah, toh Dimas tak akan tahu. Tapi, itu sama saja ia membohongi Dimas, dan Luna tidak mau melakukannya di saat ia bahkan masih bingung dengan perasaannya sendiri.

“Luna enggak cinta sama Dimas,” gumam Dimas terlihat kecewa. Sedikit menjauh dari Luna.

Melihat itu membuat Luna gelagapan. Ia meraih tangan Dimas yang sudah hendak beranjak dari tempatnya. “Luna sayang kok sama Dimas,” ucap Luna cepat.

Setelah itu, Luna menutup rapat bibirnya, tak menyangka dengan kata-katanya. Yang ada dipikirannya ia hanya tidak mau membuat Dimas kecewa, apa lagi sampai bersedih. Itu akan membuat mood Dimas buruk, dan berujung Dimas yang mendiamkannya. Dimas pernah melakukannya beberapa kali.

“Beneran?” tanya Dimas tak kalah cepat. Wajahnya berseri.

Luna mengangguk seraya tersenyum kecil.

Cinta Untuk DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang