Part 25 - Sebuah awal yang sebenarnya (End)

5.2K 364 23
                                    


Hai hai!

Dimas sama Luna dateng lagi buat menghibur kalian!

Maafken terlalu lama. Salah Miran sama Reyyan yang udah nyuri perhatian saya 😆😆
#KorbanDramaTurki

Cus! Pencet bintang kecilnya ☆ dulu sebelum baca biar keren!

Happy reading!

°°°

Itu apa, Dimas?”

Luna menatap sesuatu yang tengah dipegang oleh Dimas, ketika suaminya itu baru saja masuk ke dalam kamar. Dimas baru saja menemui Pak Liam yang berkunjung ke rumah ini membahas tentang urusan kantor tentu saja. Luna menatap Dimas yang belum menjawab pertanyaannya. Suaminya itu terlihat bimbang akan sesuatu.

“Dimas? Aku tanya kamu, loh?”

Barulah setelah itu Dimas menoleh, lalu duduk di samping Luna di atas ranjang. Ia menghela napas, lalu memberikan sebuah kertas di hadapan Luna. “Undangan pesta ulang tahun salah satu anak perusahaan di Bandung.” 

Luna menerima kertas tersebut dan membacanya sekilas. Pesta tersebut akan dilaksanakan minggu depan. Tatapan Luna kembali tertuju pada Dimas yang justru terdiam bingung. “Terus, kenapa muka kamu murung gitu?”

Untuk ke sekian kalinya Dimas menghela napas. “Aku harus dateng ke acara.”

“Ya memang, kamu kan pemimpinnya. Terus apa salahnya?”

“A-aku ... cuma belum siap berhadapan dengan banyak orang,” gumam Dimas dengan suara melirih di ujung kalimat.
Luna pun kini diam memperhatikan gerak-gerik Dimas yang terlihat sangat gelisah. Sepertinya Dimas masih sulit untuk beradaptasi kembali dengan kehidupan normalnya.

“Dimas ...,” Luna menggenggam tangan Dimas, yang membuat suaminya itu menatapnya. “Kamu inget janji kamu kemarin kan? Kamu janji akan berusaha menerima, dan akan memulai kehidupan seperti sedia kala.”

Dimas menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Luna tersenyum melihatnya. “Kalau begitu inilah waktu yang tepat. Sudah saatnya kamu menunjukkan diri kamu yang sebenarnya. Tunjukkan pada mereka bahwa kamu sudah kembali seperti sedia kala. Dimas Putra Angkasa si pengusaha muda yang berpengaruh di dunia bisnis. Dimas yang dihormati oleh banyak orang. Tidak akan ada lagi yang menatap rendah kamu, hanya akan ada tatapan kagum buat kamu. Percayalah.”

Kata-kata penyemangat Luna berikan untuk Dimas. Berharap suaminya itu kembali menunjukkan kepercayaan dirinya seperti biasa.

Di sisi lain, Dimas pun sudah terdiam menatap Luna intens. Rasanya seperti ia baru saja mendapatkan suntikan semangat dengan dosis tinggi. Rasa tidak percaya diri yang masih menguasainya perlahan terkikis habis. Luna benar, sudah waktunya ia kembali ke dunianya. Dunia bisnis yang dikembangkan oleh sang papa dan Oma Ningsih hingga menjadi perusahaan besar seperti sekarang.  Sudah tidak ada lagi alasan yang membuatnya lemah karena keadaan. Sudah ada Luna yang akan mendukungnya dari belakang.

Sebersit senyuman muncul di bibir Dimas. Ia membalas menggenggam tangan Luna dengan erat. “Dibandingkan dengan siapa pun, kamu lebih membuatku kagum, Luna. Temenin aku ke pesta itu, ya? Aku ingin menunjukkan sosok malaikat tanpa sayap yang kini menyandang sebagai istriku kepada dunia.”

Jangan tanya bagaimana keadaan hati Luna saat ini. Jika memang dirinya malaikat seperti kata Dimas, sepertinya ia kini tengah terbang sampai langit ke tujuh mendengar pengakuan Dimas. Ternyata seperti ini rasanya berbunga-bunga karena sebuah pujian.

“Pipi kamu merah,” kekeh Dimas yang kini sudah mengusap pipi Luna dengan gemasnya.

Luna merengut malu mendengarnya. Ia menutupi wajahnya sendiri. “Dimas, ih! Malu tau!” gerutunya, yang malas semakin membuat Dimas tertawa geli.

Dimas meraih kedua tangan Luna yang masih menutupi wajah. Perlahan, ia menyingkirkan tangan Luna agar ia leluasa menatap wajah cantik Luna. Dimas terdiam, menatap wajah Luna dengan intens.

Di sisi lain, Luna pun turut terdiam kehilangan kata-kata ditatap sedemikian oleh suaminya. Apa lagi kini wajah Dimas semakin mendekat, yang membuat Luna perlahan mundur dan merebahkan diri di ranjang, dengan Dimas yang masih di atasnya. Tatapan Dimas mulai berbeda.

Cinta Untuk DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang