5. Anak SD

5K 604 79
                                    

Sebuah bingkisan mampir di mejanya. Kali ini dari orang yang nyata. Dara, anak praktek di tempat sahabatnya datang kemarin. Ia buru-buru hendak pergi, jadi tak begitu menanggapi obrolan Dara.

Membuka, ia coba di tangannya. Sarung tangan berwarna hitam guna mengendarai motor itu memang pas dipakai. Memutuskan untuk melepas, ia masukkan ke tas. Nanti ia bawa pulang saja ke rumah, biar dicuci sama Mbak.

"Berapaan yang ini? Merk baru!"

Sobri menepuk tumpukan kertas foto glosy ukuran 4R (10.2 cm x 15.2 cm) yang baru datang. Seorang pembeli untuk dijual lagi menanyakan harga grosirnya. Sultan menoleh. "Sama kayak sebelumnya."

Sobri kembali sibuk dengan pembeli. Sementara Sultan yang duduk di kasir juga tengah mengetikkan harga beberapa barang baru.

"Udah." Seorang pembeli perempuan menghampiri. Menyerahkan kertas foto ukuran 20 cm x 30 cm dua jenis.

"Joyko dua, e-print dua. Udah ini aja, Mbak?"

Perempuan berjilbab ungu mengangguk. Kemudian membayar sesuai harga yang disebutkan Sultan.

Penjual silih berganti, hingga siang menjelang. Melirik toko sedang sepi, Sultan jalan kaki menuju warung es degan tak jauh dari tempatnya.

Terbiasa jalan kaki, meski terik ia tak peduli. Tiba di sana, ada empat orang yang duduk menikmati. Sultan bergabung, terlebih dulu memesan.

"Es degan pakek durian satu aja. Nggak usah alpukat."

***

Ava menghitung uang lagi sebelum ia bawa pulang. Ada pesanan yang harus diantar, tak jauh dari tempatnya jualan. Hanya lima bungkus.

"Gue datang...."

Rekannya, Adi menoleh dan langsung mencegat Ava yang baru datang. "Noh, anterin."

"Ish!" Ava mendengkus. Ia mau ngadem dulu gitu, habis panas-panas tralala.

"Halah, buruan. Nggak usah ngeluh, kerja woy. Nasi goreng dah naek serebu."

Meski menggerutu, ia bawa juga segelas es degan menuju pembeli yang dari punggungnya saja sudah membuat Ava merasa minta senderan.

Tepat di sebelahnya, Ava menjerit tertahan. Tak menyangka bahwa pembeli yang ia layani adalah Sultan. Astaga, ia harus ambil kaca dulu dong. Tadi habis panas-panasan, berkeringat, rambut lepek, juga bau keteknya merebak.

"Silahkan." Lalu senyum malu-malu melingkupinya. Padahal Sultan juga tam menoleh padanya.

"Oh, makasih." Lalu sibuk lagi dengan ponselnya bermain asah otak.

Merasa diabaikan, Ava berdeham. "Bang Sul, gimana kabar?"

Sultan menghentikan gerakan tangan. Ia seperti pernah mendengar namanya disebut barusan. Menoleh, matanya terkejut. "Loh, kok kamu di sini?"

Terkekeh manis. "Iya dong, Bang. Kan Dedek kerja di sini. Gimana-gimana, esnya enak nggak?"

Sultan langsung menyeruput es degannya. "Enak."

"Mau tambah sesuatu nggak? Tambah susu mungkin. Ada cap Nona, ada juga Cap Nyonya. Tapi disaranin cap Gadis saja lebih manis."

Sultan menganga.

"Udah pernah cobain belum, Bang?"

Sultan hampir tersedak. Ia toleh sekeliling, takut obrolan ngelantur anak SD di dekatnya ini didengar dan ia dikira sedang menggoda. Ah, aman rupanya. Tinggal satu orang saja yang minum dan duduknya jauhan.

"Kamu apaan sih. Sana balik kerja."

Ava mengangguk. "Siap, Bang. Selamat menikmati ya."

Gadis itu kembali ke depan dengan riang. Adi yang baru selesai membelah kelapa heran dibuatnya. Tadi menggerutu, sekarang malah cengengesan. Apa jangan-jangan teman kerjanya ini kesambet dedemit kelapa? Mengingat kelapa-kelapa di situ dari pohon yang tak ia ketahui asalnya. Bisa jadi berasal dari dekat kuburan, atau ada yang pernah meninggal gantung diri apa ketiban kelapa.

"Kenapa lo?" tanya Adi horor.

Ava masih saja tersenyum malu-malu. "Ketemu calon masa depan. Cerah banget deh, silau gue."

Adi makin geleng-geleng. Sementara Sultan diam-diam menengok ke belakang, pada dua pegawai yang tengah mengobrol entah apa. Ia fokuskan pada anak SD yang kapan hari menyapanya di jalan. Kalau dilihat-lihat memang mirip anak SD saking wajahnya yang terlihat anak-anak.

"Ya ampun itu anak, emaknya ke mana juga. Masih kecil dah disuruh kerja." Sultan merasa kasihan.

***

Ken menepikan mobilnya di sebuah rumah berlantai dua. Halaman yang tak begitu luas karena dibangun garasi untuk mobil serta satu sepeda motor. Memanfaatkan lahan kecil, ditumbuhilah bunga-bunga dalam pot di pinggir garasi. Dua pohon yang terlihat menonjol adalah palem yang ditaruh masing-masih dalam pot dengan tinggi antara dua sampai tiga meter. Terlihat asri.

Suara klakson membuat pintu gerbang berderak terbuka tak lama kemudian. Adalah Amel, salah seorang pegawai senior yang di usia empat puluhan masih terlihat menawan.

"Udah siap?" Amel mengangguk. Ibu satu anak itu lekas masuk ke mobil sang kekasih. Ngomong-ngomong, Amel sendiri adalah janda yang ditinggal suaminya meninggal.

"Kamu lama nggak main. Repot banget ya kerjaan?"

Ken menoleh. Ia ulas kekehan karena kekasihnya merajuk. Tangan lembut berkutek itu ia raih, digenggam pelan hingga sang istri berdecap manja.

"Biasa, target bulanan." Laki-laki berusia kepala lima itu menjelaskan, sambil sesekali menatap kekasihnya di samping. Ngomong-ngomong, Ken bekerja di perumahan. Sudah sejak muda ia merintis karir di perumahan. Mencari pembeli di mall, expo, menyebar brosur hingga jabatannya naik. Meski begitu ia juga punya toko sendiri di bidang yang berbeda dan diserahkan pada anak buahnya. Kini fokusnya hanya pada satu bidang saja.

"Bener ya, target bulanan. Bukan target yang lain?"

Ken menggeleng-geleng. "Benar. Sudahlah, pagi-pagi malah merajuk. Memangnya kamu tidak rindu padaku? Malam ini sepertinya akan hujan," liriknya yang membuat Amel bersemu. Ia tahu kode itu.

Meski usia Ken terbilang tak muda, beruntungnya laki-laki itu memiliki tubuh tegap dan wajah yang awet muda. Anugrah yang tak ia sangka meski tanpa perawatan sama sekali. Sekadar olahraga saja, di gym ataupun bersama perempuan lain. Angel, Amel atau ... Dara. Ah, ia jadi merindukan gadis manis yang sudah menjadi kegilaannya sejak lama.

Setelah lama tak bersua, ia jadi ingin menemui anak itu. Gadis kecil yang merasa kesepian dan minta dimanja. Mungkin ia bisa mencarinya di sekolah atau tempat nongkrongnya.

___________

Segenap Emak dan keluarga besar Bang Sultan, Ava, Dara, Om Ken, Tante Amel, Erga dan Rahina mau ngucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf kalau ada salah ya kita-kita ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAMARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang