1. Usai

13 2 7
                                    

"Kamu kenapa ga cari kerja?" tanya Alina kepada kekasihnya melalu vidio call WhatsAppnya.

Fikry memalingkan wajahnya, "Iya nanti juga dapet kerja. Kamu fokus aja sama kuliah, jaga diri ya, inget kamu tuh punya aku".

Hubungan jarak jauh memang sangat menyiksa dirinya, terlebih Alina saat ini sangat membutuhkan semangat dari kekasihnya. Tak jarang pula ia mengobrol lewat Video Call dengan Fikry, yang notabene merupakan kekasihnya.

Sudah lima tahun lamanya ia menjalin hubungan dengan Fikry, semua sifatnya sudah saling tau. Pada tahun 2014, sehari sebelum valentine, Fikry mengutarakan perasaannya padahal ia dengan Fikry belum pernah bertemu sebelumnya.

Hubungan itu nyatanya berlangsung hingga saat ini. Namun keadaan semakin berubah semenjak Alina menginjak bangku perkuliahan disalah satu universitas di Bandung. Mau tidak mau, Alina menjalin hubungan jarak jauh dengan Fikry.

Selama itu pula Fikry terus saja mengusik Alina dengan segala perhatiannya yang berlebihan. Menurut Alina, itu wajar karena Fikry adalah pacarnya.

Lain hal dengan Alina, semenjak lulus SMA, Fikry hanya diam dirumah. Entah apa yang sedang ia rutuki, ia tidak mencoba melamar kerja. Alina berusaha memberikan wejangan untuk Fikry kuliah jika ia tidak mau bekerja. Namun tetap saja, beribu alasan diucapkan Fikry karna ia tak mau membebani orang tua, padahal orang tuanya masih mau membiayainya.

Lama kelamaan, Alina merasa risih. Semakin hari, Fikry semakin protektif kepadanya. Membatasi segala perilakunya. Disisi lain, Fikry hanya melontarkan kata cinta kepadanya tanpa ada perjuangan yang pasti.

Alina mendecak, "Ckk, mau sampe kapan? Katanya mau daftar TNI, tapi gajadi. Katanya mau daftar kerja, tapi males ngurusin pendaftarannya. Katanya mau kuliah, tapi takut ngebebani orang tua. Ma-".

"Dah lah, kamu diem aja. Itu urusan aku. Nanti juga beres."

"Mau sampe kapan kamu kaya gini? Aku butuh kepastian, bukan hanya CINTA." Jawab Alina sambil menggeser kamera ponselnya, agar menyorot setengah wajahnya.

Fikry diam sejenak, "Nanti juga sukses".

"Dah lah, terserah kamu. Kalau gini terus aku males sama kamu, bilang cinta tapi gada perjuangan. Orang tua ku terus menerus nanya kabar kamu kerja apa, aku gatau harus jawab apa. Kita udahan aja deh sampe disini. Aku capek sama kamu."

"Aku gamau".

Alina mematikan kameranya, "Mau kamu bilang gak seribu kali pun keputusan aku gabisa diganti. Aku capek Ry sama kamu".

"Tunggu aja, aku sayang sama kamu. Aku gamau udahan sama kamu." kata Fikry.

Alina terdiam.

"Plis, Na. Kasih aku kesempatan lagi. Aku ga akan ngulangi lagi. Aku akan berjuang buat kamu. Beneran".

Alina mematikan panggilan tersebut. Kepalanya pusing. Fikry terus saja menelfon dirinya.

Kesempatan itu sudah habis, Alina muak.

Ponselnya dimatikan, berharap tak ada yang mengechatnya.

Segala kata cinta yang diucapkan Fikry terngiang dikepalanya. Kata itu membuat Alina kesal, mengapa ia terus dihantui perasaan ini.

Antara logika dengan hatinya pun kali ini bekerjasama, satu suara untuk kata tidak. Ia terngiang obrolan dengan Mamahnya minggu lalu.

"Fikry sekarang kerja apa, kak?" tanya mamahnya.

"Belum, Mah. Dia katanya mau daftar AD." Jawabnya.

"Kata Ayah, kalau dia daftar Tamtama, No deh."

Hatinya mencelos, malu dengan kenyataan yang ia rasakan. Fikry nyatanya belum memperjuangkan masa depannya.

Keputusannya telah bulat, bahwa kini Alina dengan Fikry telah usai.

Alina menyalakan kembali ponselnya, puluhan notifikasi masuk. Hanya satu notifikasi yang membuatnya heran.

 Hanya satu notifikasi yang membuatnya heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rizki, kakak tingkatnya.

Darimana ia tau, kalau Alina dan Fikry telah usai?

🌚🌚🌚

The Way Thinks AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang