daftar

25 3 0
                                        


Kanza masuk ke dalam kelasnya dengan senyum yang masih tersungging di wajahnya berhias rona merah di pipinya. Bahkan dia sempat menyapa Dani yang berdiri di luar kelas tengah merenung menatap ke arah lapangan basket, biasanya boro-boro nyapa orang, ngelirik aja males.

Sampai duduk di bangkunya dia masih belum menghilangkan senyumnya. Novia yang duduk disampingnya berfikir ada apa dengan temannya ini? Ia takut temannya kesambet penunggu perpustakaan, atau tadi otaknya sempat nge-blank gara-gara bicara dengan Bu Khasanah?

"Zaa? Sehat?" Novia memilih untuk bertanya pelan, bahkan seperti berbisik, namun tentu saja tidak akan ada tanggapan dari Kanza jika kondisinya tengah seperti itu.

"Za? Belum makan siang? Nihh tadi gue beliin makan, makan dulu gih" ujarnya sambil menyodorkan nasi bungkus dihadapan temannya, yang langsung diterima dengan senang hati oleh Kanza.

Sebenarnya teman-temannya sudah kepo dengan pembicaraan antara Kanza dengan Bu Khasanah yang memakan waktu hampir satu jam, tadi mereka sempat bertanya dengan Ridho dan kawan-kawan tapi jawaban mereka tidak memuaskan karena harus berakhir di detik mereka disuruh sholat. Tahu kan rasanya menonton film tapi baru seperempat tiba-tiba listrik mati atau saat membaca novel tiba-tiba halaman selanjutnya hilang? Menyebalkan bukan? Sekarang saat halaman selanjutnya datang mereka harus menahan ke-kepo-annya karena mendapat pelototan oleh Novia.

Kanza sadar sedari tadi ia diperhatikan banyak orang, tetapi memilih mengabaikan, entah virus apa yang menginfeksi dirinya kali ini. Aihh, dia jadi heran sendiri, Kanza terkekeh geli sambil menggelengkan kepala. Menegak minum setelah menyelesaikan makan siangnya kemudian tangannya meraih tugas fisika yang akan segera ia selesaikan.

Tiga puluh menit berlalu, tugas fisikanya sudah selesai. Novia dan teman-teman lainnnya sudah tidak dapat menahan rasa ingin tahu yang bersarang di kepala mereka.

Baru saja Ridho hendak menghampiri Kanza setelah di kode Novia, tiba-tiba lelaki paruh baya masuk menenteng laptop dan beberapa kertas memasuki ruang kelas. Satu kelas mendengus bersamaan kecuali Kanza melihat guru seni budaya memasuki ruang kelas.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Pak Rifaldi mengucap salam dijawab bersamaan oleh siswa satu kelas, meskipun dengan nada malas-malas.

"Sudah siang, mengantuk ya?" Beliau bertanya setelah melihat gelagat siswanya yang tampak sebal.

"Iyaaa pakkkk!"

"Tidak!"

Satu kelas menjawab kompak dengan mengiyakan pertanyaan dari pak Rifaldi, kecuali satu orang yang sebenarnya penyebab temannya murung karena menahan rasa ingin tahunya. Kanza sedari tadi sudah semangat mengeluarkan buku gambar beserta alat gambar lainnya, bahkan dia sudah membuka bagian sketsa miliknya.

"Kanza? Tumben?" Tanya pak Rifaldi heran.

Memang Kanza selalu semangat jika berhubungan dengan gambar menggambar. Tapi hari ini, semangatmya terlampau menggebu, satu kelas makin penasaran dengan apa yang terjadi di Perpustakaan.

Mereka tidak tahu saja, kalau yang membuat dia semangat itu karena perbincangan di depan mading bukan perpustakaan.

"Tumben apanya pak?" Tanyanya polos, Pak Rifaldi hanya menggelengkan kepala sedangkan teman sekelasnya mendengus sebal.

"Yasudah, karena kalian mengantuk kita senam ringan dulu" dengan malas-malas mereka bangkit berdiri, masih di bangkunya. Mereka melakukan gerakan perenggangan ringan dipandu oleh Dani selaku sie olahraga.

Setelah melakukan senam ringan, mereka mengeluarkan sketsa yang dibuat minggu lalu, itu adalah sketsa dengan pengamatan langsung. Minggu lalu mereka keluar kelas, mengamati sekekiling sekolah mencari objek 3D untuk mereka gambar.

TIDAK MAU JADI GURU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang