Jaket manis

41 3 0
                                    

"Shodaqallahul 'adzim"

Sayup-sayup suara adzan menggema disetiap sudut kota, membangunkan setiap insan agar beranjak dari posisi nyamannya. Ia tersenyum seraya meletakkan kitab suci kembali pada tempat semula.

Jika ada yang bertanya kapan waktu favoritnya maka subuh adalah jawabannya, udara yang sejuk meski terkantuk-kantuk, juga suasana yang damai seakan menariknya untuk bersantai. Sadar akan kewajibannya, ia segera menarik sajadah kemudian keluar dari kamar kos menuju masjid tepat di ujung perumahan.

Sekembalinya dari masjid, ia membeli serabi hangat yang dijual beberapa langkah dari rumah kos yang ditinggalinya. Baginya itu sudah cukup mengisi perut sebelum berangkat ke sekolah.

Mengingat dia hanya tinggal seorang diri, keluarganya ada di desa tidak begitu jauh namun memakan waktu cukup lama untuk pulang pergi kesana. Mungkin sesekali ia sering berkunjung kerumah atau sebaliknya orang rumah-lah yang akan mengunjunginya.

Mengingat kembali ia hanya tinggal seorang diri, maka dengan segera membersihkan ruang yang merupakan tempat ternyaman untuknya melepas penat setelah merasakan panas seharian.

Satu jam kemudian, kamarnya telah bersih juga rapi, begitupun dirinya yang telah terbalut seragam yang bahkan kerahnya saja masih kaku, maklum dia baru dua kali memakainya, anak kelas sepuluh.

Selesai dengan dirinya, ia kembali menatap ransel yang telah terisi berbagai macam keperluan disekolah nanti. Membongkar sedikit kemudian mengeluarkan buku catatan dan kembali membaca sambil memakan serabi yang sudah tidak terasa hawa panasnya.

Kriiinggggggg

Ia tersentak, dengan segera mematikan alarm dari jam beker di atas meja belajar, tepat disampingnya. Ia sengaja menyetel pukul 06:15 untuk mengingatkan agar tak larut dalam bacaannya. Setelah kembali memasukkan buku, kakinya melangkah menuju pintu. Aneh, ia merasa janggal.

Menimbang, mengingat kembali apa saja mata pelajaran hari ini. Aha! Bukan salah satu buku yang tertinggal, ternyata hoodie warna hitam yang dipinjamkan gadis satu tingkat diatasnya.

Setelah menginap di kamarnya dua hari jaket itu telah bersih dan wangi hasil cuciannya. Tangannya terulur meraih cokelat yang tersimpan rapat dari jangkauan makhluk kecil bernama semut. Bukan, dia tidak sengaja membelikan gadis itu cokelat, makanan manis itu adalah simpanan pribadinya yang merupakan penyuka cokelat, apalagi yang ada metenya, ughh. Jadi, ia memberikannya bersamaan dengan note kecil sebagai ucapan terimakasih.

Merasa sudah siap ia kembali mengayunkan langkah menuju garasi setelah menyapa beberapa temannya dan membangunkan yang masih tertidur pulas dikamar masing-masing.

Belum lebih dari satu bulan bersekolah di jenjang SMA, ia sudah memiliki banyak kenalan, mulai dari ketua OSIS yang kebetulan sangat cantik sampai satpam yang jaga didepan gerbang pun turut mengenalnya.

"Pagi pak!" Ucapnya seranya menganggukan kepala, melewati pagar yang telah sepenuhnya terbuka. Senyum tersungging di kedua sudut bibirnya, menerbitkan semangat bagi yang menerima.

"Pagi" biasanya kalau jam segini Pak Broto masih kalem, tersenyum menjawab sapaan siswa yang lewat, lihat lima belas menit lagi. Tunggu saja.

"Hai dek" ucap seorang gadis berjilbab, sebentar ia tengah mencoba mengingat namanya.

"Pagi kak Novia" setelah meningatnya, ternyata teman dekat Kanza. Sapaannya dibalas senyum manis dari gadis itu. Mereka berjalan beriringan melewati koridor depan.

TIDAK MAU JADI GURU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang