⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
"Ini kita mau kemana, Hil?"
Hilya berhasil mengajak Zahra untuk ikut bersamanya. Jangan tanya apapun lagi, ia hanya sedang menahan tangis dan sakit pada bagian ulu hatinya. Kenyataannya, ia harus sesakit itu untuk menerima sebuah rahasia yang disusun rapi oleh bunda nya sendiri.
"Surprise, bun. Jangan nanya mulu ih... " Tapi ia masih mampu untuk menyembunyikan sakitnya dengan senyuman.
"Eh, kamu tau ga, Hil?"
" Apa tuh, bun?"
"Kemarin itu, anaknya Aisyah lagi nyari pasangan. Gimana menurut kamu?" Zahra menyampaikan pesan Aisyah untuk menanyakan hal itu pada Hilya.
"Maksudnya?" Hilya mencoba untuk meminta penjelasan yang lebih detail dari Zahra.
"Galfin itu hanya beda setahun sama kamu. Kalau kamu mau, dia mau ngajak kamu serius"
Hati Hilya bergetar, hal yang sangat ia takutkan dari dulu. Memang tidak menutup kemungkinan kalau seorang gadis sepertinya untuk diajak serius oleh lelaki mana pun. Tapi ia hanya merasa tidak senang, karena hatinya masih tertaut dengan seseorang yang belum juga ada kejelasan sikapnya.
"Bahas nanti aja, bun. Hilya lagi males mikir" Elaknya. Sebenarnya ia menghindari topik itu karena mengingatkannya pada hal yang seharusnya ia kubur sejak dulu.
Tak bisa dipungkiri, Hilya masih menunggu kejelasan dari lelaki yang sudah terlebih dahulu mengungkapkan rasa pada Abah yai Ahsan kala itu. Walaupun Hilya berusaha untuk menepis dan menenggelamkan tentang itu, tapi Hilya tidak bisa berbohong kalau ia masih menunggu keseriusannya.
Zahra hanya mengangguk diiringi senyuman. Mencoba memahami Hilya yang sepertinya belum siap untuk menghadapi hal semacam itu.
Setelah beberapa menit, Hilya sampai di tempat tujuan. Sebuah Vila di atas bukit yang sejuk, menjadi tujuan rencana Hilya.
Alih-alih dengan alasan ingin berlibur bersama Zahra, Hilya telah menyiapkan rencananya dengn sangat matang. Demi keluarganya.
Hilya mengajak Zahra untuk duduk di sebuah kursi yang telah disediakan, seraya menikmati keindahan alam yang memanjakan mata.
"Subhanallah, Hil... Bagus banget. Kamu tau aja kalau bunda lagi pengen liburan" Ucap Zahra dengan hati yang sangat senang.
"Iya, bun. Hilya juga seneng bisa liburan sama bunda disini" Bohong, tidak ada yang senang jika harus mendapati rahasia yang tak pernah Zahra ungkit didepannya, padahal Hilya berhak tau hal itu.
Hilya merilekskan pikiran dan bersantai bersama Zahra, merasai ulu hati yang semakin nyeri seraya menatap bunda dengan senyuman yang penuh arti.
"Bun, Hilya mau ngomong sesuatu"
"Pasti mau ngomong tentang Galvin ya... " Zahra menggoda Hilya. Padahal Hilya berusaha menahan air mata ketika akan mengatakan hal yang harus ia sampaikan.
"Bunda punya rahasia, ya?" Ucap Hilya dengan tatapan yang masih tertuju pada Zahra.
"Enggak tuh, Bunda gaada rahasia apapun sama anak sendiri ih..." Zahra masih menampakkan senyuman saat bertatap dengan mata Hilya yang semakin berair.
"Beneran?" Hilya meyakinkan kembali.
"Bunda punya rahasia apa sih sama anak bunda yang paling cantik ini? Bunda gaakan tega buat kamu sedih, hil. Kebahagiaan kamu adalah tujuan hidup bunda" Zahra terlihat begitu yakin.
"Lalu mereka?" Pandangan Hilya mengarah pada dua orang yang daritadi menyimak pembicaraan mereka.
Hilya sudah merencanakan bersama Hilwa untuk mempertemukan Zahra dan Fendi di saat seperti ini.
Alhasil, Zahra langsung berdiri dari tempat duduknya. Terkejut dengan kehadiran mereka yang tak pernah ia ceritakan pada Hilya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Al-mulk (Tahap Revisi)
Novela JuvenilSebuah penantian yang sangat lama ketika seorang akhy dan ukhty saling berjanji untuk bersama. Walaupun mereka tau mereka tidak bisa menuliskan takdirnya sendiri tapi mereka hanya berharap dan berdoa padaNYA untuk di pertemukan lagi nanti.