PRIBADI YANG BERBEDA

18 4 0
                                    

Melihat banyaknya rambut putih panjang yang pastinya bukan milik kak Bella, Papa langsung ambil wudhu, beliau solat dan dilanjutkan mengaji di kamar kak Bella.

"BERISIIK!!" teriak kak Bella saat dengar papa saya mengaji, tapi teriakannya suaranya berbeda.. Bukan suara kak Bella
Akhirnya tawa itu reda saat azan subuh berkumandang, dan saya mulai terlelap.

Saat setengah terlelap, mama saya bangunin saya

"Sholat dulu dek, nanti lanjut tidur lagi. Tidur kamar mama aja sana, hari ini kamu izin sekolah aja dulu, blm tidur kan?" Ujar mama dgn muka lelah..
Saya sendiri mulai membaca ayat2 al-quran yang saya hafal sambil pejamin mata. Hal yang saya harapkan saat ini, adalah saya bisa tertidur. Itu saja.

Tapi suara tawa disela suara ngaji itu benar benar bikin saya ga bisa tidur.
Saya mengangguk dan menuruti perintah mama, setelah solat saya mengintip ke kamar kak Bella, terlihat papa sedang mengusap2 kepala kak Bella yang sedang tertidur sambil mulutnya masih membaca ayat2 suci al-Quran.
lalu tiba2 dia mendorong pak kyai Hasan sampai mental menabrak pintu
Namun saya ga mau karena kamar kak Candra bau rokok dan memilih dikamar sendiri.

Sebelum tidur, saya lihat jam sudah pukul 3 dini hari, saya masih dengar suara ngaji papa dan mama saya, diselingi suara ketawa berat dan serak yang saya tidak kenali berasal darimana..
Suara itu terus tertawa sambil sesekali bilang
"ga mempan hahaha engga mempan.."
Jauh banget dari suara kak Bella yang halus, ini suaranya serak dan berat.

Papa tidak menggubris bentakan itu, beliau tetap melanjutkan mengaji ditemani sama mama saya, sementara saya disuruh lanjut tidur bareng kak Candra tapi dikamar kak Candra.
Papa menyadari kehadiran saya, lalu beliau menyuruh saya pergi dengan kode tangan, lalu berkata "kak Candra suruh kesini ya"

Saya mengangguk dan menutup pintu lalu segera manggil kak Candra.
"Aduh bu saya takut, non Bella melototin saya terus, kalau bapak sama mas Candra ngaji dia ketawa2 sambil bilang ga mempan" kata mba Tuti ketakutan.

"Ya udah mba Tuti, saya sapuin sini" saya nimbrung sambil ambil sapu ditangan mba Tuti.
"Kak.. kak.. dipanggil papa suruh ke kamar kak Bella" saya ketuk kamar kak Candra yang terkunci, tak lama kak Candra keluar dan sekalian bertanya

"Dek, semalem denger suara meledak ga?"

"Denger kak, kenceng banget diatas rumah kayanya" jawab saya.
Siang harinya, sekitar jam 11an saya bangun dan turun ke bawah, pengen mandi. Dibawah ada mba Tuti (ART kami) lagi kasih laporan harian ke mama saya.. Saya mendekat dan melihat
"nih bu saya udah 3 kali nyapu kamar non Bella, tiap nyapu rambutnya segini2.." ujar mba Tuti sambil nunjukin buntalan buntalan rambut sebesar bola softball ke mama saya..

Raut muka mama saya ngeri, "ya udah, buang mba, itu kata bapak tadi udah banyak lagi, coba kamu sapu lagi"
tapi kiriman utk papa ini bisa ditangkal krn papa adalah orang yg sangat kuat ibadahnya, jadi kami blm pernah merasakan dampak yang besar dari kiriman tersebut.

Setelah itu kak Candra masih dgn sarungnya menuju kamar kak Bella dan saya melanjutkan tidur di kamar mama
"Ada kiriman kayanyanya dek, tapi salah sasaran, kenanya ke kak Bella" ujar kak Candra.

Ya sementara dugaan awal kami adalah kiriman, karena papa kami pengusaha bidang angkutan yang cukup sukses, ntah kenapa banyak org iri dan akal pendek yang suka kasih kiriman aneh2.
"Ayo kamu mau bawa ayat apa?? tidak akan mempan!!" geramnya sambil diselingi tertawa.

Saya hanya memandang ke sosok kak Bella yang sepertinya sudah bukan dirinya lagi. Ia sudah jadi pribadi yang berbeda.. Bukan kak Bella yang selama ini saya kenal.

.
Akhirnya mba Tuti maju naik dengan langkah ragu.. sampai atas, kecium bau bunga yang semerbak sekali, wangi yang sama, yang saya cium saat kak Bella pulang malam itu.

TERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang