GORESAN LUKA

12 4 0
                                    


Om Kurnia membopong kak Candra ke dalam rumah, saya lihat om Kurnia sendiri kakinya terluka kena pecahan kaca, tapi dia tidak peduli dan terus membopong kak Candra masuk.

Kak Candra dibaringkan di sofa, dan mba Tuti datang berlari membawa kotak obat obatan.
"Pak maaf, ini kakinya diobatin dulu, takut infeksi" kata mba Tuti.
Om Kurnia sepertinya baru sadar kalau kakinya luka, dia membersihkan lukanya dan saya membersihkan luka kak Candra. Satu yang bisa saya deskripsikan soal luka kak Candra,  "Ngeri".
Luka cakar itu memanjang. Seperti luka cakar kucing tapi ini besar dan dalam dan tiap sabetan itu ada 4 goresan lurus..

Tiap saya beri obat, kak Candra meringis kesakitan, saya jadi ikut menangis karena ga tega sama kakak saya, ga tega sama om saya, apalagi melihat mba Tuti yg-
-sibuk membersikan tetesan darah dari luka om Kurnia.

"Kenapa jadi begini? Padahal 3 hari lalu kita semua masih tenang dan damai2 aja????" Gumam saya sambil menangis.

"Udah dek jangan nangis" kata kak Candra.

"Kamu td kenapa ndra?" Tanya om Kurnia pada kak Candra.
"Tadi kenapa Ndra??" Tanya om Kurnia setelah melihat kak Candra sudah bisa bicara normal.

Kak Candra mengusap wajahnya, masih ada sisa kengerian diraut mukanya, setelah sekali helaan nafas panjang, Kak Candra pun mulai bercerita...
"tadi saya tidur om.. sebelum tidur, pintu saya buka sedikit dan lampu saya nyalakan, karena jujur saya agak takut juga sama kejadian belakangan ini. Waktu saya mau sudah sengah tidur, tiba tiba pintu seperti ada yang banting, awalnya saya pikir angin. Lalu saat itu-
-lampu mendadak mati, saya pikir karena mati listrik. Saat saya ngintip lewat jendela, tapi ternyata lampu taman nyala semua, akhirnya saya ngeraba raba tembok untuk mengetes saklar lampu yg ternyata sudah dalam posisi off dan saya nyalakan

Tapi, saat lampu menyala..
Muncul sosok perempuan merangkak seperti cicak diatas plafon kamar saya..
Dia berjalan cepat menghampiri saya om, saya kaget setengah mati waktu pertama kali sadar saat nengok ke atas.

Reflek saya berlari kearah pintu, tapi pintu ga bisa dibuka, perempuan itu lalu loncat kearah saya, dia lalu cakar cakarin badan saya..
Kukunya panjang dan tajem, saya ga bisa gerak dan melawan, saya cuma bisa teriak, sampai akhirnya saya dengar suara kaca pecah dan cakaran itu berhenti.. dan yang saya ingat, saya dibopong sama om ke sini" Cerita kak Candra.

"Loh ini tanganmu juga kenapa Eva?" Tanya om Kurnia-
-sambil menunjuk lengan saya, spontan saya melihat kearah lengan kiri saya, dan benar saja, ada bekas biru bergaris seperti jari yg mencengkram keras lengan saya.

"Ga tau om, saya juga baru liat ini." Jawab saya sambil mengecek lengan saya.

"Sakit ga?" Tanya om

"Engga om"
Om Kurnia mengusap usapkan wajahnya beberapa kali, hal ini menunjukkan bahwa dia gusar.

Lalu ia berjalan ke arah telepon rumah yg posisinya tak jauh dr tempat kami duduk. Sepertinya om Kurnia telepon papa saya atau pak Musa...
"Mba Tuti, tolong siapin baju anak anak sekalian baju ganti ya, baju kamu juga sekalian mba, tadi papa nyuruh ikut juga" kata om Kurnia ke mba Tuti.

Mba Tuti terlihat ragu ragu, sepertinya dia takut ke kamar saya sendiri atau kebelakang sendiri.
"Saya temenin mba, ambil yang ada di ruang cuci setrika aja, ga usah keatas" kata saya.

"Iya non" jawab mba Tuti sambil jalan diikuti dengan saya dibelakangnya.

Saya dan mba Tuti memasukkan baju ke tas tanpa suara, kami sibuk dengan pikiran masing masing,-
-sambil sesekali telinga dan mata saya mencoba mengawasi sekitar, kejadian 3 hari belakangan benar2 membuat saya jadi waspada dan takutan...

TERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang