Prolog - Mati Untuk Hidup Lagi

17 3 2
                                    

Semua usahaku membawa kita kemari. Atas atap gedung dua puluh lantai menatap langsung ke jalan raya ramai di bawah.

Tentu saja, kalian tidak benar-benar ada di sini. Aku yang ada di sini. Sendiri, merasakan angin bertiup dengan kencang berusaha menjatuhkan semua gedung tinggi yang menjadi bukti keangkuhan manusia.

Tujuanku berada di sini sederhana. Aku ingin mati. Tidak, tidak. Bukan bunuh diri.

Biar aku jelaskan. Kalian lihat, aku berhasil menemukan celah di dunia ini menuju ke dunia lain dalam risetku.

Sayangnya, untuk melewati celah ini, aku harus mati dengan cara yang spesifik.

Yang pertama adalah, mati karena patah hati sebab dikhianati kekasih. Tentu saja, aku tak bisa melakukan itu.

Kenapa? Aku dengar kalian tidak bertanya. Jawabannya, karena aku adalah tokoh utama Isekai Self-Insert yang harus gagal dalam kehidupan percintaannya untuk disukai kebanyakan pembaca di pasar.

Sekarang, berpindah ke cara kedua. Yang ini tidak lebih mudah, namun setidaknya, bisa aku lakukan.

Di cara kedua, aku harus mati ditabrak truk. Tapi bukan cuma sembarang truk. Truk ini harus melakukannya secara tidak sengaja dan memiliki nomor polisi yang bersifat fiksi dan tak bisa dilacak ke wilayah asli manapun.

Sekarang, setelah mendengarkan penjelasan bodohku itu, aku harap kalian paham akan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebagai orang lokal pertama yang berhasil melacak keberadaan truk misterius dengan kekuatan supernatural ini, aku akan melakukannya.

Ya, aku akan melompat ke bawah dan ditabrak truk itu sebelum kepalaku menabrak aspal dan pecah.

Mari kita lakukan. Dunia lain, aku datang.

Menebak truk itu melaju 80km/jam karena pengemudinya adalah maniak, maka aku harus melompat sekarang untuk menemukannya.

Percaya atau tidak, penulis bodohku menghitung hanya untuk menentukan hal yang dia sadari tidak akan dia jelaskan dalam narasi.

Tolol, aku tahu.

Tapi sekarang, aku merasa lebih bodoh darinya.

Di wajahku angin terasa keras menampar. Sebenarnya, angin menampar semua bagian tubuhku.

Bagai ribuan pisau tajam yang tidak ada habisnya, semua yang bisa aku rasa adalah pedih dan derita.

Seakan itu belum cukup, aku hanya bisa merasakan angin di luar tubuhku saja.

Karena tekanan udara, tidak ada dari oksigen ini yang mau masuk ke paru-paruku yang mulai kesusahan juga.

Seandainya aku pernah ditabrak kereta, aku mungkin bisa mengatakan bahwa sensasi yang aku rasakan sekarang sama seperti ditabrak kereta.

Sayang karena aku tak pernah. Tidak, tunggu. Untung karena aku tak pernah.

Ditabrak kereta rasanya akan lebih sakit dari apa yang aku harapkan akan aku rasakan sebentar lagi.

Dan itu adalah pikiran terakhirku di dalam tubuh ini sebelum aku ditabrak tepat di wajah.

Seandainya saja aku bisa berteriak, mungkin kalian bisa melihat teriakanku sebagai dialog dan narasi sekarang, hanya agar kalian paham sakit yang sedang aku rasakan.

Cepat memang sakit itu berakhir, tapi begitu hebat hingga aku merasa sakit itu meninggalkan luka permanen di jiwaku yang cepat ditarik oleh kekuatan yang belum aku tahu apa atau siapa.

Aku ingin menuduh siapapun yang bilang bahwa seseorang akan melihat seluruh hidupnya di detik-detik terakhir mereka sebagai pembohong.

Sayangnya, aku tak merasa diriku punya kualifikasi untuk melakukan itu karena aku tidak benar-benar mati juga.

Jadi persetan, dunia lain, aku datang.

Judul Panjang Ini Berhubungan Dengan Cerita Karena IsekaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang