Bab 3 - Raja Singa

5 2 0
                                    

Maafkan jika aku mengulang diriku sendiri di sini, pembaca yang budiman. Tapi, mana Tuhan saat kau membutuhkannya?!

Aku serius berpikir aku akan punya kekuatan tersembunyi atau semacamnya!

Kalau bukan karena aku sudah menderita di dunia sebelumnya dan susah payah ke sini, paling tidak karena aku adalah bagian dari Harem bajingan itu!

Namun, tidak. Tidak, tidak, tidak. Dunia ini membenciku. Apalagi alasannya aku terbaring di tanah sekarang, kotor oleh debu dengan sebuah mata pedang menatap leherku?

Di sekelilingku adalah sekumpulan prajurit dengan senyum keji di wajah mereka. Terlukis jelas niat bejat mereka di sana.

Dan semua yang bisa aku lakukan adalah menuruti keinginan mereka, tidak ingin mati begitu saja.

Aku berdiri, mengikuti isyarat kepala salah satu dari mereka. Dia menatapku dekat, menghembuskan napasnya yang panas ke leherku.

Aku gemetar jijik, jelas sekali tidak menginginkan ini.

Jadi, saat dia mundur dan membuka mulut untuk memberi perintah verbal, aku berbalik, berlari, dan kemudian terjerembab.

Menghentikanku adalah seorang pria raksasa. Badannya dibungkus zirah baja yang gelap, seakan hangus di pemanggangan.

Wajahnya tidak tampak. Tapi dia membawa pedang besar penjagal abad pertengahan di punggungnya. Melihatku tanpa iba sebelum melangkah menjauh.

Semua orang yang diam karena kehadiran si pria kembali bergerak, seakan memang itu yang mereka tunggu sebagai aba-aba.

Suara langkah di belakangku jelas, membuatku berbalik untuk berusaha bereaksi, tapi terlambat.

Pria yang menodongkan mata pedang kepadaku dari tadi melompatiku, dia menerkam, dan semua yang bisa aku lakukan adalah melawan dengan sia-sia.

Dia menduduki perutku, menggerakkan satu tangannya ke leherku sembari memasang senyum sadis di wajahnya brengseknya itu.

Tangan tubuh baruku mencengkram pergelangan tangannya, berusaha memaksa dia melepaskan aku.

Tapi tubuh ini lemah, kekurangan tenaga, tidak seperti tubuhku sebelumnya yang … sama lemahnya.

Mataku berair, napasku sesak, dan dia tampak sangat puas.

Aku meronta, tapi ini tampaknya hanya menambah kayu ke perapian. Dia mulai menelanjangi dirinya sendiri, pelan dan perlahan gambar kenyataan itu diproses otakku yang sibuk mencari solusi.

Dan aku menemukannya.

"Aku … punya … raja … singa …."

Sifilis, penyakit menular seksual itu cukup populer, dan aku yakin mereka tidak punya penisilin.

Kalau mereka tidak takut dengan ini, maka aku tidak tahu harus menjual apa atau siapa lagi dalam kebohonganku.

Beruntung karena mereka semua sepertinya percaya.

Setiap dari mereka menatapku penuh horor, memiliki muka yang kehabisan warna, mereka berdiam diri seakan membeku.

Perlu beberapa lama sampai akhirnya mereka kembali bergerak, satu persatu dari mereka bubar menjauh, sementara dia yang sempat ingin menusukku kesulitan kembali berpakaian penuh karena gemetar.

Kemudian, dia memegang pergelangan tanganku, menarik dan memaksaku masuk ke dalam salah satu sangkar raksasa di atas salah satu kereta kuda mereka.

"Hei!"

Aku protes saat didorong masuk dengan sedikit tenaga. Tentu saja, aku berusaha melawan sepanjang perjalanan pendek ke kereta kuda ini, tapi tenagaku tidak cukup untuk lepas dari cengkeraman takutnya.

Jadi di sinilah aku, masih tidak bebas. Namun paling tidak, masih perawan. Itu 'kan hal yang paling penting untuk perempuan?

Aku tahu, aku tahu. Sekarang, aku hanya berharap agar aku tahu kemana aku akan dibawa oleh orang-orang barbar ini.

Tapi, itu untuk bab selanjutnya.

Judul Panjang Ini Berhubungan Dengan Cerita Karena IsekaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang