Bab 5 - 日本語

9 1 0
                                    

Maafkan bila bagian ini menjadi mirip dengan cerbung, tapi jangan khawatir, melompat waktu dari satu kejadian ke kejadian lain akan berlanjut seperti biasa di bab selanjutnya, mari kembali ke topik.

Masalah pertama dari peta bodoh yang diberikan singa ini adalah fakta bahwa ini bukanlah peta.

Apa yang tanganku pegang merupakan secarik kertas putih dengan tulisan bertinta hitam di atasnya.

Dan jujur saja, itu bukan masalah besar

Apa yang sebenarnya menjadi masalah besar adalah, "Ini ...."

Aku membuka mulut, menatap ke kertas itu dengan sedikit bingung dan banyak konsentrasi.

Mendengar nada suaraku, si raja singa melepaskan leherku dan memberikanku jarak seakan mengizinkan aku untuk berpikir.

"Apa?" Dia bertanya, menatapku penasaran dengan tajam mata kucingnya bersinar pelan mencari kebenaran.

Aku mengabaikan tatapan itu, memfokuskan mataku ke selembar kertas di tangan, dan membaca kontennya.

[この書き物は意味無し、その故、獅子に宝を探させると、許し願う。真の宝は、旅の長さにて作られた友人だから。]

"Jepang!"

Ralat, berusaha.

Aku membuang kertas itu tinggi, membiarkan benda tidak berguna yang ditulisi bahasa penjajah itu jatuh perlahan karena terlaku ringan.

Dia berdansa digerakkan angin sepoi-sepoi dalam ruang takhta, semua yang ada dalam ruangan menatapku.

Sayangnya, aku sibuk mengutuk penulis bodoh sialan ini yang sok menggunakan bahasa asing dalam ceritanya.

Bahasa asing yang tidak dia tahu pula. Apa selanjutnya? Sistem gim RPG yang entah bagaimana bisa ada!?

"... Ada apa, manusia?"

Melihat frustrasi yang terlukis jelas di wajahku, si raja singa bertanya dengan sedikit bingung di suaranya.

Dia menangkap kertas yang aku lempar dengan dua cakarnya, "Apakah kau tak bisa membaca ini?" Kemudian, dia menyodorkan kertas itu tepat ke depan wajahku.

Nada dan wajahnya membuat aku terdiam, mataku sibuk terpaku pada ekspresi curiganya yang marah seakan aku sudah membohonginya.

"Aku ...."

Insting membawa kakiku mundur, aku ingin lari. Melihat ke belakang, harapanku dihancurkan. Pintu ruangan ini tertutup entah kapan atau oleh siapa.

"Kau apa?"

Mengikuti langkahku dengan langkah berat yang mengancam, si raja singa terus maju. Dua betina di belakangnya juga mengikuti, memiliki postur tubuh siap melompat.

Aku menelan ludah, terus mundur sembari memasang senyum canggung dan kedua tanganku di depan dada.

Hingga akhirnya, aku tak bisa lagi lari kemana-mana.

Di belakangku adalah pintu berat yang tertutup, di depanku adalah tiga orang yang tampak sangat marah hanya karena aku tak bisa membaca bahasa Jepang.

"Jawab aku, manusia," si raja singa merapatkan wajahnya ke wajahku, mencari mataku yang tak bisa lari dengan pupilnya yang berapi, "Apakah kau bisa membaca ini?"

Lagi, dia menyodorkan kertas itu ke tanganku, jelas sekali mempertimbangkan hidup dan matiku di kemampuanku untuk mengetahui konten kertas itu.

Melihat aku tak ingin mati, dan fakta bahwa kartun Jepang hanya mengajarkan aku frasa bodoh dalam bentuk ucapan, maka aku tak punya pilihan selain menjadi pendosa.

"Te ... tentu saja!"

Aku menjawab dengan tidak meyakinkan, memasang senyum palsu terbaikku untuk menghapus canggung.

"Kalau begitu, kenapa kau mundur?"

Dia bertanya lebih jauh, memberikan aku ruang kali ini, sesuatu yang sangat aku butuhkan untuk kebohongan kompleks selanjutnya.

Setelah berpikir lama menggunakan otakku yang ber-IQ 126 berdasarkan tes daring aku akhirnya menjawab.

"Itu karena, harta yang kalian inginkan merupakan sebuah barang yang sangat berbahaya."

Dengan percaya diri, aku menjelaskan tanpa salah.

Judul Panjang Ini Berhubungan Dengan Cerita Karena IsekaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang