Naga, huh? Klise.
Kalian mau tahu apalagi yang klise? Beberapa paragraf selanjutnya.
Keluar dari mulut sang naga adalah bola api yang cepat jatuh karena ukurannya. Terbakar terang benderang bagai matahari kedua, aku hanya bisa menatap dan terhempas saat serangan itu menabrak rumahku.
Api merah itu berkobar menandakan pertumpahan darah, aku bisa mendengar teriakan pengampunan dan kematian dari desa.
Langkah kaki mereka yang lari bercampur dengan tapak kaki pengejar, membuat tanah bergetar karena hentakan kaki kuda dan manusia.
Aku hanya menonton, melihat kebanyakan dari mereka lari ke arahku yang memiliki rumah di sudut luar desa.
Di antara orang itu adalah seorang pemuda yang cepat aku kenali dari ingatan yang aku rebut dari seorang gadis malang yang kini sudah mati.
Dia seusia denganku, memiliki rambut hitam malam dihiasi kilau bintang-bintang akibat cahaya mentari dan api.
Matanya cokelat tua, menatap ke arahku dengan intensitas yang tidak ditutupi oleh air matanya yang menggelantung di pelupuk mata.
Dia cepat, menghampiriku dengan raut wajah khawatir.
Aku tersenyum kecil oleh memori nostalgia, bangga karena dia sudah berubah dari anak cengeng yang harus aku bujuk tiap jatuh menjadi seorang pria per ….
Tidak, tunggu. Tidak! Tidak! Tidak! Itu bukan aku! Penulis sialan! Jangan jadikan aku ….
"… Kita teman masa kecil, Peter?"
Tepat setelah dia mencapaiku dan memegang pundakku, aku bertanya, menghentikan dia dari mengutarakan kalimat, memaksa mulutnya menganga dengan ucapannya di tenggorokan.
"… Apa?" Adalah semua kata yang bisa dia ucapkan setelah beberapa, mungkin terlalu terkejut oleh pertanyaanku.
"Apakah kita teman sejak kecil, Peter?" Jadi aku mengulangi pertanyaanku, tidak melihat ekspresi wajah bingungnya, menyibukkan mataku menatap pembantaian di depan mana yamg semakin dekat ke kami berdua.
"… Iya …?"
Dia menjawab, dan aku menyumpah serapah.
Aku mengutuk dia yang menulis cerita ini dengan derita selamanya. Aku mengutuk dia dengan semua benci yang aku punya.
Bukan hanya dia tidak menjadikan aku tokoh utama Self-Insert di cerita Wish Fulfillment ini. Tapi dia juga menjadikan aku teman masa kecil yang sudah hampir pasti kalah dalam perjuangan untuk menjadi Heroine utama?
Aku tidak terima! Kenapa aku ditakdirkan untuk ditolak lagi di dunia berbeda!? Apa ini!? Mana keadilan?! Mana Tuhan saat kau membutuhkannya?!
"… Irene?"
Aku keluar dari narasi panjangku sendiri saat si tokoh utama memanggil, membuatku sadar bahwa aku mengepalkan tanganku hingga telapakku berdarah ditusuk kuku-kuku tajam jariku.
"Lari, Peter."
Bersiaplah, pembaca. Kalian akan membaca adegan paling dramatis seumur hidup kalian selanjutnya.
"Lari? Apa maksudmu …."
"Lari, Peter."
Aku memaksa kedua tangannya melepaskan pundakku, memasang senyum sok kuat yang jelas palsu.
Dia menatap mataku dengan bingung dan heran, seakan ingin jawaban yang tidak ingin dia dengar diucapkan.
Kemudian, matanya menatap ke belakang, melihat kematian dan ombak darah mendekati kami berdua dengan cepat.
Dan akhirnya, dia mengambil keputusan.
"Aku akan menyelamatkanmu! Tunggu aku!"
Dia berlari, jauh masuk ke hutan, disembunyikan dedaunan dan semak-semak. Langkahnya disamarkan kicauan dan kepakan burung-burung yang panik.
Sementara aku, berdiri sendiri. Menatap ke depan tahu betul aku tidak akan mati sebab semua wanita diampuni.
Semua bagian dari rencana.
Tokoh utama akan lari, mengumpulkan Harem, dan aku akan merebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Judul Panjang Ini Berhubungan Dengan Cerita Karena Isekai
FantasiaJPIBDCKI ditulis oleh pemarah yang hanya mencintai dirinya sendiri. Cerita ini akan menceritakan tentang aku, Irene Adler, sang tokoh utama pecinta Harem yang terlahir kembali di dunia lain setelah mati. Tapi, apa ini? Aku ternyata bukan tokoh utama...