Mama choi geleng-geleng liat kelakuan anak sulungnya. Liat aja, rambut masih berantakan, seragamnya yang belum dikancing, tasnya disampirkan dipundak dalam keadaan terbuka. Iya jaemin telat bangun padahal mama udah bangunin tadi pagi, begitu pula dengan minhee yang juga turut membangunkannya. Tapi tetep ngga bangun juga anaknya.
"Ma, jaemin berangkat ya, daaah."
Mama choi menoleh, "Heh! Jaemin! Sarapan duluu!"
Namun jaemin tetap berlalu sambil merapihkan penampilannya. Dengan sedikit berlari akhirnya ia berhenti di halte bis depan komplek rumahnya, beruntung bis datang tiga menit setelahnya.
"Haduh haduh, semoga ngga telat pliss." Gumamnya.
Tak lama bis berhenti didepan sekolahnya, jaemin langsung berlari ke gerbang dan tepat selangkah setelah ia melewati gerbang bel masuk berbunyi yang membuatnya kembali berlari sekuat tenaga menuju kelasnya.
Tak peduli dengan keringat dan penampilannya yang berantakan yang penting ia harus sampai ke kelas sebelum guru datang. Namun memang hari ini bukan hari keberuntungan jaemin, didepan kelasnya terlihat beberapa anggota kedisiplinan sedang melakukan razia rutin setiap minggu.
Langkahnya melambat, "Waduh.. ini putar balik aja apa ya? Kok gue lupa sama razia gini sih?!" Gerutunya. Baru saja akan berbalik suara tegas dari belakang tubuhnya membuatnya membeku.
"Ekhem! Mau kemana?"
"Ehehehe."
Wajah jaemin pucat begitu melihat Jeno dengan raut wajah datar memandangnya. Ah, bagaimana ia lupa kalau Jeno juga salah satu anggota kedisiplinan? Choi Jaemin apa yang sebenarnya kamu inget?!
"Jenoo~~"
Yang punya nama berdeham gugup, siapa yang tidak gugup disuguhi mata bulat jernih dan juga suara yang sengaja dibuat seperti anak kecil? Tapi tidak, kini dirinya harus tegas. Bagaimanapun ia anggota kedisiplinan, tidak memandang jabatan tinggi apalagi tambatan hati. Kecuali untuk guru tentu saja, itu bukan wewenang kedisiplinan.
"Choi Jaemin, ikut ke lapangan sekarang."
Jaemin mendengus, apa apaan?! Kenapa Jeno tidak luluh?!
"Ish! Nonooo~ Nana ngga mau dihukuum~"
Aduh Gusti, kuatkan hati Jeno.
"Loh Jen? Kok masih disini?"
"Ada yang telat, terus mau kabur."
Jeno ngebales pertanyaan Bomin santai padahal, tapi kenapa jaemin jadi tambah takut? "Lah pacar lo ini kan?"
"Hm, bawa aja ke lapangan, biar dihukum bareng yang lain."
Bomin diem dengernya, sedangkan jaemin mendelik tak percaya, dalem hatinya dia udah pengen nangis aja liat matahari di lapangan yang udah nyengat padahal masih pagi. Ntar kalo dia gosong kaya haechan gimana?
"Yakin nih?" Dibalas anggukan oleh pacar jaemin itu. Bomin menghela nafas pelan dan menarik tangan cowok manis itu ke lapangan. "Yaudah, ikut gue lapangan ya na."
Kalau sudah begini, pasrah ajalah. Lagian dia juga baru sekali ini telat.
"Heh tangannya! Jangan gandengan juga dong!" Ujarnya saat ia tak sengaja melihat tangan pacarnya digandeng Bomin.
Masih sempet cemburu aja lo Jen.
"Dih, biarin! Kamu jahat soalnya, aku ngambek sama kamu!" Jawab jaemin sewot, dengan sengaja ia malah melingkarkan tangannya ke lengan Bomin dan berjalan menjauh dari sang pacar. Tak tau saja Jeno kalau sebenarnya Bomin itu masih sepupunya.
Jeno jadi was-was sebenarnya, kalo pacarnya itu ngambek pasti ngomel mulu, apa aja keliatan salah dimatanya. Mungkin kalo dia kesandung batu, batunya yang diomelin. Tapi kan sekarang dia di sekolah sebagai anggota kedisiplinan jadi ngga boleh pilih kasih.
Cowok hidung bangir itu mengacak rambutnya kasar, "Haduh, puyeng banget gue."
🌞🌞🌞🌞
Untung bagi jaemin karena saat di lapangan tadi ia hanya berdiri sebentar disana karena selanjutnya ketua kedisiplinan mereka yaitu seo changbin, memerintahkan setiap siswa untuk membersihkan sekolah mereka sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
Nah, jaemin kebagian di taman sebelah sekolah yang lumayan adem tempatnya. Iyalah banyak pohon disitu, banyak pula daun kering yang harus ia bersihkan.
"Buset dah, baru gue masukin daunnya ke tempat sampah, ini kok ada lagi sih"
Tangannya kembali menyapu dedaunan kering disekitarnya sementara mulutnya tak henti menggerutu. Namun ia berhenti saat seseorang menyodorkan plastik berisi 2 lontong isi dan beberapa gorengan didepan wajahnya. Jaemin mendongak dan langsung mendapati sang pacar menatapnya sambil tersenyum membuat matanya melengkung bak bulan sabit.
"Ape nih?"
"Kamu belum sarapan kan pasti? Yaudah aku beliin buat kamu."
Jaemin melihat Jeno masih tersenyum padanya, haduh ganteng banget woy! Tapi kan dia masih ngambek sama Jeno, tapi Jeno ganteng banget:(
Jeno membawa jaemin duduk dibangku taman lalu mengambil alih sapunya untuk diletakkan di samping bangku itu.
"Aku masih ngambek ya sama kamu, ngga usah sok nyogok gini deh"
"Lagian ya Jen, dimana mana tuh ya, kalo ada pacarnya yang belum sarapan dibawain roti sama susu. Lah kamu ngasih aku lontong?" Omelnya.
Jeno mengerjapkan matanya, "Kan kamu ngga suka susu?"
Nah loh, betul juga.
"Y-ya bawain roti kek!" Kilahnya.
"Emang kamu kenyang cuma makan roti?"
Iya sih, jaemin tuh tipe orang yang kalo belum makan nasi, masih belum kenyang. Dengan terpaksa -ngga terpaksa juga sih, kan dia emang belum sarapan tadi terus ditambah disuruh bersihan taman sendiri, ya laper lah dia.
"Yaudah, makasih ya." Ucapnya pada Jeno dengan bibir yang mengerucut lucu. Jeno kan gemes jadinya ehehe.
Saat tengah asik memperhatikan jaemin makan, jaemin menoleh kearahnya dengan pipi bulat berisi lontong, "Jen, kamu ngga bawain aku minum?"
"Eh? Lupa hehe."
Dengan cepat dia berlari ke kantin untuk membelikan jaemin minum sebelum pacarnya itu ngambek lagi. Hmm bucin.
Eiyo, gimana chapter ini? ( ˘ ³˘)♥
Hwangmini chapter depan yaa, jangan lupa vote and comment ya sayangkuu( .◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choi's
FanfictionJaemin dan Minhee sebagai kakak adik di kehidupan sehari hari